"Terima kasih ya untuk hari ini. Aku senang sekali. Semoga kamu juga ya!", sebuah pesan singkat yang muncul di layar telepon seluler saya beberapa waktu setelah, ehm, kencan (movie date) pertama selesai.
Kira-kira apa balasan saya terhadap pesan tersebut? Tanpa basa-basi, "Yoi sama-sama". Hmm, balasan yang cukup datar untuk pesan manis seperti di atas. Lalu, apakah saya ilfeel dengan kencan pertama itu? Jujur saja, iya.Â
Lho, kok bisa?
Ketertarikan pada seseorang bisa berbuah manis ataupun pahit. Berbuah manis jika keduanya sama-sama memiliki ketertarikan yang sama. Dan berbuah pahit jika ketertarikan tersebut ternyata bertepuk sebelah tangan. Alih-alih semangat untuk katakan cinta, yang ada justru sebaliknya, patah hati.
Ada juga yang mencoba peruntungan dengan mencari tahu bagaimana reaksi si dia tentang rasa ketertarikannya, yakni salah satunya dengan mengajak berkencan.
Bentuknya bisa bermacam-macam, ajakan makan bersama, nonton di bioskop bersama, atau mungkin juga berkunjung ke museum bersama.
Apapun bentuknya, kencan pertama adalah penentu akan keberhasilan komunikasi tingkat awal dan juga penentu keberlanjutan arah komunikasi berikutnya.
Sayangnya, tak semua kencan pertama itu bisa berhasil. Banyak juga kencan pertama yang tak berlanjut dan berujung pada berhentinya komunikasi antara dua belah pihak karena rasa ketertarikan yang justru sirna pada kencan pertama, seperti, yang pernah saya alami.
Tidak 'klik' sebagai penyebab gagalnya kencan pertama
Tentu sudah banyak yang tak asing lagi dengan istilah "cinta itu buta". Dalam artian, apapun yang dilihatnya, selama si dia adalah pujaan hati yang didamba-damba, pasti tak ada hal yang dinilai buruk.
Seberapa kerasnya pun teman-teman terdekat menasihati tentang kekurangan si dia, tapi karena sudah terlanjur cinta, maka hal tersebut tak juga dihiraukan.Â
Logika yang sama juga berlaku pada kencan pertama. Jika sudah merasa cocok dengan si dia yang dikencaninya, maka hal-hal buruk yang dilakukan pada saat kencan pertama pun pasti termaafkan, atau justru terpudarkan oleh kuatnya perasaan tertarik yang sudah lama dipendam.
Pun juga dengan hal-hal manis dan baik yang dilakukan saat kencan pertama, justru akan terlihat biasa saja jika memang sudah tidak merasa 'klik' dengan si dia.
Pasalnya, rasa ketertarikan adalah satu faktor penting yang berperan sebagai pemberi toleransi dalam memaklumi seseorang. Rasa ketertarikan juga turut mengaburkan batasan-batasan negatif ataupun positif seseorang dalam bersikap dan berperilaku.
Semakin tidak tertarik seseorang, semakin banyak alasan-alasan yang dicari agar si dia tak lagi datang mendekat.
Semanis apapun kejutan hadiah yang diberikan saat kencan pertama, semenarik apapun tema film yang ditonton saat kencan pertama, serapih apapun pakaian yang dikenakan oleh si dia, dan semenarik apapun topik pembicaraan yang dilontarkan si dia, jika sudah ada rasa tidak 'klik', ya sudah, kencan pertama berhenti di situ saja.Â
Alih-alih terkesan dengan kencan pertama, justru sebaliknya, kita sibuk mencari-cari cela dari si dia sebagai pembenaran bahwa kencan pertama tersebut memang sudah gagal.
Sementara sebaliknya, semakin tertarik seseorang, maka semakin baik nilai yang diberikan bagi si dia yang memang sudah menarik hatinya.
Meski kencan pertama terkesan biasa saja dan membosankan, atau pandangan mata agak terganggu dengan baju yang dikenakan si dia, atau si dia datang terlambat hingga kita harus menunggu, tapi tak apa.Â
Namanya saja kencan pertama yang ditunggu-tunggu, kencan dengan sang pujaaan hati pula! Sudah pasti hal-hal seperti itu tak jadi masalah.
Kalaupun kita terlalu terganggu dengan hal itu, pastilah pikiran kita tetap berharap bahwa hal tersebut tidak akan terulang kembali di kencan-kencan berikutnya. Dan tetap saja, pikiran akan kencan-kencan berikutnya mulai bertebaran di angan-angan.
Alhasil, kencan pertama pun dianggap sukses dengan dalih sudah 'klik' sedari awal.
Penting! Sadari kecocokan 'klik' atau tidak sebelum mengajak berkencan
Jika sudah menyadari bahwa ketertarikan adalah faktor penting dalam kesuksesan berkencan, maka penting juga bagi kita untuk mencari tahu terlebih dahulu seberapa besar tingkat ketertarikan dari si dia sebelum diajak berkencan.
Pastilah sebelum mengajak berkencan, kita sudah terlebih dahulu mengenal si dia dari balik layar. Entah dari media sosial ataupun dari pesan-pesan singkat di telepon seluler.
Selagi melakukan masa-masa penjajakan dengan si dia, penting bagi kita untuk mencari tahu dan menafsirkan percakapan dari komunikasi yang telah terjalin sebelumnya.
Hal ini penting untuk mengetahui respon si dia tentang kemungkinan ajakan kita untuk berkencan.
Jika memahami si dia tidak juga mudah melalui percakapan di telepon seluler, bisa juga coba ajak si dia untuk bertemu secara beramai-ramai terlebih dahulu, misalnya dengan teman-teman yang juga dikenalnya.
Hal tersebut dilakukan untuk melihat seberapa canggung si dia jika harus berhadapan langsung dengan kita tanpa melalui telepon seluler. Jika respon si dia positif, bisa jadi ajakan untuk kencan pertama akan berlanjut ke kencan-kencan berikutnya. Tapi jika respon si dia kurang meyakinkan, hmm, lebih baik urungkan dahulu niat untuk mengajak berkencan.
Kesiapan diri sebelum mengajak berkencan itu penting, salah satunya adalah keyakinan bahwa si dia memang benar-benar mempunyai ketertarikan yang sama dan minat yang sama untuk berkencan. Jika responnya setengah-setengah, mungkin perlu dipertimbangkan lagi rencana berkencan, agar tak membuat ilfeel saat bertemu nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H