Mohon tunggu...
Novi Nurul Khotimah
Novi Nurul Khotimah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah dengan hati

GURU MULIA ADALAH GURU YANG BERKARYA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menanti Saat Armuzna Tiba

16 Juli 2022   09:46 Diperbarui: 18 Juli 2022   16:11 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mesjidil Harom lantai 1 pintu 89(dokpri)

Tahalul awal merupakan rangkaian penutup rukun wajib umroh yang harus dilakukan oleh para Jemaah Haji. Tahalul dilakukan dengan cara memotong sebagian rambut dari para jemaah.

Jemaah haji laki-laki dibolehkan memotong rambut sebagian atau keseluruhan. Namun bagi jemaah haji perempuan hanya sebagian kecil dari ujung rambut, kira-kira sebuku jari tangan.

Proses potong rambut harus oleh sesama mahramnya. Jika seorang istri boleh dipotong rambutnya oleh suaminya. Begitupun sebaliknya, seorang suami boleh dipotong rambutnya oleh istrinya, jika kebetulan berangkat haji ataupun umroh bersama-sama.

Tetapi jika tanpa ada pasangan suami atau istrinya, boleh minta bantuan sesama mahram baik laki-laki ataupun perempuan. Jikalau pun tidak oleh teman sesama jemaah, jangan khawatir tidak bisa melakukan tahalul.

Mengapa demikian? Karena di area pintu keluar dari bukit Marwah sudah banyak orang-orang yang menawarkan jasanya untuk memotong rambut baik untuk laki-laki maupun perempuan. Dengan memberikan jasa 5 riyal, begitu biasanya yang mereka tawarkan.

Lalu, apa yang dilakukan para Jemaah Haji setelah selesai melaksanakan umroh wajib. Apakah berdiam diri di hotel saja menikmati setiap fasilitas yang nyaman, ataukah pergi jalan-jalan, shopping? Tentu saja tidak demikian.

Proses berikutnya adalah mempersiapkan diri untuk melaksanakan rangkaian kegiatan haji di Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina). Bagi saya bersama rombongan Kloter 38 mempunyai jeda waktu kurang lebih satu Minggu masa penantian Armuzna itu tiba.

Jeda waktu itu dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mempersiapkan baik fisik maupun mental dalam melaksanakan kegiatan Armuzna. Terutama masalah kesehatan yang senantiasa diwanti-wanti oleh Petugas PPIH. Karena di kegiatan rangkaian Armuzna akan menguras energi dari para jemaah haji.

Mesjidil Harom (dokpri)
Mesjidil Harom (dokpri)

Masa penantian satu Minggu, hari-hari itu saya isi dengan kegiatan memperbanyak amalan yang dilakukan di Mesjidil Haram. Baik dalam melakukan kegiatan sholat wajib maupun sholat sunnah lainnya. Itupun harus pandai-pandai mengatur waktu agar keadaan kesehatan tetap bisa diperhatikan. Mengingat jarak dari hotel ke Masjidil Haram cukup jauh jika berjalan kaki, kurang lebih satu jam. Dari Misfalah sebagai tempat penginapan untuk provinsi Jawa Barat.

Namun demikian pemerintah sudah menyiapkan Bis Shalawat secara gratis untuk menjemput dan mengantar dengan setia para jemaah haji ke Masjidil Haram sekitar 10-15 menit. Tempat pemberhentian di terminal Ajiyad. Agar sampai ke lokasi Mesjidil Harom para jemaah haji melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki satu kilo dengan waktu 10-15 menit.

Terminal Ajiad Mekkah 
Terminal Ajiad Mekkah 

Selain itu, saat akan melaksanakan sholat fardhu siang hari yakni sholat Dzuhur dan ashar di Mesjidil Harom, para jemaah haji harus berdamai dengan cuaca panas dan situasi yang harus berdesak-desakan. Berdesakkan di area Mesjidil Harom saat akan keluar maupun berdesakan-desakkan di pintu antrean bis.

Hal ini pula yang saya alami, berdesakan-desakkan dipintu keluar mesjid dan terminal bis shalawat. Namun yang lebih parah saat mengantri di pintu terminal bis yang berebut untuk naik bis. Tetapi itu terjadi hanya pada hari Jumat. Mengingat ada pembatasan jadwal operasional bis di hari itu.

Mesjidil Harom lantai 1 pintu 89(dokpri)
Mesjidil Harom lantai 1 pintu 89(dokpri)

Dengan demikian energi yang akan digunakan di Armuzna tetap diutamakan. Para jamaah haji diharapkan tidak terlalu kecapekan dan harus menjaga fisik.

Selain itu cuaca yang cukup panas di Tanah Mekkah juga sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan para jemaah jika tidak benar-benar disiplin dengan menjaga dan melindungi diri seperti makan teratur dan minum sesering mungkin untuk menghindari dehidrasi.

Saya menyebutnya di masa penantian ini sebagai masa berbagi energi, energi untuk tetap beribadah di Baitullah dan menyimpan energi untuk kegiatan di Arafah, Muzdalifah dan Mina.

Terlebih lagi saya beserta rombongan dari KBHU Al Hidayah Kota Cirebon akan melaksanakan Tarwiyah. Dengan demikian, saya dan rombongan akan lebih dulu Mabit di Mina sebelum para Jemaah Haji yang lainnya berdatangan.

Air zamzam tersedia berlimpah di area Mesjidil Harom (dokpri)
Air zamzam tersedia berlimpah di area Mesjidil Harom (dokpri)

Aktivitas lain para Jemaah Haji selama masa penantian kegiatan ibadah haji Armuzna adalah dengan kegiatan mencuci pakaian. Satu Minggu sudah berada di Tanah Suci, persediaan baju ganti para jamaah haji sudah mulai berkurang.

Alhasil, tempat mencuci dan menjemur pakaian yang berada di lantai 10 hotel tempat menginap tiap hari penuh dengan para Jemaah yang antri mencuci menunggu giliran mesin cuci. Meskipun cukup banyak mesin cuci yang disediakan pihak hotel tetap saja tidak bisa memenuhi seluruh jumlah para jemaah.

Mau tidak mau, suka tidak suka ya harus mau menunggu, jika tidak ingin cucian semakin numpuk. 

Tempat mencuci dan menjemur pakaian di roof top lantai 10 (dokpri)
Tempat mencuci dan menjemur pakaian di roof top lantai 10 (dokpri)

Saat penantian di sesi ini saya menyebutnya berbagi lahan jemuran berbagi mesin cuci. Dan berbagi tugas antara suami istri.

Suami-suami yang bisa jadi biasanya dalam kehidupan sehari-hari di rumahnya tidak pernah terlibat dalam hal cuci mencuci, tetapi di pelaksanaan kegiatan ibadah haji, fenomena itu nyata saya lihat dan saya merasakan itu sendiri. Hehehe.

Suami istri berbagi tugas dalam mencuci, Masya Allah istrinya mencuri baju, suaminya menjemur dan kemudian mengangkat cucian yang sudah kering dengan APD lengkap. Hehehe... para jemaah menyebutnya APD (Alat Pelindung Diri) harus lengkap dipakai jika ingin mencuci dan menjemur pakaian di lantai 10 hotel Su'ad Palace.

Jadi penggunaan APD bukan untuk para nakes saja. Tetapi APD yang dimaksud pada jemaah haji saat akan mencuci dan menjemur pakaian adalah topi lebar, kacamata hitam dan masker, tidak lupa menggunakan suncreen agar kulit tidak tersengat sinar matahari yang sangat panas terlebih di lantai terbuka paling atas, jika mencucinya pagi, siang dan sore hari. Hehehe.. keren bukan APD-nya para jemaah haji.

Berdamai dengan panas dan sengatan matahari (dokpri)
Berdamai dengan panas dan sengatan matahari (dokpri)

Pada aktivitas ini sejatinya bukan tanpa makna, tetapi jika sedikit saja mau merenung diri, kegiatan ini memupuk rasa cinta kasih sayang antara suami dan istri, saling bantu bahu membahu, membelajarkan untuk saling menghargai satu sama lain, saling toleransi sesama para jemaah, membudayakan antri dengan tertib dan sabar, berdamai dengan suasana panas, dalam arti tidak banyak mengeluh dan lain sebagainya.

Oleh karena itu jika dimaknai, semuanya bisa dijadikan nilai ibadah para jemaah haji atas dasar keikhlasan menjalani setiap momen.

Itulah aktivitas para jemaah haji dalam menanti saat pelaksanaan haji di Armuzna.

Terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenan membaca.

Jazakumullahu khoiron katsiron.

Kota Mekkah, 16 Dzulhijah 1443 H
Novi Nurul Khotimah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun