Oh iya, sedikit tips untuk antrean di museum I Auschwitz, tidak perlu hingga antre di depan loket. Karena akan ada petugas-petugas tiket yang mendatangi barisan antrean dan menawarkan tiket secara langsung.Â
Hal ini dilakukan juga mungkin untuk mempercepat laju antrean. Jadi, tidak usah khawatir jika didatangi oleh petugas loket di barisan antrean, karena mereka bukan calo tetapi memang bagian dari petugas tiket di sana.
Saat saya tiba di Auschwitz, cuaca tidak bersalju tetapi hanya hujan. Langit pun mendung tanpa sinar matahari sedikit pun, menambah suram suasana kunjungan di tempat bersejarah ini.
Memasuki halaman setelah pintu masuk bertuliskan "Arbeit Macht Frei" (khas Camp Concentration lainnya), pengunjung pun langsung ditujukan pada bangunan-bangunan di kanan kiri yang di dalamnya merupakan bilik-bilik penjara bagi para tahanan masa itu.
Sayang, saya tidak membawa masuk kamera saya karena tidak diperbolehkan. Jadi hanya bisa mengambil gambar dengan kamera handphone di area museum ini.Â
Dan, saya sendiri sebenarnya tidak tega untuk banyak mengambil gambar ketika memasuki bangunan-bangunannya. Bukan karena tidak ingin, tapi, suasananya benar-benar suram dan "mistis", membuat bulu kuduk saya kerap kali merinding saat melihatnya.
Bangunan-bangunan rumah di museum I Auschwitz ini sangat banyak sekali. Tidak heran, karena dalam sejarah tercatat jutaan dari bangsa Yahudi yang ditahan di sini. Saya pun tidak memasuki semua bangunan, hanya beberapa saja karena juga mengejar waktu untuk ke Concentration Camp yang lain di Birkenau.
Lalu, apa saja yang tersimpan di dalam bangunan-bangunan itu?
Di dalamnya, dalam bilik-bilik yang terpisah dan berdindingkan kaca agar para pengunjung bisa melihatnya, tersimpan barang-barang peninggalan para tahanan masa lampau. Mulai dari baju tahanan, sepatu, tas, dan tempat tidur, alas tidur, cangkir, dsb.