Kepada senja Skandinavia aku titipkan,
Terkaan acak yang tak kunjung pudar,
Tanpa penat meski beban t'lah menekan,
Rasaku tetap tak 'kan pernah hambar.
Di bawah senja Skandinavia aku teringat, perjalananku yang t'lah kutempuh sejauh ini. Yang seringnya juga aku lalui hanya dengan diriku sendiri.
Tak lengah kulihat orang-orang berlalu lalang. Berdua, bertiga, berempat, dan beramai-ramai. Tapi aku justru selalu senang jika aku hanya seorang diri.Â
Meski tersesat kesana kemari dengan beban ransel berkilo-kilo dan berjalan kaki di keramaian hingga hari gelap, tak apa. Aku selalu berusaha menjaga diri dengan baik. Waspada dengan segala kemungkinan yang terjadi.
Gunting kuku dan semprotan merica selalu jadi andalanku kemana-mana. Agar tak ada lagi yang meremehkan hobiku bersolo wisata meski aku seorang perempuan. Dan tak ada lagi yang meragukanku untuk bepergian seorang diri meski aku seorang perempuan.
Meski polisi-polisi Denmark dengan posturnya yang tinggi dan tegap mulai memeriksa kelengkapan dokumen di dalam Flixbus sesampainya di perbatasan, tak apa. Aku tak gentar meski aku bukan warga Eropa. Toh, aku punya resident permit ku, meski pasporku adalah paspor Indonesia.
Tak sedikitpun aku merasa kerdil atau ingin berlari. Kalaupun ingin berlari, aku hanya ingin segera berlari hingga Skandinavia, agar perjalananku tak terhenti hanya sampai disitu.
Sama seperti mimpi-mimpiku yang lain, tak pernah sekalipun aku gentar atau takut dan berlari menjauh meski yang lain tak mendukungku. Aku hanya terus berlari dan berlari tanpa lelah ke arahnya.
Meski tak tahu entah kapan aku akan sampai, tapi aku tahu jika aku hanya harus terus berlari dan berlari tanpa pernah aku menyerah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!