Bagi para perempuan, pasti sudah tak asing lagi dengan fenomena kram perut yang kerap terjadi setiap bulannya. Rasa nyeri yang menimpa sangatlah membuat tidak nyaman dalam beraktivitas.
Inginnya sudah pasti berdiam diri saja sambil menelungkupkan badan hingga rasa nyeri tersebut pergi dengan sendirinya. Atau, berdiam diri saja tanpa harus banyak bergerak kesana-kemari.
Namun, kram perut menjadi dilema tersendiri tatkala masih ada kewajiban yang harus dipenuhi oleh para kaum hawa yang berprofesi sebagai wanita karir. Perihal cuti tak semudah yang dibayangkan saat kram perut melanda.Â
Belum lagi alasan-alasan lainnya yang membuat kesan izin kerja karena kram perut tak elok untuk dilakukan. Padahal, jika nyeri kram perut tak lagi bisa dibendung, izin kerja meski hanya satu hari saja rasanya patut untuk dilakukan.
Tapi, ada saja alasan yang menjadi dilema hingga akhirnya tetap memutuskan untuk bekerja sembari menahan nyeri yang tak tertahankan.
Mengapa demikian?
Banyaknya beban pekerjaan yang harus diselesaikan
Tidak dapat dipungkiri bahwa tanggung jawab di tempat kerja menjadi penghalang tersendiri bagi kaum hawa yang sedang dilanda kram perut.
Adanya kekhawatiran akan tumpukan pekerjaan ataupun tanggung jawab yang memang tak bisa ditinggalkan memaksa kaum hawa untuk, mau tak mau, menghiraukan rasa nyeri yang sedang menimpanya. Alhasil, performa di kantor bisa saja terganggu akibat harus menahan rasa sakit seharian penuh.
Mau menyalahkan kram perut, tidak bisa. Itu sudah kodrat yang harus diterima oleh sebagian besar kaum hawa yang sedang datang bulan.
Mau menyalahkan pekerjaan yang tiada habisnya, tidak mungkin juga. Itu sudah tanggung jawab yang otomatis melekat saat memutuskan untuk menjadi wanita karir.