Batik Namiroh berasal dari nama keponakan Bu tutik yang sekarang menjadi dosen di ITB. Bu Tutik umur 65 kesehariannya ya wirwaswasta batik di desa Lemah Putro, kabupaten Sidoarjo. Merintis batik memang dari generasi kedua , generasi pertama ibu nya Bu Tutik terus dilanjutkan oleh beliau.Jenis yang dibuat adalah merah merah dan biru biru pokoknya yg gelap gelap, dari flora dan fauna. Sehingga menjadi ciri khas batik Sidoarjo.
 " Kampung batik Jetis sebetulnya nama itu sejak dari dulu sudah ada batik Sidoarjo cuman belum dipromosikan, sehingga pada tahun 1953 orang Sidoarjo tidak tahu kalau ada batik Sidoarjo. " Jelas Bu Tutik tentang sejarah kampung batik di sidoarjo
"padahal batik Sidoarjo sangat digemari, kebetulan konsumen kita orang Madura . Karena batik kita warnya mencolok jadi orang Madura tertarik khususnya orang Bangkalan. Â Bati tulis kita termasuk mahal pada saat itu, tahun 2008 waktu pak Winarso bupati kita dipromosikanlah batik sidoarjo dan dinamakan kampung batik . Jadi yang mempromosikan batik tersebut pak win ". Tambah Bu TutikÂ
dulu banyak orang produksi batik tapi banyak orang orang yang nggak konsisten, maksudnya anak anaknya nggak dikader. tidak mau berkecimpung dibatik. Â Padahal pekerjaan ini harus dilestarikan. Sehingga tidak ada penerusnya . Banyak yang tidur atau tidak diteruskan batiknya.
"Dulu hampir setiap kampung ada  yang membuat batik, namun dimasa masa sepi sekarang nggak seperti tahun kemarin. Covid kemarin masih bangkit masih produksi. Sekarang tidur. Jadi kalau rame buat kalau nggak ya nggak buat. Dulu tahun 2023 sebelum pemilihan presiden sepertinya batik itu tidur sekali, jadi kita produksi tapi hanya dimasukkan digudang . Untuk keluar sulit. Padahal covid itu masih keluar".  Bu Tutik mengingat kembali masa kejayaan pengrajin batik.
Harapan nya semoga pengrajin - pengrajin batik kembali ke masa kejayaan nya. Karena semakin canggihnya era digital, sering kali orang - orang lebih memilih print daripada produksi asli. Karena dari segi harga yang murah dan kualitas yang mungkin tidak jauh beda, jika hanya untuk sekedar dipakai.Â
Namun penting sekali pengrajin tetap konsisten, karena melestarikan budaya yang semakin lama tergerus oleh zaman. S
Dan terimakasih untuk Bu Tutik pada hari itu saya ada tugas untuk fotografi etnografi, dan beliau walaupun sibuk tetap menyempatkan diri untuk di wawancarai dan mengantarkan kamu ke proses membatik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H