Mohon tunggu...
Novie Chis
Novie Chis Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Ibu Rumah Tangga Biasa

Manusia yang ingin lebih berguna untuk sesama, punya hobi bercocok tanam dan ngga suka lihat kecurangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perlukah Euforia Wisuda untuk Anak Usia Sekolah?

20 Juni 2023   07:00 Diperbarui: 21 Juni 2023   16:19 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(dokumentasi pribadi)

Bulan Mei dan Juni sepertinya tidak akan terlupakan bagi para orangtua yang anaknya sudah selesai menempuh studi di tingkat sekolah mulai dari PAUD, TK, SD, SMP dan SMA. Ya, apalagi jika bukan acara wisuda yang dinanti. 

Hampir di semua sekolah mengadakan acara pelepasan siswa dari sekolah kembali ke orang tuanya dengan berbagai acara yang dikemas dalam bentuk tasyakuran, bakti sosial, acara seremonial yang dilaksanakan di halaman sekolah, aula, gedung pertemuan bahkan banyak juga yang mengadakan acara tersebut di hotel berbintang.

Sebenarnya, perlukah acara wisuda tersebut dilaksanakan untuk anak-anak usia sekolah?

Definisi wisuda menurut KBBI adalah peresmian atau pelantikan yang dilakukan dengan upacara khidmat. Di kalangan akademisi, wisuda merupakan acara seremonial penanda kelulusan mahasiswa setelah menempuh pendidikan di perguruan tinggi. 

Namun seiring berkembangnya waktu, acara wisuda ini sudah tidak hanya milik para mahasiswa lulusan perguruan tinggi saja tetapi juga milik anak-anak bangsa yang masih disebut sebagai siswa.

Wisuda diartikan sebagai moment suka cita untuk merayakan sebuah kesuksesan, jerih payah, usaha setelah menyelesaikan kewajiban di tingkat satuan pendidikan. 

Kegembiraan atas hasil yang diraih selama belajar diwujudkan dalam sebuah acara yang kebanyakan terlihat glamor dan wah, yang tidak hanya dilakukan di sekolah saja tetapi ada yang mengadakan acara ini di sebuah hotel berbintang. 

Bisa kita bayangkan berapa dana yang harus dikeluarkan orang tua untuk berpartisipasi di acara tersebut. Mungkin bagi sebagian orang, dana ratusan ribu tampak kecil, tetapi disisi lain masih banyak juga orang tua yang hanya bisa terdiam menjadi kaum minoritas di pojokan sana. 

Makna sakral dalam sebuah prosesi wisuda bagi siswa rasanya sudah bergeser menjadi euphoria sesaat karena esok anak-anak ini akan dihadapkan pada kondisi dimana mereka harus berjuang kembali untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi lagi. 

Orang tua pun harus menyiapkan budget dana yang lumayan banyak untuk persiapan putra-putrinya di sekolah yang baru. Aneka keperluan sekolah sudah menanti seperti seragam, buku-buku, mungkin sepatu yang sudah waktunya diganti karena rusak.

Kalau begitu, apakah tidak boleh merayakan sebuah kesuksesan dengan acara seperti itu? Tentu saja boleh. Tetapi alangkah bijaknya jika moment syukuran akan suatu keberhasilan dirayakan dengan penuh khidmat dan sederhana. 

Sepertinya banyak format kegiatan yang bisa dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang tentunya tidak menelan biaya yang besar dan dapat dilaksanakan di lingkungan sekolah saja. 

Biayanya pasti lebih terjangkau, kisaran 100-300 ribuan masih masuk akal untuk bisa menggelar acara syukuran di sekolah. Jangan sampai ritual wisuda ini menjadi ajang proyek bisnis dalam sekolah yang pertanggungjawabannya masih abu-abu seperti halnya penggunaan dana komite yang entah ada atau tidak laporannya.

Bukan menjadi rahasia umum lagi jika di dalam sekolah masih banyak praktik bisnis yang menggiurkan untuk dikulik. Tidak hanya dari satu kegiatan yang bernama wisuda, tetapi event lain seperti study tour, kunjungan industri plus piknik juga perlu mendapat pehatian khusus. 

Sungguh miris mengapa institusi pendidikan yang notabene seharusnya mengajarkan suatu pembelajaran akhlak baik ternyata banyak yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. 

Celah ketidakberanian orang tua menyuarakan kecurangan benar-benar menjadi suatu 'berkah' bagi oknum.  Rasa takut yang dirasakan orang tua demi sebuah alasan keamanan si anak di sekolah mulai dari bullyan, rasa minder/malu, atau perlakuan minor ke anak begitu menghantui mereka sehingga jalan diamlah yang dipilih.

Sudah saatnya pemerintah, dalam hal ini Kemendikbudristek, peka dan mulai mengambil langkah preventif yang berupa larangan penyelenggaraan acara wisuda yang berlebihan di lingkup pendidikan dasar dan menengah. 

Jika dilakukan pembiaran, tidak saja menodai marwah nilai luhur wisuda tersebut tetapi juga bisa menciderai citra institusi pendidikan itu sendiri. Biaya pendidikan anak yang seharusnya sudah menjadi tanggungan pemerintah, menjadi membengkak luar biasa demi sebuah 'standar' tinggi yang mengatasnamakan peningkatan kualitas atau mutu pendidikan dan ego sesaat orang tua.

Wisuda bukanlah menjadi akhir dari sebuah perjuangan, tetapi wisuda menjadi sebuah awal dimulainya perjuangan yang sesungguhnya. Cukuplah wisuda diadakan di level tertinggi tingkat perguruan tinggi. Untuk pendidikan dasar dan menengah bisa dengan mengadakan acara syukuran dan seremonial sederhana pengembalian siswa dari sekolah ke orang tua. 

Jangan sampai acara acral ini berasa eksklusif untuk kalangan tertentu saja tetapi juga membawa manfaat untuk semua orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun