Mohon tunggu...
Novi Dwi Putri Lestari
Novi Dwi Putri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta

Cat Lovers~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Komunikasi Antar Budaya dalam Pernikahan orang Jawa dan Sunda

1 Juni 2023   21:15 Diperbarui: 1 Juni 2023   21:20 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     Dalam pengertian sehari-hari, kita sering menafsirkan komunikasi sebagai bentuk interaksi antar individu. Hal yang perlu diingat adalah jika membicarakan individu maka yang kita bicarakan adalah manusia. Setiap individu adalah individu yang berbeda satu sama lain, tetapi tetap tidak bisa lepas dari individu yang lain. Ketergantungan dan keterikatan antara satu dengan yang lain itu disebut interdependensi. Untuk itulah komunikasi diperlukan sebagai jembatan hubungan individu satu dan yang lain. 

     Dalam konteks yang lebih luas, komunikasi antar budaya berperan penting dalam komunikasi individu yang berbeda budaya. Bagaimana hubungan antar individu yang berbeda budaya itu dapat terjalin sangat penting untuk memperhatikan komunikasi.

     Kebudayaan adalah apa yang mencakup kepercayaan, hukum, adat istiadat, moral, kesenian, kebiasaan yang diperoleh individu sebagai bagian dari masyarakat. Jika kita memandang kebudayaan orang lain, seringkali yang tampak adalah hal-hal yang khas dan menonjol. Dan memang betul bahwa suatu kebudayaan memancarkan suatu watak yang khas. Maka, yang tampak pada kita apabila kita mengamati kebudayaan lain adalah watak khas tadi. Watak khas itu seringkali terlihat dari tingkah laku, kebiasaan, atau bahkan benda-benda tertentu yang merupakan milik budaya mereka.

     Dari semua penjelasan mengenai komunikasi, individu dan budaya, kita tahu bahwa komunikasi antar budaya bukan hal yang bisa dianggap sebagai angin lalu. Apabila berkomunikasi tanpa memahami budaya lain, bukan tidak mungkin akan berujung pertikaian sebab budaya lain merasa tersinggung. Seperti ungkapan yang dikatakan Thomas Hobbes: Manusia itu serigala bagi manusia lainnya.

     Kita ambil sebagai contoh perkawinan beda budaya antara seorang pria Jawa dengan wanita Sunda. Terlepas dari mitos bahwa orang Jawa tidak boleh menikah dengan orang Sunda, bagian yang penting adalah bagaimana komunikasi yang terjadi agar keduanya dapat menjalin hubungan yang baik meski di latar belakangi perbedaan budaya. Kita dapat mengatakan bahwa orang Sunda terkenal galak karena ketika berbicara keras dan tegas, namun orang Sunda juga sangat ramah, suka bergaul, ceria. Sedangkan orang Jawa terkenal dengan watak yang tenang dan gaya tingkah laku maupun berbicara yang lembut, pantang berbicara dan tertawa keras. Seperti itulah kedua suku itu di mata orang asing. Dari situ saja kita dapat melihat bahwa pria Jawa dan wanita Sunda itu memiliki watak dan budaya yang bertolak belakang.    

     Bagaimana mereka mengarungi bahtera rumah tangga dengan perbedaan yang sedemikian berbeda? Jawabannya adalah memahami dan menyesuaikan budaya lain dengan komunikasi yang baik.

     Dalam kondisi budaya yang berbeda, sebuah keluarga bisa harmonis, dengan anggota keluarga yang saling memahami dan menyesuaikan terhadap watak masing-masing, lalu terciptalah keluarga yang rukun dan bahagia. Atau kita akan menemukan realita yang berbeda, ketika sebuah keluarga tidak saling mengerti, bertengkar hingga piring dan gelas beterbangan, atau yang lebih meriah lagi ketika terwujudnya "kebun binatang" ketika keluarga bertengkar.

     Semua gambaran tersebut adalah bukti pentingnya integrasi dalam sebuah keluarga. Apabila sesama keluarga mau saling menyesuaikan dan berusaha menghilangkan perbedaan, maka keluarga harmonis, rukun dan bahagia lah yang akan terwujud.

     Suatu hal yang perlu kita ingat adalah komunikasi berperan sangat penting di sini. Komunikasi yang dilakukan pria Jawa dan wanita Sunda yang saling memahami akan sangat indah. Ketika sang wanita Sunda berbicara keras dan terdengar kasar, sang pria Jawa akan mencoba memahami. Sebaliknya, sang wanita Sunda akan mencoba memahami sang pria Jawa yang tenang dan sederhana. Keduanya berkomunikasi dan mendiskusikan bagaimana sebaiknya mereka berhubungan. Melalui komunikasi antara budaya tersebut, terwujudlah akulturasi budaya. 

     Begitulah gambaran bagaimana sebuah komunikasi antar budaya yang baik akan menciptakan lingkungan yang damai.

     Hidup seseorang itu selalu membutuhkan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Itulah sebabnya dikatakan bahwa hidup selalu terbuka untuk revisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun