Ramai Riuh Kota Roma
Maaf, bung Roma bin Italia,
Tapi aku tidak padamu,
Lihat saja foto sebelah,
Kau terlalu ramai,
Belum lagi di sudut-sudutmu yang lain,
Di sepanjang jalan saat aku menghampirimu,
Aku, sesak napas,
Aku, pergi saja.
Roma, terlepas dari kesan kota sejarah yang dimilikinya yang memang menyuguhkan suasana historis yang mengagumkan, kota ini ramainya membuat cukup mencengangkan mata.Â
Jangankan di setiap sudutnya, di sepanjang jalan raya pun rasanya tak pernah surut pengunjung yang berjalan berkelompok dari satu titik ke titk berikutnya.Â
Keramaian Kota Roma semakin terasa di setiap tempat wisata yang cukup mendunia. Sebut saja, Colosseum Roma.
Memasuki Colosseum Roma bukan tanpa tantangan. Barisan antreannya mengular bak ular naga. Barisan antrean ini dimulai dari sejak pertama kali memasuki lingkungan Colosseum untuk mengantre ke loket tiket. Tiket ini berisikan informasi pukul berapa kita bisa memasuki Colosseum.Â
Sembari menunggu waktu giliran masuk, kita bisa mengelilingi wilayah luar Colosseum atau sekadar duduk-duduk manis saja sambil tetap menunggu dengan sabar.
Setelah waktu giliran kita tiba, kembali kita harus mengantre memasuki Colosseum, hingga akhirnya bisa memasuki area bagian dalam tempat bersejarah dengan arsitekturnya yang menawan tersebut.
Dihitung-hitung, total lama mengantre bisa lebih dari dua jam. Tak apa, sekali seumur hidup tak ada salahnya.
Oh iya, saat mengantre di barisan antrean menuju loket pembelian tiket, akan banyak ditemui calo-calo tiket yang menghampiri. Daripada berisiko, saya lebih memilih mengantre di barisan antrean di bawah teriknya sinar matahari musim semi.Â
Beruntunglah meski ramai, kita tetap bisa menikmati arsitektur Colosseum dengan leluasa. Berbeda dengan saat berkunjung ke Trevi Fountain. Alih-alih menyaksikan bangunan air mancur yang terkenal ini, yang saya lihat justru lautan manusia di sekitarnya.