Ibarat kata peribahasa, sekali mendayung, dua, tiga pulau terlampaui. Begitu seringnya prinsip liburan saya jikalau memungkinkan untuk dilakukan.
Apa syarat utamanya? Waktu. Kita benar-benar harus memiliki waktu yang relatif panjang untuk mewujudkan maraton wisata ini.
Kalau tidak, percuma saja. Bukannya menikmati liburannya, justru rasa tidak puas dan badan pegal-pegal yang dirasakan.
Apalagi jika penggemar solo wisata seperti saya. Pasti terbayang kan capeknya menggendong carrier seberat 40kg sambil berjalan kesana-kemari berpindah-pindah tempat. Oleh karena itu, faktor paling utama yang penting untuk maraton wisata ini adalah lamanya waktu liburan!
Di era digital ini memang kita semakin mengandalkan teknologi. Seperti halnya ketergantungan kita terhadap aplikasi navigasi digital. Ketersediaan aplikasi ini sudah banyak membantu kita agar tidak tersesat di jalanan manapun.
Tapi, untuk persiapan perencanaan maraton wisata lintas pulau maupun lintas negara, saya lebih memilih, lihat peta!
Layaknya seorang bajak laut yang mengincar harta karun, peta memberi kita petunjuk yang jelas terkait jalur-jalur penjelajahan yang lebih efektif untuk ditempuh.
Dengan melihat peta, kita bisa memperkirakan pulau atau negara mana dulu yang harus kita singgahi, dan setelahnya kita harus kemana agar tidak bolak-balik atau agar tidak terlalu lama di perjalanan.
Kesemua jalur yang telah saya tempuh di atas pun saya dapatkan dari hasil melihat peta.
Perencanaan jalur yang baik nantinya akan membantu kita memangkas anggaran liburan dan menemukan moda transportasi yang tepat untuk digunakan.
Misalnya saja, untuk liburan di Eropa, jika ingin hemat, kita bisa saja hanya naik Flixbus. Tapi, bagaimana caranya agar naik Flixbus tidak sampai membuat kaki terlalu pegal karena terlalu lama di jalan? Atau adakah jadwal Flixbus yang nyaman untuk kita bisa berpindah dari negara A ke negara B?