Mohon tunggu...
Novi Setyowati
Novi Setyowati Mohon Tunggu... Lainnya - berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Hobi Postcrossing: Meski Tak Kenal, Tetap Bisa Sayang

8 Februari 2021   12:15 Diperbarui: 8 Februari 2021   17:08 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa kartu pos yang saya terima dari postcrossing (Dokpri)

Pernahkah mendengar postcrossing? Kalau belum, coba tebak kira-kira postcrossing itu apa? Kalau masih susah menebak juga, kata kuncinya terletak pada kata "Post"! Yak! Ini adalah sesuatu yang berhubungan dengan jasa pengiriman "Kantor Pos"!

Sejak tahun 2017 saya mempunyai sebuah hobi baru, yaitu postcrossing. Postcrossing merupakan sebuah kegiatan saling berkirim kartu pos dengan orang lain di seluruh belahan dunia.

Uniknya, kita tidak mengenal siapa yang akan kita kirimi kartu pos dan begitu pula dengan mereka. Sebaliknya, kita pun tidak mengenal siapa yang mengirimi kita kartu pos.

Kita pun tidak memiliki kebebasan untuk memilih siapa yang akan kita kirimi kartu pos dan siapa yang akan mengirimi kita kartu pos. Dalam artian, semua aturan dalam postcrossing menggunakan sistem acak. Pihak postcrossing lah yang menentukan, kepada siapa kita harus mengirimkan kartu pos dan dari siapa kita akan mendapatkan kartu pos. Menarik, bukan?

Kalau penasaran, bisa klik website postcrossing di internet, ya!

Beberapa kartu pos lainnya yang saya terima dari postcrossing (Dokpri)
Beberapa kartu pos lainnya yang saya terima dari postcrossing (Dokpri)
Langkah-langkahnya mudah sekali. Seperti kebanyakan akun media sosial, pertama-tama kita harus membuat akun dan mengisi data diri kita. Setelahnya, kita bisa memulai ber-postcrossing dengan mengajukan permintaan untuk mengirimkan kartu pos.

Dalam sekali permintaan, kita bisa mendapatkan "jatah" mengirim hingga 7 kartu pos. Setelahnya, kita baru bisa mengajukan permintaan lagi jika kita sudah menyelesaikan "misi" pengiriman yang kita ajukan sebelumnya.

Sedikit tambahan, ketika seseorang mengirimkan kartu pos atau kita mendapatkan kartu pos, kita bisa mengunggahnya di website postcrossing juga. Sehingga kelak akun kita pun mencatat berapa banyak kartu pos yang telah kita kirimkan dan berapa banyak kartu pos yang telah kita terima. Jadi, kita tetap bisa mengontrol apakah kartu pos yang kita kirim sudah terkirim dengan baik ataukah tidak.

Oh ya, kita juga bisa mengatur postcrossing kita sendiri. Misalnya, kita terbuka dengan saling berbalas kartu pos. Atau, kalau saya dulu sih hanya mengirim ke orang lain dan menerima dari orang lain saja, tidak sampai saling berbalas kartu pos. Dalam artian, saya tidak berbalas kartu pos, tetapi hanya sekali saja mengirim atau sekali saja menerima dari orang lain.

Jadi, postcrossing ini tidak sama dengan sahabat pena, ya!

Nah, kira-kira begitu gambaran singkat dari postcrossing ini. Lalu, kenapa sih saya menggemari hobi ini?

Layaknya memiliki teman baru di seluruh dunia

Memang sih, kami tidak saling mengenal. Tetapi niatan untuk mengirimi seseorang kartu pos itu membuat berpikir bahwa ada seseorang di belahan dunia lain yang sedang menunggu kabar dari kita.

Begitu pula sebaliknya. Ketika ada pemberitahuan bahwa seseorang di belahan dunia lain mengirimi kita kartu pos, kita pun menunggu-nunggu kapan datangnya kabar dalam bentuk kartu pos dari seseorang nan jauh di sana.

