Siapa orangnya yang tidak merindukan wisata di suasana liburan? Berjalan-jalan dengan hati riang gembira, suka cita merenda bahagia bersama keluarga kecil atau keluarga besar tercinta, rekan-rekan kerja, sahabat-sahabat dekat atau dengan siapapun itu. Saya yakin suasana seperti itu sangatlah dirindukan kini. Masa pandemi covid-19 yang hampir satu tahun telah merenggut bahagia itu.
Meskipun saya perhatikan tetap saja masih ada diantara mereka yang tetap menjalani liburan bepergian ke tempat-tempat wisata baik dalam maupun luar kota dengan menerapkan protokol kesehatan tentunya. Tetapi saya rasa perjalanan liburan itu tidaklah mendapatkan ketenangan, kenyamanan dan keamanan seperti dalam keadaan normal. Menikmatinya pun kurang maksimal karena dihantui rasa kecemasan terpapar virus mematikan itu yang memang nyata adanya kini.
Pun begitu dengan saya yang sangat merindukan suasana berlibur beserta keluarga terkasih dengan nyaman, terlindung dari rasa aman tidak was-was selama menjalani liburan. Nyaris satu tahun ini saya beserta keluarga tidak berani untuk memaksakan diri berlibur ke area-area wisata yang dikunjungi banyak orang, terlebih berlibur ke daerah perkotaan. Kalaupun sekedar mencari udara segar atau refreshing untuk mengobati kepenatan yang mendera, daerah pegununganlah yang menjadi pilihan. Meskipun kekhawatiran tetaplah ada.
So, salah satu cara saya untuk mengurai rindu menikmati suasana liburan ke berbagai tempat adalah dengan cara merangkai kata, menuliskan jejak petualangan saat liburan ke berbagai kota saat masa pandemic covid-19 ini belum merajalela di muka bumi Pertiwi ini khususnya dan di seantero dunia pada umumnya. Saya harus berfikir seribu kali untuk dapat memutuskan melakukan perjalanan liburan kali yang sarat resiko. Mengingat, menimbang, memantau perkembangan informasi kasus covid-19 yang kian melonjak naik bagaikan harga cabe di penghujung tahun ini.
Perjalanan wisata yang akan saya tuangkan melalui tulisan ini adalah perjalanan saat berkesempatan beberapa hari bisa menjelajah negeri Jiran Malaysia pada awal tahun 2020 ini, tepatnya minggu terakhir bulan Januari 2020. Salah satu harinya bertepatan dengan hari lahir gadis remaja saya pada tanggal 26 Januari 2020 yang ke-16. Tiada yang menduga, tiada pula yang mengira jika tahun ini sektor pariwisata di jagat raya terdampak hebat oleh pandemi.
Dengan diantar sopir yang sudah terbiasa mengantar keluarga, saya beserta keluarga kecil memulai perjalanan dari Kota Cirebon menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta usai menjalankan sholat subuh. Tiket penerbangan pergi pulang dan penginapan sudah dipesankan melalui jasa online satu bulan sebelumnya dengan pertimbangan harga agar masih bisa berdamai hehe...
Membutuhkan waktu tiga jam untuk bisa sampai ke bandara. Masih cukup waktu untuk chek in pesawat dengan penerbangan pukul 09.05 dari Jakarta, perkiraan tiba pukul 12.05 di Bandara Internasional Kualalumpur. Namun rupanya cuaca saat itu kurang bersahabat, hujan deras melanda kurang lebih dua jam.Â
Delay pesawatpun tidak bisa dihindari. Suasana landasan di bandara gelap tertutup curah hujan yang tinggi. Sempat terbersit kecemasan dalam batin saya dalam melakukan penerbangan ini. Namun dengan kekuatan do'a dan hadirnya sebuah Novel yang berjudul "Re" karya Maman Suherman (Kang Maman) mampu mengobati kecemasan saya saat menunggu delay hingga boarding pass pun dilakukan setelah cuaca di Bandara Internasional Soekarno Hatta bersahabat kembali.
Berada di atas langit, berjalan diantara awan pada ketinggian kurang lebih 35.000 kaki selama tiga jam tiada terasa sudah ditempuh untuk tiba di Bandara Internasional Kualalumpur. Dengan menggunakan jasa transportasi yang dipesan via online saya bersama keluarga menuju tempat penginapan The Robertson berada di Jalan Pudu Bukit Bintang, Kualalumpur. Sebuah apartemen yang cukup refresentatif bagi saya dan keluarga yang mencoba membolang di Negeri Jiran beberapa hari. Lokasi yang strategis untuk menikmati liburan dengan pusat-pusat wisata, kuliner dan belanja.