Terlihat para jemaah pun sibuk mencari batu kerikil di lapangan Mudzalifah ini. Batu kerikil untuk kepentingan lempar jumroh Aqobah di Jamarat keesokan harinya di sekitar waktu Dhuha.Â
Tak sedikit pula para jemaah haji dari berbagai negara sudah nampak lelap tertidur di tengah ingar bingar suara. Ada yang bertalbiyah, berdzikir, sholat, antre di toilet, ada yang masih mencari tempat untuk berbenah seperti saya dan rombongan.
Alhasil, saya dan rombongan tiba di ujung lapangan masuk sepertinya lebih dekat ke arah pintu keluar yakni di maktab 43. Alhamdulillah... dengan susah payah dengan tetap berdoa kepada Sang Pemilik Jagat Raya, pemilik langit dan bumi dengan segala isinya agar senantiasa diberikan kemudahan dalam beribadah haji ini, akhirnya saya beserta rombongan bisa merebahkan diri di atas karpet merah yang sudah dipasang di sepanjang dan seluas lapangan. Namun dengan demikian saya tetap memberikan alas lagi dengan tikar yang saya bawa.
Setelah mengambil air wudhu, secara berjamaah melakukan sholat Maghrib dan Isya di Jama Qasar. Kemudian berbenah untuk beristirahat dengan cara tidur. Tidur beralaskan kasur tanah lapang, beratapkan langit malam bertabur bintang-bintang, berselimutkan angin malam.Â
Dengan mengucapkan Bismillah dan doa-doa pengantar tidur menjadikan mata mulai terlelap, diri di bawa ke alam mimpi. Betapa nikmatnya tidur terlelap di bawah langit seakan tiada beda antara nikmatnya tidur di dalam kamar hotel.
Inilah sejatinya Mabit di Muzdalifah. Mabit di Muzdalifah dimulai ba'da Maghrib hingga mulai terbit fajar 10 Dzulhijah Dan boleh sesaat asalkan telah melewati saat tengah malam.Â
Mabit di Muzdalifah hukumnya wajib bagi para jemaah haji yang sehat, tetapi tidak harus memaksakan bagi para jemaah haji yang udzur. Dan baginya tidak dikenakan dam.
Bagi para jemaah haji batu kerikil untuk kepentingan lempar Jumroh sudah disediakan oleh panitia haji di maktab Mudzalifah.Â
Tetapi jika para jemaah haji yang ingin mencari batu kerikil di Mabit Mudzalifah juga banyak di sekitar maktab, seperti dahulu dicontohkan oleh Rasulullah Saw ketika berada di Mudzalifah beliau mencari batu kerikil. Besaran batu kerikil yang disarankan sebesar biji kelereng. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.