Begitu kartu pos kita terkirim, waah, ada perasaan lega bahwa Pak Pos telah berhasil membantu kita menyampaikan kabar singkat tersebut. Juga begitu kartu pos datang. Alangkah senangnya hati ini seolah memperoleh surat cinta dari sahabat beda negara! 

Meski tak saling mengenal dan tak pernah tahu seperti apa rupanya, ada rasa seolah-olah kita terhubung dengan orang lain dalam bentuk pertemanan, lho! Karena bagaimanapun juga, selalu ada cerita singkat yang tertulis di balik kartu pos itu. Dan ketika kita membacanya, rasanya seperti kita memang sedang memperoleh kabar dari teman kita yang seakan-akan telah lama tidak berjumpa.

Kita pun turut membagikan sedikit berita di balik kartu pos yang akan kita kirim. Dan itu juga membuat kita seolah-olah sedang bercerita untuk seseorang yang kita kenal. Menarik, bukan?

Menghalau rasa kesepian
Seringkali saya merasa bahwa saya tak sendiri saat saya menerima kartu pos melalui postcrossing. Meskipun saya tidak mengenal siapa mereka, tapi memperoleh kartu pos ini membuat saya merasa bahwa di belahan bumi lainnya ada orang lain yang sedang memikirkan dan mempedulikan saya.

Ya, seperti dapat surat cinta.

Selayaknya seseorang yang mencintai kita dan selalu berkenan untuk memberi kabar singkat tentangnya. Meskipun tulisannya singkat, sekedar informasi cuaca, kota tempat tinggal, dan juga hobi yang disukai di pengirim kartu pos.

Dan dari cerita yang singkat itu, kita pun bisa membayangkan seperti apa kira-kira suasana di kota tempat tinggal si pengirim kartu pos, bagaimana cuacanya saat kartu pos itu ditulis, dan ya, benar-benar seperti sedang bercakap-cakap dengan teman yang baru kita kenal.

Alih-alih merasa kesepian, saya sih selalu merasa senang dengan kartu pos-kartu pos yang saya terima. Dan jika sedang senggang atau sedang merasa sedih, saya suka membaca-baca kembali kartu pos-kartu pos yang telah saya terima.

Sekedar menjadi pengingat bahwa saya pernah berkirim kabar dengan "teman jauh" di belahan bumi yang berbeda.

Beberapa kartu pos lainnya lagi yang saya terima dari postcrossing (Dokpri)
Beberapa kartu pos lainnya lagi yang saya terima dari postcrossing (Dokpri)
Koleksi kartu pos
Nah, ini dia yang ditunggu-tunggu. Sisi unik lainnya dari postcrossing ini, kita bisa memberikan informasi di biodata akun kita, kartu pos bergambar apa yang kita harapkan untuk kita terima. Dengan begitu, si pengirim kartu pos bisa memperkirakan kartu pos dengan gambar apa yang akan mereka kirim dan yang kira-kira akan kita sukai untuk kita koleksi.

Begitu pun ketika kita akan mengirimkan kartu pos. Ada baiknya kita juga melihat informasi si penerima kelak, agar kita bisa menyesuaikan kartu pos yang akan kita kirim dengan kartu pos koleksi mereka.

Sayangnya, kartu pos di Indonesia terbilang langka dan kurang variatif.

Seringkali saya kesulitan untuk mendapatkan kartu pos dengan foto-foto yang menarik, jika tidak di tempat-tempat wisata tertentu. Karenanya, setiap kali saya berlibur, saya selalu sempatkan untuk membeli beberapa kartu pos untuk persediaan postcrossing sewaktu-waktu.

Bahkan di toko buku sekalipun, kartu pos sudah mulai langka.

Beberapa koleksi kartu pos yang saya kirimkan untuk diri saya sendiri saat sedang berlibur (Dokpri)
Beberapa koleksi kartu pos yang saya kirimkan untuk diri saya sendiri saat sedang berlibur (Dokpri)
Selain itu, saya juga gemar mengirimi kartu pos untuk diri sendiri ketika sedang berlibur
Oh ya. Selain hobi postcrossing, saya juga gemar mengirimi diri sendiri kartu pos saat saya sedang berlibur. Bagaimana? Apakah terdengar aneh?

Saat pertama kali melakukannya, saya juga merasa asing. Menulis kartu pos untuk diri sendiri dan mengirimkannya ke alamat saya, mengapa saya melakukannya? Bukankah lebih baik mengunggah foto liburan di media sosial sambil menuliskan ceritaya?

Ternyata, sensasinya tidak sama, lho! Berikirim kartu pos dengan diri sendiri rasanya lebih personal daripada mengunggah di media sosial. Hal ini karena kita seolah sedang berbincang dengan diri kita sendiri tanpa diketahui oleh orang lain.

Ya mungkin, hanya si Pak Pos saja yang bisa membacanya sambil mengirimkannya. Namanya juga kartu pos, surat tanpa amplop yang bisa dibaca oleh siapapun yang melihatnya.

Lalu apa yang biasa saya tuliskan di kartu pos tersebut? Sama saja sebenarnya dengan postcrossing. Saya biasanya tuliskan nama tempat dan tanggal ditulisnya kartu pos, serta cuaca saat itu.

Setelahnya, saya bercerita tentang liburan saya di tempat itu. Perasaan saya tentang liburan itu dan bisa juga siapa yang sudah saya temui. Pokoknya, hal-hal yang mungkin akan saya lupakan di kemudian hari, akan saya tulis di kartu pos itu agar saya bisa terus mengingatnya.

Saat menerima kartu pos kiriman sendiri pun, ada perasaan menyenangkan karena kita seolah-olah membaca cerita liburan kita dalam bentuk kata-kata. Saat membacanya, saya pun teringat dengan apa yang sudah saya lihat dan saya lakukan ketika liburan.

Misalnya juga saat rindu liburan. Saya tidak hanya melihat-lihat foto yang sudah saya simpan, tetapi juga membaca ceritanya yang sudah saya tuliskan di balik kartu pos. Ingatan pun kembali melayang-layang pada masa liburan yang menyenangkan ataupun mengesankan itu.

Alhasil, selain memiliki kartu pos-kartu pos dari postcrossing, saya pun mengoleksi kartu pos-kartu pos kiriman saya sendiri.

Beberapa koleksi kartu pos yang pernah saya kirimkan untuk diri saya sendiri saat sedang berlibur (Dokpri)
Beberapa koleksi kartu pos yang pernah saya kirimkan untuk diri saya sendiri saat sedang berlibur (Dokpri)
Pandemi melanda, postcrossing tertunda
Sayangnya, pandemi menghentikan sementara hobi postcrossing saya ini. Di awal-awal pandemi, susah sekali untuk keluar rumah sekedar untuk berburu kartu pos, ataupun pergi ke kantor pos untuk berkirim kartu pos. Rasanya selalu parno untuk keluar rumah.

Terlebih lagi, saat beberapa negara menerapkan sistem lockdown. Banyak jasa pengiriman yang tertunda dan kartu pos tidak tersampaikan. Kekhawatiran kartu pos tidak terkirim, tentu saja ada.

Selain itu, saya pun masih belum bisa berkirim kartu pos kepada diri sendiri lagi. Karena saya belum juga berlibur kemanapun seperti saat sebelum pandemi dulu.

Yah, apa boleh buat. Pandemi ini membuat saya gagal jalani hobi. Tapi, saya lebih suka menyebutnya hobi yang tertunda atau hobi yang terhenti sebentar.

Karena saya sudah pasti berniat untuk melanjutkan hobi ini, saat sudah kembali mudah untuk berkirim kartu pos ke belahan bumi lainnya di seluruh dunia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun