Sesederhana karena, saat itu saya sangat disibukkan dengan kegiatan kuliah, yang membuat saya tak lagi bisa berlibur dengan sesuka hati seperti tahun-tahun sebelumnya.
Lalu kemudian, setiap kali membuka akun media sosial dan melihat foto-foto liburan teman-teman saya, hati saya seketika sedih. Sebut saja saya julid, karena saya tidak bisa berlibur seperti mereka.
Sontak saya pun berkontemplasi, dengan unggahan-unggahan liburan saya sebelum-sebelumnya, apakah saya juga pernah membuat hati orang-orang yang melihatnya sedih seperti yang saat itu saya rasakan?
Singkat cerita, saya membuka-buka lagi arsip-arsip unggahan saya dalam bentuk video (story). Dan yang terpikir saat itu hanyalah, "Untuk apa dulu aku mengunggah hal-hal ini? Ini bahkan hanyalah hal-hal sepele yang orang lain pun tak perlu tahu". Dan setelahnya, saya mulai melihat dengan seksama story yang diunggah oleh teman-teman saya di media sosial.
Hasilnya, "Ah, ternyata kami sama saja. Meski entah untuk apa. Ya sudah. Anggap saja sedang berbagi cerita". Meski setelahnya, saya kembali merenungkan,"Tapi mungkin tidak semua hal harus kita bagikan, bukan?"
"Akunku akunku, tak usah pedulikan apa kata orang lain", lagi-lagi ini terus berputar-putar di benak saya. Seolah-olah mencari pembenaran untuk terus bermedia sosial dengan leluasa.
Kendalikan diri kita sendiri
Kita tidak bisa mengendalikan pikiran dan pendapat orang lain, tetapi kita bisa mengendalikan diri kita sendiri. Dalam artian, meskipun kita merasa unggahan kita di media sosial biasa-biasa saja, orang lain tetap bisa menilai kita secara berlebihan atau julid.
Tak perlu baper, karena kita memang bukan pengendali hati manusia. Apa yang mereka pikirkan, tak bisa kita ubah semau kita. Tapi, kita bisa mulai dari diri kita sendiri.
Misalnya dengan menahan diri tidak terlalu sering mengunggah di media sosial. Atau, jika justru kita yang sering julid, kita bisa saja tidak usah mengikuti akun-akun media sosial yang membuat perasaan kita tidak nyaman. Sekali pun akun teman dekat sendiri, tapi jika dirasa lebih nyaman, lakukan saja. Mungkin memang lebih baik berteman hanya di dunia nyata, tidak usah ditambah di dunia maya.
Oh ya, penting juga untuk kita agar bisa mengatur jadwal bermedia sosial. Tidak perlu setiap hari, setiap jam atau setiap menit. Ingat, sesuatu yang berlebihan dan membuat candu itu tidak baik. Mengontrol intensitas bermedia sosial membantu kita menjaga kepercayaan diri dengan tidak lagi sibuk dengan kehidupan yang dijalani orang lain.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!