Mohon tunggu...
Novi Lestiani
Novi Lestiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030010_UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Semoga suka sama tulisan yaaa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mangongkal Holi: Penggalian Tulang-belulang Tradisi Suku Batak

24 Maret 2023   12:34 Diperbarui: 24 Maret 2023   12:45 1470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumatera Utara yang dikenal dominan oleh masyarakat Suku Batak ini, memiliki beragam tradis yang sudah ada sejak zaman nenek moyang. Bagi mereka sudah menjadi hal yang wajar adanya tradisi Mangongkal Holi tersebut, mangongkal Holi yang merupakan tradisi suku  atak Toba biasa dikatakan sebagai pemindahan tulang-belulang manusia yang telah meninggal. Biasanya dilakukan oleh keluarga yang memiliki leluhur yang kental akan nuansa adat batak. 

Sebelum makam tersebut digali, biasanya keluarga yang terlibat itu mengadakan doa bersama sesuai dengan agama ataupun tradisinya masing-masing. Sejarah adanya adat mangongkal holi ini tidak hanya berkonteks pada penghormatan orang tua ataupun memohon berkat dari Tuhan saja, namun sudah aja semenjak adanya ajaran agama Kristen Protestan didunia yang mengatakan adanya pemindahan tulang-belulang manusia yang tertulis dalam alkitab agama Kristen.

Sumber: Heta News
Sumber: Heta News

Pada proses pelaksanaannya, tradisi mangongkal holi ini dilakukan pengangkatan tulang-belulang oppung (leluhur) yang sudah lama meninggal. Biasa dimulai dari leluhur pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Kepercayaan  masyarakat Batak Toba, jika mereka melakukan ritual tersebut akan mendapatkan limpahan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa serta mereka mempercayai bahwa Mangongkal Holi ini bisa mengangkat martabat dengan menghormati orang tua serta leluhur yang telah meninggal.

Adanya tradisi mangongkal holi ini terjadi karena qda beberapa faktor pendorong diantaranya adalah sebagi berikut:

1. Kuburan yang rusak, sehingga keluarga ingin memindahkannya ke tempat yang baru.
2. Kuburan ya g masih berbentuk tanah dan terkena banjir.
3. Kuburan yang terkena dampak pembangunan jalan.  
4. Penyatuan tulang-belulang keluarga yang meninggal diperantauan.

Faktor lainnya adanya tradisi mangongkal holi ini dikarenakan seorang ayah yang pertama meninggal dunia dimana jasadnya masih dimakamkan dikuburan tanah yang masih digali, sementara seringing berjalannya waktu si ibu juga meninggal dan disitu anak-anaknya memiliki rezeki yang sangat bagus untuk membangun kuburan yang bagus (kuburan impian) dikalangan masyarakat Batak Toba.

Adapun tata cara dalam melaksanakan tradisi mangongkal holi ini dimulai dari menggali tulang belulang yang telah dicuci hingga bersih dan dilanjutkan dengan memasukkan tulang-belulang dipeti kecil dan dimasukkan kekuburan yang berbentuk Tugu. Dalam proses pelaksanaannya, tradisi ini tidak bisa dilakukan oleh anak-anak ataupun orangtua yang meninggal ketika dimasak mudanya. Karena masyarakat Batak Toba meyakini bahwa tulang belulang yang bisa digali hanyalah untuk orang yang meninggal sudah memiliki cucu dari anaknya.

Dalam penggalian tulang-belulang ini tidak ada batasan jumlah orang yang akan diangkat ataupun digali. Semua tergantung pada keluarga yang ingin melaksanakan adat tersebut, hanya saja umur yang telah meninggal sudah berapa tahun agar ketika hendak digali tulang belulangnya sudah membusuk.

Setelah tulang-belulang dimasukkan kedalam kuburan tugu, maka para keluarga hula-hula (paman), dongan saparadatan (teman seperkumpulan)  kembali kerumah hasuhuton (orang yang melakukan tradisi) untuk membahas keperluan saat pesta nantinya. Pelaksanaan pesta besar dalam tradisi mangkngkal holi ini biasanya tidak dilakukan secara bersamaan dengan penggalian tulang belualang, biasanya satu hari setelah penggalian baru acara pesta besar dilakukan. Pesta besar mangonhkal holi ini biasanya dimulai dengan acara penyembelihan kerbau yang orang-orangnya sudah ditentukan ketika pelaksanaan tonggo raja. Lalu dilanjutkan acara panortoran (manortor) oleh tamu undangan sesuai urutan dalam pelaksanaan mangkngkal holi, seperti Hasuhuton (orang yang melaksanakan adat manortor) dihalaman rumahnya sambil manomba hula-hula, paradatan, boru, dohot dongan sahuta. Bagi keluarga, mereka sangat senang melaksanakan adat mangongkal holi ini, karena bagi mereka dengan adanya pelaksanaan tradisi ini mereka akan mendapatkan berkat. Beberapa tujuan dengan adanya pelaksanaan mangongkal holi tersebut adalah sebagai berikut:
- Mendapatkan berkah dari nenek moyang terdahulu.
- Dapat mempererat tali persaudaraan antar marga.
-  Dapat mengangkat derajat dan kehormatan dalam marga.
- Memberikan penghormatan kepada para leluhur yang telah tiada
- Mempersatukan jasad leluhur dalam satu tempat yang sama.

 Adapun nilai nilai yang dapat diwariskan dalam adat Mangongkal Holi ini terdapat 4 nilai penting didalamnya, yaitu nilai agama, nilai sosial, nilai moral, dan nilai adat. Nilai-nilai tersebut sangat penting diketahui oleh masyarakat Batak Toba terutama dikalangan pemuda sebagai penerus tradisi turun-temurun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun