Mohon tunggu...
Novi Fatonah
Novi Fatonah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Penulis, Akademis, Aktivis; Kembang Kempis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lupa adalah Obat Luka

24 Januari 2021   00:18 Diperbarui: 24 Januari 2021   04:08 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Terus melangkah melupakanmu
lelah hati perhatikan sikapmu
Jalan pikiranmu buatku ragu
Tak mungkin ini tetap bertahan

Perlahan mimpi terasa mengganggu
Kucoba untuk terus menjauh
Perlahan hatiku terbelenggu
Kucoba untuk lanjutkan hidup”
– lirik lagu Menghapus Jejakmu

Lirik lagu di atas mengandung solusi dalam menyikapi ketidaknikmatan hidup adalah lupa, yangmana kata Ariel Noah dalam lirik lagunya adalah untuk melanjutkan hidup.

Lupa merupakan nikmat dari Allah yang sering luput dalam hidup kita.

Bayangkan engkau hidup tanpa lupa. Dari kecil hingga besar, engkau jalani hidupmu sangat berat karena semua kejadian baik senang maupun sedih terekam dengan jelas dalam memorimu. Betapa beratnya hidup ini jika kau terus memikirkan omongan tetangga yang menohok kala itu, atau betapa beratnya hidup jika kau selalu terkenang begitu manisnya janji kawanmu kepadamu yang kini hanya tinggal pepesan kosong belaka saja, dan Betapa beratnya hidup jika setiap tempat kau akan ingat kejadiannya. Hhmm…nelangsa.

Aku setuju jika orang-orang bilang bahwa lupa adalah nikmat yang terlupakan. Lupa dapat menjadi obat luka. Artinya, jika ada momen di hidupmu dimana itu membuat hatimu terluka, lupa kerap kali menjadi obat untuk lukamu itu. Bukan untuk lupa yang dipaksakan tapi memang otak manusia disetting Allah untuk lupa dengan sendirinya, supaya engkau enjoy dalam menjalani hidupmu. Kekecewaan yang kau rasakan hilang begitu saja seiring berjalannya waktu (lupa).

Bukan aku membela lupa yang kerap kali kau salahkan ketika kau beralasan, Bukan. Tapi aku mengajak kamu untuk tidak melupakan bahwa lupa adalah bagian dari nikmat-Nya.

Orang alim berkata dalam khotbahnya bahwa pandai-pandailah kalian bersyukur sebagai titik dimana kalian mensyukuri nikmat-Nya. Dalam hal ini kita diajak untuk pandai mensyukuri ketidaknikmatan, yang menurut aku adalah ya nikmat lupa itu.

Nah, Jika lupa itu juga nikmat.

Maka…

Nikmat mana lagi yang kau dustakan? (Firman-Nya dalam surah Ar-Rahman)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun