Mohon tunggu...
Novi Dini Aldiani
Novi Dini Aldiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bismillah

Jangan lupa untuk selalu bersyukur!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahasa dan Kontestasi Politik

29 Maret 2022   16:11 Diperbarui: 29 Maret 2022   16:20 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Novi Dini Aldiani

Akhir tahun 2021 masyarakat dibuat bertanya, menerka, dan menebak-nebak sosok yang dimaksud Giring Ganesha dalam pidatonya.  Pasalnya di dalam pidato tersebut Giring mengatakan bahwa masa depan Indonesia akan suram dan hancur apabila dipimpin oleh seorang pembohong dan pernah dipecat Jokowi dalam pemerintahannya. 

Pidato tersebut Giring sampaikan saat perayaan ulang tahun PSI yang ke-7 di The Ballroom Djakarta Theater Building, tepatnya pada tanggal 22 Desember 2021. Acara tersebut dihadiri oleh kader PSI dan juga terlihat kehadiran Bapak Joko Widodo yang didampingi oleh Mensesneg Pratikno. 

Pidato yang disampaikan Giring Ganesha menuai banyak kritikan pedas dan bahkan menjadi bahan olokan masyarakat. Selain itu dengan pidatonya tersebut Giring dinilai telah mencoreng nama partainya sendiri. Karena pidatonya yang menggiring pemikiran masyarakat hingga pada akhirnya masyarakat banyak yang menyimpulkan bahwa yang dimaksud seorang pembohong dan pernah dipecat oleh Jokowi itu adalah Anies Baswedan.

Salah satu usaha yang dilakukan dalam memahami makna dan maksud dari ucapan Giring Ganesha tersebut adalah dengan menganalisis ucapan itu menggunakan pragmatik. Makna dan maksud bukanlah sesuatu yang sama. Makna berbicara mengenai unsur yang ada di dalam sebuah ucapan, sedangkan maksud lebih berkaitan dengan unsur yang ada di luar bahasa atau ucapan. 

Misalnya apakah maksud Giring mengatakan hal tersebut adalah sebagai sebuah sindirian kepada Anies atau hanya sebuah ucapan yang hanya dapat dilihat dari unsur kebahasaanya saja.  

Pragmatik adalah salah satu ilmu linguistik yang dapat membantu dalam membongkar makna dan maksud dari sebuah ungkapan atau tuturan. Pragmatik merupakan studi tentang makna yang berhubungan dengan situasi ujar. Situasi ujar tersebut berkaitan dengan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk aktivitas, dan tuturan juga sebagai hasil dari produk verbal.

Di dalam pragmatik terdapat kajian tindak tutur yang meliputi tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang hanya menghasilkan tuturan atau ungkapan linguistik yang bermakna. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu sekaligus menyatakan suatu tindakan, maka dari itu tindak tutur ilokusi disebut juga dengan The Act Doing Something (tindakan melakukan sesuatu). 

Sedangkan tindak tutur perlokusi adalah tuturan yang dapat memberikan pengaruh atau doktrin kepada mitra tutur atau pendengarnya. Dalam pidato Giring Ganesha tersebut terdapat beberapa kalimat yang dinilai oleh masyarakat seperti menyindir dan menggiring opini publik. Sehingga dalam kasus ini pragmatik dirasa pas untuk mengkaji ungkapan tersebut.

Anies Baswedan digadang-gadang akan maju menjadi calon presiden, namun hal tersebut belum dipastikan kebenarannya. Selain Anies, Giring Ganesha pun mendeklarasikan diri sebagai calon presiden 2024, hal itu Giring sampaikan dalam sebuah konferensi pers pada hari Senin, 24 Agustus 2020. 

Lalu di dalam salah satu vidio yang diupload di twiter oleh akun resmi PSI, Giring mengatakan bahwa Anies adalah seorang pembohong dan mempermasalahkan penggunaan APBD DKI Jakarta yang digunakan untuk kepentingan menjelang pemilu 2024. 

Giring mengatakan bahwa rekam jejak ini harus diingat oleh semua masyarakat sebagai pertimbangan dalam pemilihan nanti. Dan di akhir vidio Giring menegaskan jangan sampai Indonesia jatuh ke tangan pembohong, jangan sampai Indonesia jatuh ke tangan Anies Baswedan. 

Dari vidio tersebut maka spekulasi atau tebakan masyarakat yang berkaitan dengan seorang pembohong dalam pidato Giring Ganesha saat acara perayaan ulang tahun PSI yang ke-7 kemungkinan besar adalah benar bahwa yang dimaksud oleh Giring adalah Anies Baswedan.

Tindakan lokusi dalam hal ini adalah perkataan Giring Ganesha yang menjadi kontroversi di masyarakat "Indonesia akan suram jika yang terpilih kelak adalah seorang pembohong dan juga yang pernah dipecat oleh Pak Jokowi karena tidak becus bekerja".

Kalimat tersebut termasuk ke dalam tindak tutur lokusi bentuk deklaratif, di mana Giring ingin memberitahu dan menyatakan bahwa Indonesia akan hancur bila nanti seorang pemimpin yang akan menggantikan Pak Jokowi adalah seorang pembohong. Kurang lebih makna secara harfiahnya adalah seperti itu. 

Sementara itu jika dilihat dari tindak tutur ilokusi maka kalimat pernyataan dari Giring Ganesha dalam pidato tersebut selain sebuah tuturan juga sebagai sebuah pengingat untuk masyarakat agar lebih berhati-hati dalam memilih seorang pemimpin. 

Terlebih saat ini waktu pemilu sudah semakin dekat. Sehingga masyarakat harus lebih teliti dan seksama dalam menentukan sebuah pilihan, jangan asal memilih karena seorang pemimpin akan menentukan bagaimana nasib masyarakat ke depannya.

Jika dilihat dari tindak tutur perlokusi kalimat tersebut tidak hanya memiliki makna informatif bahwa Giring Ganesha memberikan suatu pernyataan mengenai kriteria pemimpin yang tidak boleh dipilih. 

Lebih jauh dari itu maksud Giring melontarkan kalimat tersebut dalam pidatonya dengan harapan akan mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat untuk dirinya dan semua kader PSI untuk maju dalam pergulatan politik yang akan datang. 

Selain untuk mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat, Giring juga berharap agar masyarakat saat pemilu 2024 nanti tidak memilih Anies Baswedan sebagai presiden jika benar Anies akan maju sebagai calon presiden periode 2024.

Setiap menjelang pemilu rakyat harus lebih cerdas dan jeli dalam menetukan pilihan karena pemimpin yang terpilih akan menentukan nasib masyarakat Indonesia lima tahun ke depan. 

Selama masa pemilu, terlebih saat masa kampanye sangat diharapkan agar masyarakat terkhusus masyarakat yang ikut terjun menjadi tim sukses agar tetap tenang dan tidak terpancing emosi oleh pihak-pihak yang berusaha membuat perpecahan. 

Dikhawatirkan bila terjadi perpecahan maka fokus pemilu akan tergoyahkan. Jangan sampai kenangan-kenangan pahit pemilu kemarin terulang kembali dengan adanya istilah cebong dan kampret. 

Di dalam politik tidak ada musuh abadi dan tidak ada teman sejati. Semoga pemilu 2024 yang akan datang dapat berjalan dengan aman, lancar dan tanpa adanya perpecahan. Semoga Indonesia selalu berada dalam keamanan, keselamatan, dan keberkahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun