Padahal, menurut saya, tak ada hal yang lebih menyenangkan daripada bercengkerama dengan penduduk lokal saat kita berwisata! Apalagi jika mendapat bonus keluarga dan saudara baru di tanah yang sedang kita kunjungi ini!
Tanah Sumba tak semenyeramkan yang diceritakan orang lain
Memang banyak di luaran sana cerita-cerita akan kejahatan yang dilakukan pada wisatawan, terutama para pewisata solo, yang berkunjung ke tanah Sumba. Misalnya saja pencurian dan perampokan. Hal itu juga yang dulunya sempat membuat saya ragu untuk berkunjung ke Sumba seorang diri.
Namun, setelah menjumpai pertemuan dengan orang-orang asing sejak di Sumbawa hingga di Sumba, saya tak pernah lagi merasa takut saat harus bepergian ke tanah asing dan juga bercengkerama dengan orang asing.
Namun, hal ini tak saya temui di sana meski beberapa kali saya melihat bagaimana penduduk lokal berpakaian adat lengkap dengan parangnya di jalanan kota.
Tatanan kotanya pun masih jauh dari listrik dan banyak dipenuhi oleh hutan-hutan liar. Jika menginap di penginapan, para pemilik penginapan akan membatasi penggunaan listrik hanya pada pukul 18.00 hingga pukul 06.00 saja.Â
Namun, di luar itu semua, tanah Sumba sangatlah ramah dalam menyambut para pengunjung.
Hemat saya, berkunjunglah dengan niat yang baik dan sertakan doa dalam setiap perjalanan kita, agar kebaikan-kebaikan selalu menyertai meski kita ada di tanah yang tak ramah sekali pun.