Labbaik Allahumma Labbaik.
Labaika Laa Syarika Laka Labbaik.
Innal Hamda Wan Ni'mata Laka Wal Mulk.
Laa Syarika Lak.
"Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya pujian dan kenikmatan hanya milik-Mu, dan kerajaan hanyalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu"
Seruan kalimat talbiyah terus tak henti dikumandangkan oleh para jemaah haji yang akan melaksanakan ibadah umroh di Baitullah. Begitupun dengan saya dan dua rombongan dari kota Cirebon.Â
Lantunan talbiyah menggema dari mulai area dalam hotel hingga sepanjang perjalanan dengan Bis Shalawat yang menempuh waktu kurang lebih lima belas menit menuju Baitullah di Masjidil Haram.Â
Dini hari pukul 02.00 Waktu Arab Saudi tanggal 30 Juni 2022 suasana di Kota Mekkah bagaikan siang hari saja, nampak ramai disepanjang perjalanan hingga ke Mesjidil Haram.
Tanah suci Mekkah dipenuhi para jamaah yang sudah berpakaian ihram baik laki-laki maupun perempuan. Pakaian ihram laki-laki semua sama tanpa ada beda dari seluruh penjuru dunia. Badan terbalut dua helai kain ihram berwarna putih yang menjadi pakaian wajib.Â
Namun berbeda dengan pakaian ihram perempuan yang lebih nampak berbeda-beda warna. Lebih dominan warna putih yang dipakai oleh jamaah haji perempuan meskipun tak sedikit pula yang mengenakan baju ihram warna hitam.
Demikian pula nampak warna lain juga, karena memang untuk jamaah haji perempuan tidak ada kekhususan pakaian ihram yang harus dikenakan sebagaimana jamaah haji laki-laki.Â
Hal yang harus diperhatikan adalah pakaian yang menutup seluruh aurat perempuan kecuali bagian muka dan telapak tangan.
Setibanya di pelataran Mesjidil Haram, saya dan rombongan sudah membentuk formasi per rombongan agar tidak terpencar dengan para jemaah lain yang jumlahnya jutaan orang dengan didampingi oleh pembimbing.
Dengan tidak lupa membaca do'a ketika masuk halaman MesjidÂ
"Allahumma antassalaam, waminkassalaam fahayyinaa rabbanaa bissalaam wa adkhilnal jannata daarassalaam tabaarakta wata'aalaita yaa dzaljalaali wal ikraam. Allahummaftah lii abwaaba rahmatika wamaghfiratika wa adkhilnii fiihaa. Bismillahi walhamdulillahi wasshalaatu wassalaamu 'alaa rasuulillaah."
Atribut dari rombongan dikenakan oleh para jemaah haji agar mudah dikenali satu sama lain. Melalui proses pemeriksaan oleh para petugas (askar) setempat saya dan rombongan siap menuju Baitullah (Ka'bah) yang ada di dalam Mesjid dengan memasuki pintu no.2.Â
Masya Allah....Seperti masih tidak percaya ketika kaki saya ini melangkahkan kaki kembali di pelataran Mesjidil Haram yang selalu menghadirkan kerinduan pada setiap waktu. Melihat bangunan Ka'bah yang berdiri megah di dalam mesjid terbesar di seluruh dunia. Rasanya sulit sekali untuk digambarkan dengan kata-kata betapa besar keagungan Sang Maha Pencipta.Â
Berdesir hati merasakan bahagia yang mendalam, keharuan yang tak terelakkan, hanyalah deraian airmata yang mampu mewakili semua rasa yang ada.Â
Aroma yang senantiasa menghadirkan wewangi surga. Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang serasa sedang mendekap diri dalam rengkuhannya. Subhanallah walhamdulillah walailahailallahu Allahu Akbar.
Tanah Haramain yang tidak pernah sepi selalu dipenuhi orang-orang yang hanya ingin beribadah dan beribadah sebanyak-banyaknya mengingat pahala yang Allah janjikan berlipat ganda. Terlebih disaat bulan pelaksanaan Ibadah Haji. Pengunjung dari seluruh dunia kumpul semua.Â
Apalagi setelah masa pandemi Covid-19 yang hampir dua tahun membuat jeda sehingga pelaksanaan ibadah haji ditiadakan untuk seluruh dunia, hanya golongan tertentu yang bisa melaksanakannya, itupun terbatas.Â
Begitupun dengan pelaksanaan haji di tahun 2022 ini yang hanya sekitar 50 % jumlah jamaah seluruh dunia dari tahun-tahun sebelumnya sebelum pandemi Covid-19 ada. Sudah tentu kerinduan untuk beribadah di Baitullah semakin membuncah bukan hanya saya yang merasakannya saja.
Saya dan rombongan melaksanakan umroh wajib dengan melakukan tawaf mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali putaran. Putaran pertama dimulai dari tempat yang sejajar dengan Hajar Aswad yang ada di salah satu sudut bangunan Ka'bah.Â
Bismillahi Allahu Akbar...Selain itu juga penanda dimulai tawaf putaran pertama adalah dengan adanya lampu hijau yang lurus tersambung ke sudut Hajar Aswad.Â
Dengan berbekal do'a-do'a yang sudah dipahami oleh para jemaah selama mengikuti bimbingan manasik haji, saya dan jamaah lainnya terus menyambungkan hati kepada Sang Pemilik Hati dengan melakukan tawaf sesuai dengan tuntutan yang sudah diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Bersama jutaan para jemaah dari seluruh dunia kami berbagi langkah di pelataran Ka'bah.Â
Berdesakan dengan para jemaah haji lain adalah kenyataannya tetapi semua pada jamaah tidak merasakan itu sebagai penghalang untuk terus memuji kebesaran-Nya. Saya hanya mendengar pujian-pujian yang terkemas dalam do'a-do'a yang terdengar indah, menggetarkan hati, meluluhkan segala rasa, tak sedikit pula terdengar tangisan- tangisan dalam balutan do'a dari para Jamaah Haji.
Sejatinya pelaksanaan tawaf adalah bagian dari amalan agar senantiasa manusia selalu mendekatkan diri pada Sang Maha Pencipta. Mendekatkan diri pada setiap waktu, tidak hanya cukup dalam satu waktu tetapi berkali-kali.
Bagaimana kita umat manusia harus mampu menanggalkan segala keegoannya, melepaskan sejenak segala status sosialnya. Lantunan do'a-do'a serta pujian dalam setiap putaran semakin menggema di pelataran Ka'bah.
Ada yang berbeda di area Ka'bah saat ini, bangunan Ka'bah tidak boleh disentuh oleh para jamaah karena lokasi Ka'bah dibatasi oleh pembatas sehingga para Jemaah cukup hanya bisa melihatnya saja tanpa bisa menyentuhnya apalagi berkeinginan untuk bisa mencium Hajar Aswad, hal itu yang selalu menjadi harapan ketika para jamaah haji maupun umrah beribadah di Baitullah.Â
Fenomena yang selalu tampak ramai berebut hingga para jamaah rela berdesakan-desakkan. Namun fenomena itu kini tidak ada setelah adanya masa pandemi covid 19. Hal itu upaya dalam menjaga protokol kesehatan dan keselamatan bagi para Jemaah mengingat pandemi belum berakhir total.
Setelah para jemaah haji melakukan tawaf tujuh kali putaran, selanjutnya melakukan sholat sunnah tawaf, dilakukan di belakang Maqam Ibrahim atau di dalam Hijir Ismail, jika memungkinkan.Â
Jikalau tidak memungkinkan karena padatnya jamaah maka bisa mengambil posisi sholat di lurusan Maqam Ibrahim. Begitupun dengan saya yang bisa melaksanakan sholat di depan Maqam Ibrahim karena situasi lokasi padat sekali.
Selanjutnya, saya dan rombongan yang sudah selesai melaksanakan tawaf dan sholat sunnah dua rokaat, di sunnahkan minum air zamzam, posisi berdiri dan menghadap ke Ka'bah seraya membaca do'a. "Allahumma innii as'aluka ilman naafian wa rizqan waasi'an wa syifaa'an min kulli daa'in wa saqomin birahmatika ya arhamarrahimin".
Semoga Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang menerima ibadah saya khususnya dan para Jemaah Haji pada umumnya. Aamiin Allahumma Aamiin.
Kota Mekkah, 13 Dzulhijah 1443 H (12 Juli 2022)
Novi Nurul Khotimah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H