Beliau tidak menjadi orang yang passionate dengan pekerjaan? Tidak, Bu Risma orang yang sangat passionate dengan pekerjaan beliau.
Dari sini dapat diambil kesimpulan dari masalah-masalah yang sudah dipaparkan di atas:
Apakah minat dan bakat itu penting dalam menunjang karier? Menurut pendapatku, itu tetap penting. Kalau kita melihat sistem pendidikan di luar negeri, mereka benar-benar konsen untuk mencari bibit-bibit unggul, mendidik anak sesuai dengan bakat dan minat.
Karena sekali lagi, dengan passion kita dapat bekerja dengan semangat dan tidak hanya sekadar gugur tugas atau gugur kewajiban. Kita dapat bekerja dengan bahagia.Â
Maka, peran orangtua dalam membantu anaknya untuk menemukan minat dan bakat dan mengembangkannya itu juga sangat krusial. Support system di Indonesia masih belum bisa sampai pada tahap itu. Maka, tugas generasi kitalah yang harus belajar untuk memperbaiki sistem yang salah tersebut.
Lantas, jika sudah terlanjur masuk pada bidang/karier dimana kita merasa bukan hal yang sesuai dengan bakat dan minat apa yang harus dilakukan? Apakah kita bisa sukses jika berkarier tanpa minat dan bakat?Â
Jawabannya, orang bisa sukses berkarier tidak pada bidang yang dia minat di bidang itu. Sedangkan soal bakat, hal itu bisa dipelajari. Mungkin tidak akan sehebat orang yang terlahir jenius di bidangnya. Tetapi kita memiliki pengetahuan dan skill pada bidang itu.
Dan jangan lupa, kita bisa membangun keahlian dari bidang yang kita minati untuk menjadi career capital dalam karier kita.
Pada akhirnya, pilihan ada di tangan kamu. Kamu tetap bisa mengejar passion kamu atau menciptakan career capital diri kamu sendiri. Semua pilihan ada risikonya, tinggal bagaimana kamu menjawab risiko-risiko yang muncul dari pilihan kamu tadi. Well, good luck.
Referensi:
1. linkedin.com/pulse
2. youtube.com/hujantandatanya (reccomended banget, asli)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H