Setelahnya, saya bercerita tentang liburan saya di tempat itu. Perasaan saya tentang liburan itu dan bisa juga siapa yang sudah saya temui. Pokoknya, hal-hal yang mungkin akan saya lupakan di kemudian hari, akan saya tulis di kartu pos itu agar saya bisa terus mengingatnya.
Saat menerima kartu pos kiriman sendiri pun, ada perasaan menyenangkan karena kita seolah-olah membaca cerita liburan kita dalam bentuk kata-kata. Saat membacanya, saya pun teringat dengan apa yang sudah saya lihat dan saya lakukan ketika liburan.
Misalnya juga saat rindu liburan. Saya tidak hanya melihat-lihat foto yang sudah saya simpan, tetapi juga membaca ceritanya yang sudah saya tuliskan di balik kartu pos. Ingatan pun kembali melayang-layang pada masa liburan yang menyenangkan ataupun mengesankan itu.
Alhasil, selain memiliki kartu pos-kartu pos dari postcrossing, saya pun mengoleksi kartu pos-kartu pos kiriman saya sendiri.
Sayangnya, pandemi menghentikan sementara hobi postcrossing saya ini. Di awal-awal pandemi, susah sekali untuk keluar rumah sekedar untuk berburu kartu pos, ataupun pergi ke kantor pos untuk berkirim kartu pos. Rasanya selalu parno untuk keluar rumah.
Terlebih lagi, saat beberapa negara menerapkan sistem lockdown. Banyak jasa pengiriman yang tertunda dan kartu pos tidak tersampaikan. Kekhawatiran kartu pos tidak terkirim, tentu saja ada.
Selain itu, saya pun masih belum bisa berkirim kartu pos kepada diri sendiri lagi. Karena saya belum juga berlibur kemanapun seperti saat sebelum pandemi dulu.
Yah, apa boleh buat. Pandemi ini membuat saya gagal jalani hobi. Tapi, saya lebih suka menyebutnya hobi yang tertunda atau hobi yang terhenti sebentar.
Karena saya sudah pasti berniat untuk melanjutkan hobi ini, saat sudah kembali mudah untuk berkirim kartu pos ke belahan bumi lainnya di seluruh dunia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H