Mohon tunggu...
Novie Ocktaviane Mufti
Novie Ocktaviane Mufti Mohon Tunggu... -

Writer. Faculty of Psychology's student. Thinker.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Psycholostory: Berpikir Holistik

9 September 2014   05:11 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:15 12008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hallo! Dalam #Psycholostory kali ini, saya ingin bercerita soal Holistik. Nah lho?! Apaan sih holistik? Sejenis kue kah? Atau merk semen? Husss! Bukaaaaan! Holistik itu salah satu pola pikirnya anak Psikologi. Gimana sih emang? Yuk kita intip. Kali aja bermanfaat buat yang mau ngelamar anak Psikologi jadi istrinya, eh :p *skip*

Holistik adalah salah satu pola gaya berpikirnya orang-orang yang bergelut di dunia Psikologi. Berpikir holistik berarti berpikir secara menyeluruh dengan mempertimbangkan segala aspek yang mungkin mempengaruhi tingkah laku manusia atau suatu kejadian. Simplenya, berpikir holistik itu gak cuma melihat masalah dari satu sisi aja, tapi mempertimbangkan sisi-sisi lain yang bahkan terkadang sebenernya kurang atau gak disadari.

Kenapa sih kok harus berpikir holistik? Karena banyak banget faktor yang bisa mempengaruhi tingkah laku manusia sampai dia jadi begini dan begitu. Balik lagi, manusia itu unik dengan segala keunikan, kelebihan, dan kelemahannya. Terus, kita juga kan gak boleh ngejudge orang tanpa alasan yang benar-benar kita tahu. Seorang Psikolog juga gitu, sebelum menentukan diagnosa pasti udah mempertimbangkan banyak hal dulu sebelumnya. Simplenya, berpikir holistik membuat kita meminimalisir adanya keputusan-keputusan premature, dan membuat kita jadi lebih bijaksana.

Contohnya gini, misalnya ada kasus anak SD yang motivasi belajarnya di sekolah rendah. Dengan berpikir holistik, yang dijadikan reasoning kita bukan hanya karena anak itu malas. Lebih jauh dari itu, kita juga harus memikirkan banyak aspek yang mungkin mempengaruhi anak itu motivasinya rendah. Bisa jadi dia seperti itu karena pola asuh orang tuanya yang tidak pernah menghargai pencapaian anaknya, atau lingkungan yang terlalu berekspektasi tinggi terhadap dia, atau dia merasa tidak tertantang karena pembelajaran terlalu mudah. Bahkan, bisa jadi dia seperti itu karena adanya sibling rivalry, dia ga suka punya adik baru karena takut kasih sayang orang tuanya jadi berkurang. Pokoknya banyak deh yang bisa jadi faktor yang mempengaruhi.

Gimana? Udah ngerti belum?

Contoh lagi deh. Misalnya ada kasus seorang pemimpin organisasi di kampus yang merasa ga nyaman dengan organisasi yang dia pimpin. Dengan berpikir holistik, kita ga bisa menyalahkan pemimpinnya aja atau menyalahkan organisasinya aja. Balik lagi, kita harus mempertimbangkan banyak aspek. Bisa jadi pemimpin itu begitu karena faktor masalah-masalah pribadi yang bikin motivasinya turun, atau karena faktor permasalahan keluarga, atau juga bisa saja karena faktor permasalahan di perkuliahan. Bahkan bisa aja dia kayak gitu karena dia adalah orang dengan jenis kepribadian affiliative yang produktivitasnya ditentukan oleh support dan keberadaan orang di sekitarnya.

Udah paham kan? Intinya sih berpikir holistik itu mempertimbangkan segala macem kemungkinan, dari berbagai segi, dari berbagai perspektif.

Kesannya mungkin ribet ya bagi yang baru tahu atau belum terbiasa. Tapi, buat anak-anak Psikologi ini udah kayak bagian dari kehidupan sehari-hari, karena dibiasakan sampe akhirnya terbiasa. Kebayang kan gimana serunya kalau punya satu klien yang masalahnya cuma satu, tapi untuk tau diagnosa dan permasalahan intinya Psikolog harus berpikir holistik: mempertimbangkan banyak hal bahkan sampai ke gimana pola asuh klien itu waktu kecil, gimana pola keluarganya, gimana pola pendidikannya, dan gimana lingkungan beraksi dan berreaksi terhadap perilaku dia waktu dulu sampai sekarang. Tapi justru disini letak serunya. Kita jadi bisa tau cerita hidup tentang banyak orang, dan yang paling penting kita bisa belajar banyak hal dari orang lain.

Percaya ga kalau berpikir holistik ini sebenernya bisa dipelajari? Semua orang sebenernya bisa kok berpikir holistik. Gimana caranya? Caranya adalah dengan belajar untuk menjadi orang yang tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan, jangan hanya menyetujui satu aspek sebagai penyebab tunggal suatu hal atau perilaku. Pertimbangkan banyak hal, supaya judgmentnya gak premature. Sebelum ngambil keputusan, bilang sama dirimu sendiri, “Tunggu dulu!”, berpikir dulu sebentar biar keputusan yang keluar bisa jadi lebih baik, dan biar kamu jadi lebih bijaksana juga.

Be positive, be holistic, be wise! Salam #Psycholostory :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun