perempuan di ladang tebu
bulan sepotong menggantung di pucuk pucuk daun. ladang tebu sekitar 250 ribu hektar tak lagi kelam. tak kurang seribu buruh penebang, semuanya lelaki.
batang tebu yang sudah tua disisihkan ke pinggir jalan, kemudian diikat menjadi satu setelah ditimbah per 10 kilogram sebelum diangkut oleh truk untuk dibawa ke pabrik.
para buruh itu bekerja sejak pagi hingga larut malam. karena itu, di beberapa tempat, setiap musim tebang tiba.
begitulah setiap musim tebang pada bulan maret kurang lebih enam bulan.
sejak pabrik gula putih itu berdiri sepuluh tahun lalu, diakui atau tidak, banyak pihak yang diuntungkan. pengangguran dapat diperkecil karena para pemuda di sekitar ladang tebu dipekerjakan. begitu pula masyarakat di sekitar ladang tebu, dibolehkan berdagang sejak musim tebang hingga masa tanam.
meski cahaya bulan tak begitu benderang, hal itu tak membuat keriuhan di tengah ladang tebu memudar. bahkan, menurut sejumlah buruh, cahaya bulan yang masih remang justru kian mengasyikkan.
mata mandor ladang akan kehilangan awas, jadi para buruh bisa mencuri waktu istirahat.
malam terus merangka. sepotong bulan persis di atas ladang tebu. cahayanya menyiram peladangan yang tengah musim tebang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H