Sebagai warga negara Indonesia tentunya kita sangat bangga atas banyaknya kedagaman budaya dan suku yang membuat bangsa ini lebih mencintai tanah airnya sendiri. Kekayaan akan tradisi dan budaya yang dapat ditemui mulai dari pakaian adat, tarian adat, ataupun budaya lainnya yang masih terjaga hingga sekarang.
Tugas bangsa Indonesia saat ini yaitu bagaimana kita sebagai warga Negara Indonesia dapat menjaga serta melestarikan adat istiadat yang ada.
Salah satunya adalah kain ulos yang sering kita jumpai pada pada acara-acara adat suku Batak, seperti pada saat upacara pengantin, ataupun kematian.
Dahulu kain ulos digunakan orang-orang yang hidup didaerah pegunungan sebagai pakaian sehari-hari untuk menghangatkan tubuh mereka sendiri. Kain ulos juga dapat digunakan sebagai selendang dan penutup kepala.Â
Tetapi seiring berjalannya waktu, fungsi kain ulos itu bukan hanya untuk sekedar menghangatkan tubuh, tetapi menjadikan simbol rasa kasih sayang antar orang tua dan anak-anaknya.Â
Hal itu yang menjadikan kain ulos sering dijadikan  sebagai hadiah seremonial atau yang biasa dipakai pada upacara-upacara tertentu dalam adat Batak. Sekarang kain ulos itu menjadi simbol ataupun penanda identitas dadi suku Batak itu sendiri.
Mangulosi yaitu memberikan ulos kepada pihak pengantin dengan meletakkan kain ulos dipundaknya. Mangulosi itu sendiri tidak hanya digunakan pada saat prosesi pernikahan saja, tetapi ada juga dilakukan pada saat upacara kematian dengan cara meletakkan ulos diatas tubuh jenazah.
Adat mangulosi yang selalu dilakukan oleh Adat Batak itu sendiri yang menjadi ciri khas dalam suatu pernikahan. Tradisi mangulosi yang memberikan simbol rasa kasih sayang serta doa restu untuk kedua mempelai dari kedua orang tua.
Mangulosi merupakan tradisi nenek moyang yang sudah dilakukan secara turun- menurun.
Adapun makna dari simbol mangulosi yaitu sebagai berikut:
A. Pertanda atas pemberian berkat bagi yang mengadakan pesta. Misalnya pada saat pernikahan, pengantin biasanya mengharapkan doa dari setiap para tamu undangan terutama pihak parboru ( keluarga dari pihak perempuan) dan pihak paranak ( keluarga dari mempelai laki-laki)
B. Melanjutkan tradisi yang sudah ada sejak masa nenek moyang
C. Wujud rasa terimakasih kepada pihak yang memiliki peran dalam pesta tersebut.
D. Wujud serta rasa bahagia bila pesta tersebut ataupun rasa berbelanja sungkawa atas kematian
Pemberian ulos yang disertai dengan nasihat dan doa yang memberikan arti suka cita kepada para pengantin. Tradisi ini banyak dilakukan oleh masyarakat Batak Toba yang berada diSamosir, karena memang mayoritas didaerah Samosir sana bersuku batak.
Awal dari proses mangulosi itu sendiri dimulai dari orang tua atau yang mewakili orang tua yaitu hula-hula. Lalu dilanjutkan kegiatan mangulosi orang tua dadi pihak paranak (keluarga pihak laki-laki) sebagai simbol dititipkannya mempelai wanita kepada keluarganya.Â
Lalu pemberian ulos kepada pengantin dari pihak Bapak Uda na (paman) beserta istri (bibi). Proses ini merupakan bagian terpenting karena dengan pemberian ulos ini diberikan oleh keluarga paling dekat dengan mempelai perempuan.
Setelah melewati proses ini, biasanya keluarga inti dari pihak parboru yang memberikan ulos pertama dan kedua diberikan imbalan (uang) oleh keluarga inti, yang merupakan uang sisa sinamot dimana semua keluarga inti memberikan uang sambil tari tor-tor.
Setelah selesai keluarga inti baru bisa dilanjutkan mangulosi untuk marga-marga lain yang masih dalam ikatan keluarga. Misalnya seperti keluarga dadi parboru seperti marga opung boru na (orang perempuannya), suami dari kakak ataupun adik perempuannya, Â amang boru na (marga dari suami tantenya) dan proses adat tersebut bisa dilakukan secara berulang-ulang dan yang terakhir ditutup oleh keluarga Tulang na (paman dari keluarga ibu pihak perempuan).
Selanjutnya setelah proses mangulosi tersebut, para pengantin diiringi mengitari tempat pesta sebanyak tiga kali putaran dengan posisi ulos yang berada dibagian tubuh kedua mempelai dan ujung dari kain ulosnya itu sendiri ditarik oleh keluarga paranak lalu diakhir putaran diarahkan kekursi pelaminan. Dengan adanya proses adat tradisional ini menjadikan pasangan Batak yang lengkap serta dapat diakui secara adat pastinya.
Kegiatan mangulosi mengandung beberapa nilai yaitu:
-Nilai materi
-Nilai ekonomi
-Nilai spritual
-Nilai moral
-Nilai sosial
-Nilai estetika
Kegiatan tersebut direalisasikan pada masyarakat Batak Toba karena dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan kehidupan masyarakat Batak Toba itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H