Mohon tunggu...
Novi Setyowati
Novi Setyowati Mohon Tunggu... Lainnya - berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tips Mengelola Stres agar Tidak Berkepanjangan

13 Juli 2021   13:22 Diperbarui: 20 Juli 2021   21:25 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesepian dan stres di masa pandemi (Sumber: Freepik)

Sejak dua minggu yang lalu, rasanya saya tak pernah sehari pun tak membaca pesan yang berisi kabar duka ataupun sekadar informasi mengenai pengisian tabung oksigen dan juga kebutuhan akan donor plasma konvalesen di beberapa WAG. 

Kalaupun tak mendapatkan pesan di WAG, selalu saja ada teman-teman yang mengunggah status di media sosialnya mengenai hal-hal tersebut.

Tak jarang, hal ini membuat saya beberapa hari susah tidur, bahkan sempat juga paranoid berlebihan hingga berniat mengonsumsi berbagai jenis vitamin untuk menjaga imun tetap sehat.

Pasalnya, meski saya tak ke mana-mana dan hanya di rumah saja, rasa parno akan virus jahat yang menghampiri tetap saja ada.

Tapi ternyata, saya bukan satu-satunya yang mengalami kecemasan ini. Banyak teman-teman saya di luar sana yang juga merasakan hal yang sama.

Bahkan di tempat kerja salah satu teman, bos mereka sampai-sampai mengirimkan pesan yang cukup melegakan, yaitu untuk menunda pekerjaan yang kurang begitu mendesak dan menganjurkan untuk sedikit bersantai dalam bekerja demi menjaga kesehatan mental di bulan yang berat ini.

Waah, jika si bos saja sudah sampai berpikir demikian, sungguhlah bulan ini memang benar-benar bulan yang berat bagi semua orang.

Tak berhenti sampai di situ, mengingat sudah beberapa hari belakangan saya pun susah tidur, saya putuskan untuk melakukan hal-hal berikut agar kesehatan mental saya tetap terjaga dengan baik.

1. Batasi dan seleksi sumber informasi yang diterima
Beberapa WAG yang cukup aktif dalam menanyakan dan membagikan informasi mengenai tabung oksigen, donor plasma konvalesen, serta mengirimkan gambar-gambar rumah sakit yang selalu penuh, sudah saya putuskan untuk saya pasang dalam mode "mute forever". 

Saya pun mulai menonaktifkan akun media sosial saya agar tak lagi mendapatkan kelebihan informasi yang mengganggu pikiran.

Bukannya tidak mau update, tapi saya punya cara lain untuk tetap mendapatkan informasi. Yakni cukup dengan mencari kata kunci tertentu di mesin pencari daring dan menyeleksi sumber bacaan dan berita yang akan saya baca.

Menonaktifkan media sosial ternyata juga baik dalam membatasi melihat unggahan-unggahan orang lain yang masih banyak mendominasi ranah pandemi ini.

2. Alihkan pada hobi
Mengalihkan pikiran pada hal-hal lain yang lebih menyenangkan ternyata juga sangat membantu. 

Misalnya, setiap hari selama dua minggu ini saya pun rajin membuat kue. Tiada pagi tanpa membuat kue.

Saya tak lagi pedulikan bagaimana tetangga saya berkomentar, "bikin kue lagi?". Tak apa lah, asalkan pikiran saya bisa teralihkan pada hal yang lebih menyenangkan.

Ilustrasi membuat kue (Sumber gambar: Pexels/Ksenia Chernaya)
Ilustrasi membuat kue (Sumber gambar: Pexels/Ksenia Chernaya)
Sekadar mencium aroma kue yang sedang dipanggang dalam oven, atau mengamati pertumbuhan tanaman sawi dan selada saya di halaman rumah yang sudah mulai berdaun lebar dan banyak.

Selain berguna untuk mempertajam kemampuan kita dalam berkreasi lewat hobi, hal ini pun membantu pikiran kita lebih rileks dan sedikit lupa dengan apa yang terjadi di luaran sana.

Tentunya banyak hal yang bisa dilakukan sebagai bentuk hobi, bukan hanya membuat kue dan berkebun. Tapi bisa juga dengan menulis, membaca buku, dan banyak kegiatan lainnya.

Yang jelas, menemukan kegiatan menyenangkan lainnya sebagai alih perhatian dari sumber kecemasan adalah hal yang sangat patut untuk dilakukan. 

Kita pun bisa memfokuskan pikiran kita pada kegiatan hobi yang sedang kita lakukan, dan menyingkirkan sejenak berita-berita buruk di luaran sana.

3. Perkaya pengetahuan tentang mengelola stres
Saat dirasa tubuh dan pikiran ini sudah mulai stres, maka perlu juga bagi kita untuk memperkaya pengetahuan tentang cara mengatasinya agar tidak merugikan diri kita.

Pasalnya, tak jarang stres berkepanjangan juga bisa beralih menjadi depresi berat bahkan hingga memicu munculnya penyakit di dalam tubuh.

Ilustrasi memperkaya pengetahuan akan stres dan kecemasan dengan membaca buku (Dokpri)
Ilustrasi memperkaya pengetahuan akan stres dan kecemasan dengan membaca buku (Dokpri)
Misalnya, mengutip dari buku yang saya baca, Healing Depression without Medication bahwa stres dapat memicu munculnya inflamasi dalam tubuh, rasa tidak enak di perut, hingga sakit kepala berlebih.

Memperkaya pengetahuan akan stres juga bermanfaat bagi kita agar kita mengetahui rambu-rambu dalam kesehatan mental kita.

Jika dirasa gejala-gejala stres mulai meningkat, wajib bagi kita menyalakan rambu merah dan mulai mencari alternatif kegiatan untuk mengatasi stres tersebut.

Selain dari membaca buku, bisa juga dengan mengikuti webinar-webinar yang membahas pengetahuan akan pengelolaan stres di masa pandemi yang sudah marak dilakukan beberapa waktu belakangan ini.

4. Sempatkan olahraga dan berjemur
Selain untuk kebugaran, olahraga juga penting karena dapat membuat suasana hati lebih bahagia.

Dilansir dari Halodoc, olahraga pun dapat mempengaruhi perilaku serta hormon dan saraf stres dalam tubuh agar menjadi lebih stabil.

Tak jarang jika setelah berolahraga, umumnya tubuh akan menjadi lebih rileks dan juga suasana hati menjadi lebih tenang dan bahagia.

Melakukan olahraga pun tak perlu yang menyulitkan, tidak perlu harus ke tempat olahraga berbayar. Tetapi bisa dengan melakukan yoga di rumah, lari pagi di sekitar rumah, bersepeda, atau workout sederhana dengan panduan YouTube.

Ilustrasi berolahraga (Sumber gambar: Pexels/Pixabay)
Ilustrasi berolahraga (Sumber gambar: Pexels/Pixabay)
Jika memiliki komunitas tertentu, bisa juga untuk berolahraga bersama secara daring, misalnya melakukan core workout atau yoga secara daring bersama komunitas ataupun teman-teman lainnya.

Selain itu, sempatkan juga untuk sedikit berjemur di pagi hari. Selain baik bagi kesehatan, matahari pagi juga selalu membuat hangat baik tubuh maupun suasana hati.

Hangatnya matahari di pagi hari tak jarang juga membuat suasana hati menjadi lebih optimis. 

5. Meditasi
Meditasi juga menjadi salah satu metode yang saya terapkan untuk mengatasi kecemasan. Biasanya, saya lakukan sesaat sebelum tidur.

Sekadar untuk menenangkan pikiran sambil menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. 

Dan juga, diiringi dengan musik lembut untuk menambah suasana meditasi yang menyenangkan.

Ilustrasi meditasi (Sumber gambar: Pexels/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi meditasi (Sumber gambar: Pexels/Andrea Piacquadio)
Selain untuk menenangkan pikiran, meditasi sebelum tidur juga berguna untuk mengalihkan pikiran kita setelah seharian beraktivitas dan mencerna berbagai informasi yang berbeda, agar bisa dipinggirkan sejenak saat meditasi.

Alhasil, tidur pun menjadi lebih nyenyak karena sebelumnya kita sudah menghilangkan pikiran-pikiran berat dan mengosongkannya sejenak agar ketika terlelap tak lagi terbebani oleh pikiran-pikiran tersebut.

6. Aroma terapi
Jika perlu, aroma terapi tertentu saat meditasi dan di waktu tidur hingga keesokan harinya.

Selain membantu kita menjadi lebih rileks, tidur pun menjadi lebih nyenyak dan pikiran menjadi lebih tenang.

Tak hanya saat tidur, seringkali saya juga menggunakan aroma terapi saat bekerja atau berolahraga. 

Aroma wewangiah khas rempah-rempah ataupun aroma wangi bunga sangat membantu dalam mengatasi kecemasan berlebih.

Toh saat ini juga sudah banyak varian dari aroma terapi yang dijual di luaran sana dengan harga terjangkau yang bisa kita pilih sesuai dengan fungsi yang ditawarkan.

Ilustrasi aroma terapi (Sumber gambar: Pexels/Pixabay)
Ilustrasi aroma terapi (Sumber gambar: Pexels/Pixabay)
Selebihnya, kita lah yang harus mengendalikan rasa cemas yang melanda diri kita dengan rambu-rambu yang sudah kita siapkan. Awasi tanda-tandanya dan segera lakukan penanganan dengan beberapa tips di atas.

Tidak perlu semua tips dilakukan, cukup pilih mana yang bekerja paling baik bagi diri kita.

Ingat, selain tidak baik untuk pikiran, cemas yang berlebihan juga bisa memicu timbulnya penyakit serius dalam tubuh. Oleh karenanya, penting bagi kita untuk mengetahui metode terbaik bagi diri kita dalam mengatasi kecemasan agar tidak membebani dan membahayakan diri sendiri nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun