Mohon tunggu...
Novi Setyowati
Novi Setyowati Mohon Tunggu... Lainnya - berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

"Maraton" Wisata Lintas Pulau Maupun Lintas Negara, Apa Saja yang Harus Dipertimbangkan?

10 Februari 2021   06:00 Diperbarui: 12 Februari 2021   05:31 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan matahari terbit di Danau Kelimutu, Ende (Dokpri)

"Maraton" wisata? Apa itu?

Saya menggunakan istilah maraton wisata karena saya ingin menggambarkan tentang kegiatan wisata di beberapa tempat dalam waktu yang sama. Maka dari itu saya sebut maraton wisata. Seperti halnya maraton, kita pun berpindah-pindah tempat ketika berlibur selayaknya berpindah-pindah pos istirahat saat maraton.

Nah, bukan hanya maraton wisata lintas kota yang biasanya sudah sangat umum dilakukan. Seperti mampir dulu di Solo sebelum tiba di Jogja. Atau, yang pernah saya lakukan, mampir dulu di Blitar sebelum ke Trenggalek.

Umumnya maraton wisata lintas kota lebih mudah untuk dilakukan karena bisa ditempuh dengan jalur darat. Jika kita membawa kendaraan pribadi, mudah saja kita hanya perlu singgah di kota yang kita lewati saat sedang dalam perjalanan menuju kota tujuan akhir.

Lalu bagaimana dengan maraton wisata lintas pulau atau lintas negara? Bisa tidak ya, dilakukan? Atau, bagaimana cara kita melakukan maraton wisata lintas pulau dan lintas negara yang efektif dan tidak menguras kantong?

Di awal-awal pasti sudah terbayang bagaimana ribetnya maraton wisata ini. Namanya juga maraton, jalurnya bisa jadi panjang dan terbatas oleh waktu juga.

Tapi, tidak ada yang tidak mungkin selama kita tahu pasti tips dan triknya dalam mempersiapkan perjalanan panjang ini.

Kapal ferry yang membawa saya dari Bima ke Waikabubak (Dokpri)
Kapal ferry yang membawa saya dari Bima ke Waikabubak (Dokpri)
Mengapa melakukan maraton wisata?

Jawaban paling sederhananya adalah tersedianya cukup banyak waktu untuk berlibur.

Ya, hal ini dikarenakan maraton wisata membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Katankanlah paling tidak satu minggu agar kita bisa berpindah-pindah tempat tanpa tergesa-gesa dan tetap bisa menikmati liburan kita dengan santai.

Jadi, ketersediaan waktu di sini adalah penting untuk mewujudkan maraton wisata yang kita rencanakan!

Tahun 2016, kali pertama saya melakukan maraton wisata. Sebenarnya saat itu terjadi karena ketidaksengajaan saya salah memesan tanggal tiket keberangkatan.

Saya berencana berlibur bersama dua teman saya yang berprofesi sebagai Pekerja Negeri Sipil (PNS). Mereka sudah mengingatkan saya bahwa mereka hanya bisa mengambil cuti satu hari bulan itu. Rencananya sih kami berlibur ke Thailand hari Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu.

Tapi, kecerobohan saya membuat mereka harus mengambil jatah cuti hingga lima hari. Alhasil, yang tadinya hanya berniat berlibur selama tiga hari pun harus diperpanjang menjadi satu minggu. Untung saja mereka bisa cuti dan saya tidak jadi merasa bersalah.

Mengingat waktu yang tersedia cukup panjang, saya pun mengusulkan untuk melakukan liburan maraton lintas negara. Dan saat itu kami memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Thailand dan Kamboja dalam waktu seminggu itu.

Merasa bahwa maraton wisata lintas negara bisa dilakukan, saya dan teman-teman lain pun melakukan maraton wisata lintas negara lagi pada tahun 2017, yaitu ke Singapura dan Malaysia.

Tidak puas hanya dengan maraton lintas negara, saya mencoba menantang diri untuk melakukan maraton lintas pulau. Sesederhana karena, saat pertama kali berkunjung ke Lombok tahun 2017, saya seakan jatuh cinta dengan keindahan wilayah bagian timur Indonesia ini.

Akhirnya, pada tahun yang sama saya berhasil mengamankan tiga minggu cuti kantor saya untuk melakukan maraton lintas pulau pertama saya. Selama tiga minggu itu saya menjelajahi Indonesia bagian timur, yaitu dengan jalur Lombok - Sumbawa - Sumba - Kupang - Rote - Ende - Labuhan Bajo. Ini juga perjalanan solo wisata terpanjang yang pernah saya lakukan pertama kalinya dalam hidup!

Beruntungnya, saya berkesempatan tinggal di Jerman selama 2.5 tahun untuk studi pada tahun 2018 hingga 2020. Dan di Benua Eropa inilah saya kembali mengulang maraton wisata lintas negara dengan lebih mudah karena adanya ijin tinggal Schengen yang saya miliki.

Akhir tahun 2018 saya menjelajahi jalur Austria - Slovakia - Polandia. Awal tahun 2019 saya menjelajahi jalur Hungaria - Kroasia - Slovenia - Italia. Dan di tahun yang sama, tepat sebelum pandemi melanda, saya sempatkan mampir ke Denmark saat mengunjungi teman saya di Hamburg.

Ya, maraton wisata ini cukup membuat candu untuk saya. Saya menikmati perjalanan yang panjang sambil mencoret wishlist liburan pribadi di waktu yang bersamaan.

Ibarat kata peribahasa, sekali mendayung, dua, tiga pulau terlampaui. Begitu seringnya prinsip liburan saya jikalau memungkinkan untuk dilakukan.

Apa syarat utamanya? Waktu. Kita benar-benar harus memiliki waktu yang relatif panjang untuk mewujudkan maraton wisata ini.

Kalau tidak, percuma saja. Bukannya menikmati liburannya, justru rasa tidak puas dan badan pegal-pegal yang dirasakan.

Apalagi jika penggemar solo wisata seperti saya. Pasti terbayang kan capeknya menggendong carrier seberat 40kg sambil berjalan kesana-kemari berpindah-pindah tempat. Oleh karena itu, faktor paling utama yang penting untuk maraton wisata ini adalah lamanya waktu liburan!

Kapal yang membawa saya ke Pulau Moyo, Sumbawa (Dokpri)
Kapal yang membawa saya ke Pulau Moyo, Sumbawa (Dokpri)
Jangan remehkan peta!
Di era digital ini memang kita semakin mengandalkan teknologi. Seperti halnya ketergantungan kita terhadap aplikasi navigasi digital. Ketersediaan aplikasi ini sudah banyak membantu kita agar tidak tersesat di jalanan manapun.

Tapi, untuk persiapan perencanaan maraton wisata lintas pulau maupun lintas negara, saya lebih memilih, lihat peta!

Layaknya seorang bajak laut yang mengincar harta karun, peta memberi kita petunjuk yang jelas terkait jalur-jalur penjelajahan yang lebih efektif untuk ditempuh.

Dengan melihat peta, kita bisa memperkirakan pulau atau negara mana dulu yang harus kita singgahi, dan setelahnya kita harus kemana agar tidak bolak-balik atau agar tidak terlalu lama di perjalanan.

Kesemua jalur yang telah saya tempuh di atas pun saya dapatkan dari hasil melihat peta.

Perencanaan jalur yang baik nantinya akan membantu kita memangkas anggaran liburan dan menemukan moda transportasi yang tepat untuk digunakan.

Misalnya saja, untuk liburan di Eropa, jika ingin hemat, kita bisa saja hanya naik Flixbus. Tapi, bagaimana caranya agar naik Flixbus tidak sampai membuat kaki terlalu pegal karena terlalu lama di jalan? Atau adakah jadwal Flixbus yang nyaman untuk kita bisa berpindah dari negara A ke negara B?

Jangan sampai kita memilih rute yang tidak cukup efektif dan nantinya harus tiba di negara B saat tengah malam. Nah, hal-hal seperti ini bisa kita siasati dengan mencari jalur yang sangat efektif dengan cara menyesuaikan jalur peta dengan ketersediaan moda transportasi yang ingin kita gunakan sesuai anggaran liburan kita.

Selain itu, memperhatikan peta juga membantu kita memperkirakan berapa banyak pulau atau negara yang mungkin untuk kita singgahi sesuai dengan waktu liburan yang kita miliki. Jangan sampai, waktu yang kita miliki tidak seimbang dengan jumlah pulau atau negara yang ingin kita kunjungi.

Salah-salah, kita justru kekurangan waktu dan malah tidak bisa menikmati liburan dan hanya fokus pada mencoret wishlist saja. Sayang kan, kalau sudah begitu? Namanya juga liburan, sudah selayaknya membuat kita lebih santai tanpa beban seperti dikejar-kejar deadline.

Ingat, hidup ini bukan kompetisi. Tidak usah terlalu tergesa-gesa dalam menjalani liburan. Cukup fokus saja pada tempat-tempat yang ingin dikunjungi serta sesuaikan dengan ketersediaan waktu dan anggaran yang dimiliki.

Bus wisatawan untuk berkeliling kota Dresden (Dokpri)
Bus wisatawan untuk berkeliling kota Dresden (Dokpri)
Moda transportasi
Sambil melihat-lihat peta dan jika sudah yakin dengan jalur yang akan dilewati, mulailah mencari-cari moda transportasi yang dapat digunakan untuk menjelajah. Pentingnya memutuskan moda transportasi ini nantinya akan berpengaruh terhadap anggaran liburan kita.

Misalnya saja, dari Bima ke Sumba, saya memilih untuk menyeberang pulau dengan transportasi kapal ferry karena lebih murah daripada pesawat. Dan lagi, untuk pesawat pun harus transit dulu di Lombok. Rasanya seperti buang-buang waktu di perjalanan.

Tidak sampai hanya disitu, waktu keberangkatan dan lamanya waktu perjalanan juga harus diperhitungkan. Misalnya saja untuk perjalanan dengan kapal ferry dari Bima ke Sumba, saya harus rela menunggu hingga pukul 21.00 dan melakukan perjalanan di tengah laut selama tujuh hingga delapan jam.

Atau juga, memilih untuk menghabiskan voucher Flixbus kembali ke Berlin dari Warsawa dengan menempuh perjalanan darat selama sepuluh jam lamanya. Bisa juga sih kalau mau naik kereta, tapi voucher Flixbus jauh lebih murah daripada naik kereta.

Nah, hal ini betul-betul harus diperhitungkan. Tersedianya berbagai moda transportasi dan lamanya perjalanan nantinya juga akan mempengaruhi pulau atau negara yang akan kita kunjungi.

Bisa saja, setelah melihat peta dan mencari moda transportasi yang sesuai, mungkin kita akan menghapus nama pulau atau negara dari daftar kita dan menggantinya dengan pulau atau negara lainnya.

Mungkin juga menyimpan jalur yang tak mungkin terlewati itu untuk maraton liburan di lain waktu. Atau bahkan sama sekali dihapus dan tidak usah lagi diperhitungkan.

Anggaran liburan
Finansial tentunya merupakan faktor yang penting lainnya dalam bermaraton wisata ini. Tapi, saya memilih untuk meletakkan anggaran setelah waktu, jalur, dan transportasi karena anggaran ini sifatnya fleksibel setelah kita tentukan faktor-faktor sebelumnya di atas.

Bisa saja setelah kita hitung-hitung lamanya waktu, jumlah pulau atau negara, moda transportasi, dan penginapan, ternyata anggarannya terlalu mahal untuk kita.

Nah, dari situlah kita mulai mengacak-acak lagi waktu, peta, dan moda transportasi untuk memangkas anggaran yang kita butuhkan.

Pemandangan matahari terbit di Danau Kelimutu, Ende (Dokpri)
Pemandangan matahari terbit di Danau Kelimutu, Ende (Dokpri)
Cuaca
Cuaca juga menjadi pertimbangan penting saat melakukan maraton wisata. Mengapa? Karena waktu yang dilakukan untuk bermaraton wisata tidaklah sebentar. Sehingga kita perlu mempertimbangkan barang bawaan kita agar tidak terlalu memberatkan.

Berdasarkan pengalaman saya, bermaraton wisata di musim panas atau kemarau lebih sederhana daripada di musim dingin atau musim hujan.

Saat musim panas atau kemarau, pakaian yang kita bawa pun cenderung tidak memberatkan. Mungkin hanya beberapa T-Shirt saja.

Tetapi, saat musim hujan ataupun musim dingin, kita harus membawa payung, jas hujan, hingga jaket tebal musim dingin, ataupun beberapa pakaian heattech misalnya. Ransel pun menjadi semakin berat dan tentu akan menjadi pertimbangan jika kita banyak berjalan kaki dengan ransel selama perjalanan.

Bisa jadi juga, cuaca di satu pulau atau negara dengan yang lainnya tidak sama, sehingga mempengaruhi kita dalam menentukan pilihan moda transportasi saat hari-H.

Nah, untuk itulah, penting bagi kita untuk melihat prakiraan cuaca selama beberapa hari kedepan saat liburan.

Fisik

Tak kalah penting, kita harus mempersiapkan fisik kita dengan baik.

Banyaknya aktivitas yang nantinya dilakukan dengan berpindah-pindah sudah pasti membuat badan dan kaki pegal. Tapi, tentu kita tidak ingin jika liburan kita macet di tengah jalan hanya karena kita pegal-pegal dan terpaksa hanya tinggal di hostel tanpa menjelajah tempat berlibur yang kita singgahi.

Maka dari itu, saat kita melihat-lihat peta dan menentukan jalur penjelajahan, kita perlu juga mempertimbangkan kekuatan fisik kita melalui jalur-jalur tersebut.

Oh iya, pentingnya peta juga di poin ini. Ketika kita sedang singgah di salah satu pulau atau negara yang kita kunjungi dan merasa fisik kita tak sanggup lagi, inilah saatnya kita melihat peta kembali. Apakah kira-kira ada pulau atau negara yang kita lewati saja atau terus saja lanjut atau bahkan mungkin kembali saja dan menghentikan liburan.

Maraton wisata saat musim dingin di Slovakia, jangan lupa sertakan jaket tebal dalam daftar barang bawaan (Dokpri)
Maraton wisata saat musim dingin di Slovakia, jangan lupa sertakan jaket tebal dalam daftar barang bawaan (Dokpri)
Paspor dan juga Visa
Khusus untuk yang ingin bermaraton wisata lintas negara, jangan lupa pastikan kelengkapan dokumen seperti paspor dan visa untuk negara-negara yang akan dikunjungi.

Jangan sampai kita mendapatkan masalah di tengah liburan karena dokumen-dokumen yang tidak lengkap.

Apalagi jika berwisata dengan Flixbus, selalu akan ada petugas yang mengecek kelengkapan dokumen kita di wilayah perbatasan masing-masing negara.

Pecahan Mata Uang
Jangan lupa juga untuk menukarkan terlebih dahulu pecahan mata uang sesuai dengan yang dipakai oleh negara-negara yang akan kita kunjungi, jika kita tidak berencana menggunakan kartu kredit saat bertransaksi.

Itulah kira-kira yang harus dipersiapkan dan dipikirkan dengan baik saat berencana untuk maraton wisata lintas pulau atau lintas negara.

Bagaimana? Sudah pernah melakukannya? Atau kalian punya tips dan trik lainnya untuk bermaraton wisata lintas jalur? Yuk, silakan bagikan di kolom komentar, ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun