Rasa kantuk karena kelelahan sudah mulai menyerang para jemaah haji, tak kurang dari para jemaah tertidur beralaskan tas bawaannya karena kasur dan bantal yang ada di tenda sudah mulai dibereskan oleh para petugas.Â
Ditambah lagi cuaca yang berubah menjadi dingin karena angin malam mulai berhembus disertai pendingin udara dalam tenda yang masih gencar menyala.Â
Kerap kali saat para jamaah haji sedang terlelap dalam lelah petugas PPIH datang menyampaikan informasi bahwa bus jemputan sudah datang.Â
Dengan tergesa para jemaah langsung bangun untuk keluar tenda. Ternyata saat para jemaah sudah berada di luar tenda, berbaris menuju pangkalan, tidak serta merta langsung bergerak. Antrean masih panjang mengular.Â
Subhanallah... lagi dan lagi kesabaran dan keikhlasan diuji bagi para jemaah haji. Hanya semangat ingin meraih ridho-Nya dalam beribadah, para jemaah menjadi kuat dan terbiasa dengan menunggu.
Pukul 21.00 Waktu Arab Saudi, saya dan rombongan akhirnya tiba saatnya mendapatkan tumpangan bus. Alhamdulillah...lega rasanya ketika sudah duduk berada di dalam bus.Â
Kurang lebih setengah jam menikmati perjalanan di malam hari dari Padang Arafah menuju Mudzalifah. Masya Allah... suasana megah Kota Mudzalifah di malam hari membuat decak kagum dalam batin saya seraya senantiasa memuji kebesaran-Nya.
Tiada terasa bus sudah memasuki area Mudzalifah. Lagi-lagi saya tertegun, tercegang melihat fenomena depan mata saya. Masya Allah... Lautan manusia berjibaku di tanah lapang yang luasnya entah seluas apa, yang pasti seluas pandangan mata saya melihat ke berbagai arah.Â
Sesaat saya termenung di antara keramaian dan hiruk pikuk orang lalu lalang dalam kepadatan. "Ya Rabb-ku... apakah kiranya seperti ini kelak nanti di Padang Mahsyar?" tiada terasa air mata saya berebut berjatuhan.
Dengan bergandengan tangan bersama suami seraya berdoa memasuki lapangan Mudzalifah saya beserta rombongan berdesak-desakan mencari lahan yang kosong untuk Mabit.Â