Mohon tunggu...
Novi Setyowati
Novi Setyowati Mohon Tunggu... Lainnya - berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Jelajah Pantai di Kupang hingga Menemukan Senja Terindah di Pulau Rote

8 Mei 2021   15:38 Diperbarui: 9 Mei 2021   17:21 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai Nemberala, Rote (Dokumentasi pribadi)

Katanya,
Indonesia itu terbentang dari Pulau Weh hingga Pulau Rote,
dan berdiri ku kini,
di salah satu ujungnya,
di Pulau Rote,
masih dengan senja di ufuk timur.

Tak berhenti sampai di Sumba, tapi perjalanan ini masih berlanjut lagi hingga ke pemberhentian berikutnya, yakni Pulau Rote.

Sayangnya, tak ada penerbangan langsung dari Sumba ke Pulau Rote. Saya pun memilih untuk singgah dulu di Kupang agar lebih dekat menuju Pulau Rote nantinya.

Berhubung sudah di Kupang, tak elok rasanya jika tak menjelajahi Kupang terlebih dahulu.

Gua Kristal

Dari namanya saja sudah membuat penasaran ya, apakah di dalam gua tersebut banyak ditemukan kristal?

Konon katanya, dahulu kala gua ini memang dipenuhi dengan bebatuan yang menyerupai kristal. Sayangnya, kini bebatuan tersebut tak lagi ada.

Nah, yang menarik dari gua ini adalah keberadaan dari telaga di dalam gua dengan warna airnya yang hijau kebiruan. Airnya juga jernih dan nyaman untuk berenang!

Gua Kristal dengan airnya yang jernih (Dokumentasi pribadi)
Gua Kristal dengan airnya yang jernih (Dokumentasi pribadi)
Namun, akses masuk ke Gua Kristal sungguh mendebarkan! Gua ini berada di bawah tanah sehingga mau tidak mau, memasuki gua ini pun harus dengan menuruninya. 

Jalan masuknya sempit dan terhitung curam. Jalannya pun cukup licin di musim penghujan sehingga benar-benar harus berhati-hati saat melewatinya. 

Oh iya jangan lupa selalu sertakan lampu senter yang mudah untuk kita pegang karena kondisi gua yang sangat gelap. Hal ini juga untuk mengantisipasi agar kita tidak terpeleset saat melalui jalur masuk ini.

Pantai Kolbano

Terletak jauh dari pusat kota, pantai ini menyimpan keunikan tersendiri. Salah satunya, pantainya tidak berpasir, tetapi berbatu-batu. Katanya sih, batu-batu inilah yang kemudian digali dan dibawa ke luar provinsi sebagai barang dagang.

Bebatuan di Pantai Kolbano (Dokumentasi pribadi)
Bebatuan di Pantai Kolbano (Dokumentasi pribadi)
Satu hal yang sangat saya sukai di Pantai Kolbano ini adalah kombinasi dari pemandangan yang ditawarkan. Bukan hanya pantainya, melainkan juga perbukitan hijau yang mengelilinginya. 

Meski cuaca di pantainya sangat terik, tapi pemandangan perbukitannya cukup menyejukkan.

Pantai Kolbano (Dokumentasi pribadi)
Pantai Kolbano (Dokumentasi pribadi)
Warna-warni yang ditampilkan pun semakin semarak dengan bebatuan putih yang membelah antara lautan biru dan perbukitan hijau.

Pantai Oetune

Pantai yang satu ini sudah banyak sekali dikenal di dunia pariwisata. Keunikannya terletak pada padang pasir panjang di pinggiran pantainya.

Pantai Oetune dengan gurun pasirnya yang panjang (Dokumentasi pribadi)
Pantai Oetune dengan gurun pasirnya yang panjang (Dokumentasi pribadi)
Kita jadi seperti menjelajah dua tempat yang berbeda, yakni pantai dan juga gurun pasir. Nah, di Pantai Oetune ini, keduanya bisa menjadi satu yang saling berdekatan.

Pantai Lasiana

Ternyata, ada juga pantai di tengah kota yang mudah untuk dijangkau dengan ojek motor.

Senja di Pantai Lasiana (Dokumentasi pribadi)
Senja di Pantai Lasiana (Dokumentasi pribadi)
Meski sederhana, Pantai Lasiana ini cocok juga untuk disinggahi di sore hari sambil menunggu matahari terbenam. Pantainya cukup sepi, jadi cocok sekali untuk para menikmati senja sambil melepas penat di sore hari.

Perjalanan ke Pulau Rote

Terdapat dua alternatif yang bisa diambil jika ingin berkunjung ke Pulau Rote dari Kupang, yakni dengan pesawat terbang dan juga kapal laut.

Untuk keberangkatan ke Pulau Rote, saya memilih jalur laut karena jadwalnya yang lebih sesuai, yakni di pagi hari.

Kapalnya berbeda dari kapal-kapal yang saya tumpangi sebelumnya. Kapal kali ini, bagi saya, lebih mirip bus kota karena susunan tempat duduk penumpangnya yang rapi dan berjajar.

Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 2 jam lamanya dari Pelabuhan Tenau Kota Kupang. Sementara jika menggunakan pesawat terbang, cepat saja, 30 menit sudah mendarat di Bandara Pulau Rote.

Sesampainya di Pelabuhan Ba'a Pulau Rote, saya melanjutkan perjalanan ke hostel yang sudah saya pesan dengan naik angkot saja. Hostel yang saya pesan sangat dekat dengan Pantai Nemberala, dan si empunya hostel juga cukup terkenal di kalangan abang-abang sopir angkot.

Jadi, meski tak kenal daerahnya, saya hanya menyebutkan nama hostel yang sudah saya pesan dan si abang sopir angkot pun menginformasikan bahwa ia mengenali hostel tersebut.

Saya pun duduk manis di dalam angkot sambil menikmati perjalanan dengan para penumpang lainnya dan menunggu instruksi dari abang sopir, dimanakah saya harus turun. 

Pantai Nemberala (Dokumentasi pribadi)
Pantai Nemberala (Dokumentasi pribadi)
Dan ternyata, saya tak salah pilih hostel. Hostel dengan harga yang cukup terjangkau tersebut ternyata terletak tepat di seberang Pantai Nemberala. Saya pun tak perlu susah-susah berjalan kaki lama, karena hanya dalam 1 menit saja, saya sudah sampai di Pantai Nemberala.

Beberapa hal menarik yang saya temui di tepian pantai adalah babi-babi lucu dan anjing-anjing serta ayam-ayam yang saling bercengkerama ria di pinggiran pantai. Ini adalah pemandangan yang belum pernah saya temui sebelumnya.

Oh iya, saya satu-satunya pengunjung di hostel kala itu. Tapi, beberapa jam kemudian, satu wisatawan mancanegara juga tiba di sana. Jadilah saya tak lagi sendiri, tapi ada teman untuk bercengkerama di pinggiran pantai seharian hingga kami ditakjubkan oleh pemandangan matahari terbenam yang sangat indah.

Senja Pulau Rote (Dokumentasi pribadi)
Senja Pulau Rote (Dokumentasi pribadi)
Bagi saya saat itu, pemandangan matahari terbenam adalah yang terindah yang pernah saya lihat. Senja kala itu juga sunyi dan tenang, menambah syahdu detik-detik matahari terbenam hingga hari mulai gelap.

Senja Pulau Rote (Dokumentasi pribadi)
Senja Pulau Rote (Dokumentasi pribadi)
Tak hanya itu, yang saya suka saat berwisata ke Pulau Rote adalah bercengkerama dengan penduduk sekitar yang juga sedang ada di tepi pantai. Anak-anak kecil dan juga seorang Ibu paruh baya yang sedang mencari rumput laut untuk kemudian diolah dan dijual kembali.

Ibu petani rumput laut (Dokumentasi pribadi)
Ibu petani rumput laut (Dokumentasi pribadi)
Anak-anak yang bermain pasir di Pantai Nemberala (Dokumentasi pribadi)
Anak-anak yang bermain pasir di Pantai Nemberala (Dokumentasi pribadi)
Satu cerita menarik yang saya dapatkan saat berbincang dengan seorang Bapak paruh baya di sana, ialah tentang kapal menuju Pulau Ndao. Beliau berkata bahwa kapal itu memuat berbagai macam bahan pangan dan bahan bangunan yang diperlukan oleh penduduk Pulau Ndao.

Saat itu sudah hampir musim barat (beliau menyebutnya). Sepenangkapan saya, musim barat ini adalah musim hujan.

Beliau pun menambahkan, jika sudah musim barat, penduduk Pulau Ndao tidak bisa keluar dari pulau dari bulan Desember hingga bulan Maret. 

Pada saat musim barat, angin dan ombaknya terlalu kencang dan berbahaya untuk diseberangi. Sehingga seluruh keperluan selama kurang lebih 4 bulan itu harus dipenuhi sebelum bulan Desember datang.

Kapal untuk menyeberangi Pulau Nemberala ke Pulau Ndao (Dokumentasi pribadi)
Kapal untuk menyeberangi Pulau Nemberala ke Pulau Ndao (Dokumentasi pribadi)
Terbayang, kan, seberapa banyak muatan yang harus dibawa oleh kapal demi kebutuhan seluruh penduduk Pulau Ndao?

Oh iya, menarik juga di Pantai Nemberala ini adalah kualitas ombaknya yang dikenal dunia sebagai salah satu tempat terbaik untuk berselancar. Kala itu pun ada beberapa wisatawan mancanegara yang menuju titik ombak tersebut, dengan menumpang kapal penduduk, untuk berlatih berselancar.

Tak kalah menarik juga adalah kita harus selalu berhati-hati saat berkendara di jalanan Pulau Rote. Seringkali perjalanan kita harus diperlambat karena ada sekelompok hewan ternak yang sedang menyeberang jalan dengan sendirinya. Entah itu kambing ataupun babi. 

Nah, pemandangan ini menjadi keunikan tersendiri yang belum pernah saya temui sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun