Aku kira rumahku cuma di Nusantara
Ternyata, aku rindu separuh dari benuanya
Asia Tenggara
Tanah subur incaran bangsa-bangsa Eropa di masa lampau
Jalanan malam hari
Ramai tapi hangat
Cita rasa kuliner khas tanah Melayu
Rempah-rempah dambaan para penjajah terdahulu
Ah
Aku rindu sekali
Asia Tenggara ku
Sesungguhnya berwisata di Asia Tenggara tak kalah menariknya dengan berwisata di Eropa. Warna-warni di Asia Tenggara tercermin bukan hanya dari arsitektur dan tatanan kota yang jauh berbeda dari di Eropa, melainkan juga tercermin dari budaya setempat yang terkadang lebih hangat daripada di Eropa.
Misalnya saja, interaksi dengan orang asing saat berwisata di Asia Tenggara akan lebih sering dialami daripada saat berwisata di Eropa. Tentu ini kembali lagi pada tujuan berwisata masing-masing individu.Â
Ada yang juga menginginkan interaksi dengan orang asing seperti yang biasa saya lakukan. Atau ada juga yang memang sekedar ingin berwisata tanpa interaksi dengan orang asing.
Terlepas dari itu semua, baik Asia Tenggara maupun Eropa memiliki ciri khas tersendiri yang tak bisa disejajarkan. Keduanya memiliki keunikan masing-masing yang tentunya bisa saja membuat wisatawan ingin kembali lagi dan lagi.
Bangkok -
Bangkok, misalnya. Siapa yang tak cinta dengan Bangkok?! Meski ramai dan bisingnya tak kalah dengan Jakarta, rasanya hampir semua yang pernah berkunjung ke Bangkok tak akan menolak jika harus kembali lagi kesana.
Bangkok juga punya polusi udara. Dilansir dari IQAir, tingkat polusi udara di Bangkok mencapai titik sedang. Namun, transportasi di Bangkok sudah jauh lebih maju daripada di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari terintegrasinya sistem transportasi seperti Metro dan juga Skytrain.
Ada juga Tuktuk (semacam bajaj) dan juga taksi. Tapi, hati-hati dengan taksi di Bangkok. Saya pernah terjebak dengan sopir taksi yang tak ingin menyalakan argonya dan justru langsung meminta harga tinggi tanpa negosiasi terlebih dahulu.Â
Meskipun begitu, siapa yang akan menolak Bangkok jika ditawarkan dengan suasana khas Khaosan Road?
Kawasan yang tak pernah sepi setiap harinya ini juga merupakan salah satu area terkenal bagi para backpacker. Kehidupan malam di Khaosan Road ini adalah yang paling menarik. Rasanya setiap sudut adalah tempat untuk berpesta bagi para wisatawan. Tak apa jika tak ikut berpesta seperti saya, cukup menikmati saja riuh ramai suasana malam dengan jajanan kaki lima yang memanjakan lidah.
Ya, street food Bangkok! Masih mau menolak untuk kembali ke Bangkok jika diiming-imingi dengan street food Bangkok? Hmm, rasa-rasanya susah ya untuk menolak.
Mulai dari pad thai, jus buah-buahan segar, sate seafood yang dibakar langsung ditempat, tom yam, mango sticky rice, hingga kalajengking goreng! Semua ada di sini. Kita tinggal pilih saja, makanan apa yang hendak dicicipi.
Lelah berjalan kaki mengelilingi kawasan yang luas ini? Jangan khawatir, tukang pijat kaki juga tersedia di beberapa sudut jalanannya. Tentu kita harus merogoh kantong yang lumayan ya untuk layanan ini.
Khaosan Road juga merupakan kawasan yang penuh kejutan. Sederhananya "street party is everywhere!".
Kawasan yang selalu dipenuhi oleh wisawatan mancanegara ini bak klub malam di ruang terbuka. Ramai memang, tapi, entah mengapa tetap saja menghipnotis setiap pengunjungnya.
Tentu saja sangat banyak landmark yang bisa dikunjungi saat ke Bangkok.
Grand Palace yang sangat luas dan selalu penuh dengan para pengunjung, misalnya. Tiket masuknya pun relatif mahal ya, yakni mencapai hingga 500 Baht untuk turis mancanegara.
Bisa juga ke Wat Arun, yang merupakan kuil yang terletak di tepian sungai Chao Praya. Di sini kita juga bisa mencoba menyusuri sungainya dengan menggunakan kapal penumpang yang ditawarkan di sana. Tiket masuk  Wat Arun pun jauh lebih murah daripada Grand Palace, sekitar 50 Baht saja.
Atau, bisa juga ke Temple of the Emerald Buddha dan juga Wat Po untuk menyaksikan patung sleeping Buddha di dalamnya.
Menariknya dari arsitektur landmark-landmark ini di Thailand adalah dominasi warna emas di setiap kuilnya. Warna-warna emas yang dihadirkan menambah warna-warni ceria dari cuaca khas negara tropis yang selalu hangat.
Jika sempat untuk berakhir pekan di Bangkok, bisa juga coba ke Chatuchak Weekend Market, surga belanja saat weekend di Bangkok! Hati-hati jangan berlebihan saat belanja, selain menguras kantong, bisa repot juga kalau sampai harus kelebihan bagasi saat kembali dari liburan.
Bosan dengan suasana kota yang sangat ramai dan bising? Yuk bergeser ke sebelah utara, tepatnya ke sebuah daerah bernama Lopburi.
Dari pusat Kota Bangkok, kita bisa menaiki kereta api hingga stasiun kereta Lopburi, dan dilanjutkan dengan menyewa taksi yang akan banyak ditemui di depan stasiun kereta.Â
Pertimbangkan baik-baik saat hendak menawar harga agar tidak kelewat mahal. Terlebih lagi, jangan lupa menyewa taksi ini untuk transportasi pulang-pergi karena kendaraan umum menuju kebun bunga matahari ini sangatlah jauh.
Kebun bunga matahari ini sebenarnya hanya seperti ladang biasa yang sengaja ditanami dengan bunga matahari. Ladang ini pada akhirnya dimanfaatkan untuk menarik para wisatawan agar berkunjung ke daerah ini dan menikmati keindahan alam bersama bunga matahari yang bermekaran.
Berkunjung ke sini harus di bulan-bulan tertentu agar saat berkunjung ke sana tepat saat bunga-bunga matahari sedang bermekaran. Tepatnya adalah di bulan-bulan November dan Desember.
Sekembalinya dari kebun bunga matahari, bisa sedikit kita luangkan waktu untuk berkunjung ke Monkey Temple yang letaknya tak jauh dari Stasiun Lopburi.Â
Candi ini lebih terlihat seperti candi-candi kebanyakan yang juga ada di Indonesia. Hanya saja, yang membuatnya berbeda adalah monyet-monyet liar yang berkeliaran di sana yang jumlahnya kira-kira beribu-ribu atau bahkan ratusan ribu banyaknya. Entahlah, yang jelas, sangat amat banyak sekali.
Monyet-monyet ini juga tersebar di sekitaran kota yakni di jalan raya, di sekitar rumah-rumah dan bangunan-bangunan di tengah kota, di atap-atap bangunan. Pokoknya monyet-monyet yang jumlahnya sangat banyak ini berkeliaran di mana-mana di Lopburi.Â
Pemandu wisata yang bertugas di Monkey Temple sih berkata jika mereka tidak membahayakan. Tapi, sempat kami temui monyet-monyet liar yang saling bertengkar dengan sesama monyet lainnya di jalanan hingga bergerombol, dan hal itu membuat cukup khawatir juga ya.
Apalagi jika melihat monyet-monyet yang berlompatan dari satu atap ke atap lainnya, atau melompat dari atap ke jalanan. Yang jelas, pertemuan dengan monyet-monyet ini di Lopburi dapat menambah warna-warni cerita wisata di Thailand.
Hari semakin siang dan stasiun kereta pun mulai dipenuhi oleh siswa-siswi yang baru saja pulang sekolah. Mereka juga sedang menunggu kereta untuk pulang ke rumah, sama dengan kami yang menunggu kereta untuk kembali ke Bangkok.
Unik juga ya melihat siswa-siswi di Thailand dengan seragam sekolahnya yang biasa saya lihat di drama-drama Thailand. Seperti, menonton drama Thailand di kehidupan nyata.
Overland Trip ke Kamboja
Masih punya banyak waktu di Thailand tapi tak ingin hanya di Bangkok saja?
Bisa juga sih kalau mau berkunjung ke belahan Thailand lainnya dan bermain-main di pantainya, misalnya. Tapi, saya dan dua teman saya lebih memilih untuk overland trip ke Siem Reap, Kamboja karena perjalanannya sangat mudah untuk dicapai.
Kami hanya harus berangkat ke stasiun kereta di pagi-pagi buta untuk membeli tiket kereta paling pagi ke Aranyaprathet, yakni kereta api dengan keberangkatan pukul 6 pagi dan tiba di Aranyaprathet pukul 11.30 siang.
Dari Aranyaprathet, kami harus melanjutkan perjalan dengan Tuktuk menuju Poipet, perbatasan antara Thailand dan Kamboja.Â
Setelah pemeriksaan dokumen di bagian imigrasi, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Siem Reap.
Tadinya kami ingin mencari kendaraan umum seperti bus yang ternyata susah untuk didapat, hingga akhirnya seseorang menghampiri kami untuk menawarkan jasa taksi menuju Siem Reap.Â
Setelah negosiasi harga dengan cukup alot, kami pun meng-iya-kan taksi tersebut untuk mengantar kami ke hostel yang sudah kami pesan di Siem Reap.
Meski jalanannya lebih sepi dari Bangkok dan lebih terkesan sebagai kota kecil, Siem Reap tetap ramai di malam hari, khususnya di kawasan Night Market. Kawasan yang serupa dengan Khaosan Road namun tak seramai dan sepadat Khaosan Road.
Kanan kirinya ramai dengan penjual makanan khas Kamboja. Juga, kita tak perlu bingung dengan mata uang di Siem Reap, karena hampir seluruh restoran menggunakan US Dollar sebagai penunjuk harga.
Kita pun bebas untuk membayar dengan mata uang US Dollar. Hanya saja, merupakan hal yang umum jika para penjual akan memberikan kita kembalian berupa mata uang lokal.
Di kawasan Night Market ini juga terdapat banyak pertokoan suvenir untuk para wisatawan. Tentu hal ini tak boleh dilewatkan untuk sekedar membeli cindera mata sebagai kenang-kenangan, meski hanya sebuah magnet kulkas seperti koleksi saya.
Kawasan Night Market memang ramai, tapi di kawasan lainnya yang jauh dari Night Market ini terbilang sepi. Sehingga perlu hati-hati untuk tidak terlalu malam menghabiskan waktu di Night Market Siem Reap, apalagi jika hostel tempat kita tinggal agak jauh dari Night Market.
Pagi hari berikutnya, akan sangat menyenangkan jika dilalui dengan berburu matahari terbit di Angkor Wat! Landmark utama di Siem Reap. Kebetulan kami sudah menyewa Tuktuk untuk dua hari selama berkeliling di Siem Reap, juga agar tak terlambat pergi pagi-pagi buta ke Angkor Wat.
Kabarnya, kawasan Angkor Wat selalu ramai dengan para pengunjung. Hmm, benar saja. Saat ingin menyaksikan matahari terbit di Angkor Wat, lautan manusia sudah terbentuk di sekitaran danau. Alhasil, untuk mengambil foto saja rasanya sudah seperti antrian yang tiada habisnya.
Meski sangat ramai, akhirnya bisa juga melihat dari barisan depan pemandangan matahari terbit di Siem Reap.
Area Angkor Wat sangatlah luas. Di kelilingi dengan berjalan kaki rasanya tidak ada habisnya dan sudah pasti membuat kaki pegal-pegal.
Salah satu tempat bersejarah ini memang menyuguhkan banyak sekali peninggalan sejarah yang sangat banyak dan bervariasi jumlahnya. Rasanya dibutuhkan waktu seharian penuh jika ingin benar-benar mengelilingi dan mengagumi setiap bangunannya dengan seksama.
Di antara area-area yang berbeda-beda di Angkor Wat, terdapat satu area yang sangat ramai dikunjungi oleh pengunjung. Para pengunjung ini pun seolah "wajib" mengambil foto di tempat tersebut secara bergantian.
Ta Prohm, nama kuil di area Angkor Wat yang sangat dikenal karena merupakan salah satu lokasi syuting Tomb Raider. Ciri khas dari kuil ini adalah akar pohonnya yang sangat besar dan melekat pada bangunan bersejarah tersebut.
Seru juga ternyata berkeliling Angkor Wat. Meski setelahnya kaki pegal-pegal, hati pun bahagia telah mengunjungi salah satu situs bersejarah yang mendunia.
Akses menuju Siem Reap sangat mudah dan dekat dari Bangkok. Jadi, jika berkunjung ke Bangkok, tak ada salahnya jika meluangkan waktu sejenak untuk overland trip ke negeri tetangga.
Selain menghemat biaya pesawat, ibaratnya, dalam sekali perjalanan wisata, kita sudah bisa berkunjung ke dua negara sekaligus.
Tentu saja jika ingin melakukan overland trip, pertimbangan pertama yang harus dipikirkan adalah tersedianya waktu yang cukup untuk berlibur di dua negara ini. Jangan sampai memaksakan overland trip saat waktu liburan sangat singkat.
Jika waktunya singkat, liburan justru akan jadi tidak menyenangkan karena harus kejar-kejaran dengan waktu. Jadi, pertimbangkan dan rencanakan dengan pasti jika ingin mencoba overland trip di dua negara yang berbeda agar tak salah perhitungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H