Mohon tunggu...
Novi Setyowati
Novi Setyowati Mohon Tunggu... Lainnya - berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menumbuhkan Kebiasaan Sederhana untuk Mengurangi Timbunan Sampah

21 Februari 2021   15:01 Diperbarui: 21 Februari 2021   15:18 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berbelanja dengan tas sendiri (Dokpri)

dok. pribadi
dok. pribadi

Untuk sampah botol dan kaleng, harus dibuang di kotak sampah berwarna hijau (seperti foto di atas). Tapi, jika diperhatikan, setiap kotaknya bertuliskan tulisan yang berbeda. Iya, betul sekali. Sampah botol pun tetap dipisahkan berdasarkan warna botolnya. Merujuk pada keterangan pada foto, terdapat enam kategori yang berbeda untuk tempat sampah berwarna hijau, yaitu:

  1. Weissglas: untuk botol kaca berwarna putih/bening
  2. Braunglas: untuk botol kaca berwarna hijau
  3. Gruenglas: untuk botol kaca berwarna cokelat
  4. Dosenschrott: untuk bahan kaleng
  5. Getraenkekartons: untuk kotak minuman (seperti susu dan jus)
  6. Verpackungskunstoffe: untuk yang berbahan plastik

Khusus untuk nomor 6, tidak berlaku pada semua botol plastik. Hal ini lantaran di Jerman terdapat dua kategori botol plastik, yaitu botol plastik yang bertanda "bisa didaur ulang" dan yang tidak.

Untuk botol yang masih bisa didaur ulang, kita bisa membawanya ke supermarket-supermarket terdekat karena terdapat mesin untuk menukarkan botol-botol tersebut dengan voucher yang bisa kita pakai untuk berbelanja. Satu botol setara dengan EUR0.25 (25 cent).

Eits, masih ada lagi, bagi yang sudah tidak lagi membutuhkan barang-barang sepatu dan baju, daripada disimpan dan menumpuk di rumah, bisa juga didonasikan di tempat-tempat yang sudah disediakan seperti foto di bawah ini.

Tempat untuk 'mendonasikan' baju dan sepatu. (Sumber gambar: altkleider-rosenheim.de)
Tempat untuk 'mendonasikan' baju dan sepatu. (Sumber gambar: altkleider-rosenheim.de)
Sampah-sampah elektronik seperti baterai juga dibuang terpisah. Biasanya di beberapa supermarket terdapat kotak tersendiri untuk membuang baterai dan sampah-sampah elektronik lainnya.

Melihat sistem pemilahan sampah tersebut, rasa-rasanya bisa dipahami bagaimana negara-negara maju dinilai dapat mengelola sampahnya dengan baik sehingga tidak menyebabkan pencemaran sampah.

Berbeda dengan sistem sampah tanpa pilah, yang mengakibatkan menumpuknya segala jenis sampah di TPA dan pada akhirnya dapat membahayakan penduduk di sekitarnya ataupun para pemulung karena bercampurnya gas beracun dari sampah-sampah tersebut.

Selain itu, bercampurnya segala jenis sampah juga pastinya membuat TPA menjadi sangat penuh dan rentan longsor jika tidak kuat menampung beban yang diberikan. Sehingga terjadilah insiden longsor sampah seperti di TPA Leuwigajah tersebut.

Melihat nilai budaya tersebut saat di Jerman membuat saya bertanya-tanya, bisa tidak ya di Indonesia seperti itu? Jawabannya tentu tidak ada yang tidak mungkin. Tapi bagaimana kita harus memulainya jika pemerintah tak kunjung menerapkan kebijakan pemilahan sampah secara serentak di seluruh negeri?

Mulai dari diri sendiri dan keluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun