Mohon tunggu...
Novica Adinda
Novica Adinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Whatever

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelecehan Seksual Marak Terjadi, Perlukah Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini?

31 Desember 2023   20:27 Diperbarui: 31 Desember 2023   20:52 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pelecehan seksual belakangan ini semakin marak terjadi. Baru-baru ini, terjadi aksi pelecehan seksual pada dua anak perempuan yang dilakukan oleh pria penjual cincau di Malang. Pelaku tertangkap kamera CCTV di sekitar lokasi kejadian saat meraba bagian sensitif anak perempuan di sekitar wilayah Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, pada Selasa (21/11/2023), pukul 15.00 WIB. Kasatreskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat mengatakan bahwa, modus yang dilancarkan pelaku yaitu dengan memberikan es cincau gratis ke dua orang korban sehingga korban terbujuk rayu, kemudian saat itu tangannya menggerayangi korban yang bersangkutan. Berbagai dampak yang terjadi pada korban pelecehan seksual yaitu psikologis korban akan terganggu, mengalami trauma yang mendalam, tingkat stress meningkat sehingga mengganggu kinerja otak. Selain itu, pada kasus yang lebih parah si korban mengalami pendarahan pada organ reproduksinya. Dampak sosial juga sering didapatkan oleh korban pelecehan seksual. Korban sering dikucilkan dan dibuli oleh lingkungan sekitarnya.

Usia dini merupakan periode sensitif, selama masa inilah anak usia dini dengan mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya, dimana kemampuan otak anak dalam menerima semua pengetahuan dari lingkungannya diikuti dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu yang sangat tinggi ini ditunjukkan anak dengan aktif bertanya tentang berbagai hal yang mereka temui atau dapatkan. Rasa ingin tahu anak usia dini meliputi semua bidang yang menurut anak menarik atau menyenangkan, salah satunya yang berkaitan dengan seksitas.

Kurangnya pengetahuan anak terhadap kejahatan-kejahatan seksual yang ada di sekitarnya, membuat anak menjadi incaran bagi predator seksual di sekitar mereka. Anak-anak sangat mudah dipengaruhi dengan iming-iming uang atau sesuatu yang disukai. Oleh karena itu, orang tua dan pendidik memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah terjadinya pelecehan seksual dengan memperkenalkan pendidikan seks pada anak usia dini. Selain itu, peran pemerintah sangat diperlukan dalam pembuatan peraturan perundang-undangan yang dapat menjamin penyelenggaraan perlindungan anak. Hukuman terhadap pelaku pelecehan seksual harus dipertegas agar kasus-kasus kejahatan seksual tidak terjadi lagi.

Pendidikan seksual pada zaman sekarang bukan hal yang tabu lagi. Pendidikan seksual sangat penting untuk anak karena membekali dan menyadarkan anak pentingnya menjaga kesehatan, kesejahteraan dan martabat mereka dengan cara penanaman perlindungan diri dalam mengembangkan hubungan sosial dan seksual yang baik. Kurangnya pemahaman tentang pelecehan seksual, membuat anak diam saja ketika dilecehkan. Oleh karena itu, arahan dan bimbingan yang berkaitan dengan seks sangat penting diberikan di saat perkembangan seksual anak mulai berkembang.

Pendidikan seksual merupakan suatu upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia.  Hal ini bertujuan agar terhindar dari pelecehan seksual maupun perilaku seksual menyimpang. Selain itu, si anak akan mengerti konsekuensi yang didapatkan dan bisa mengetahui konsep menghargai diri. Perkembangan anak memiliki fase-fase yang berbeda mulai dari bayi hingga dewasa. Teori Freud merupakan teori yang membahas mengenai perkembangan anak secara psikoanalisis yang terdiri dari 5 fase. Fase tersebut diantaranya : 

1) Fase Oral (0 -- 1.5 tahun), fase awal anak dimana letak kepuasan dan aktivitas yang dilakukan oleh anak pada usia ini berada dan berfokus pada mulut, dan kontak pertama bayi dengan lingkungan terjadi melalui mulut. 2) Fase Anal (1.5 -- 3 tahun), dimana kepuasan pada fase ini terletak pada daerah anus, anak sudah tahu dan mengerti kapan ia akan membuang kotoran. 3) Fase Phallic (3 -- 5 tahun), pada fase ini anak menaruh perhatian kepada alat kelaminnya dan mulai mengerti perbedaan antara laki-laki dan perempuan. 4) Fase Laten (5 -- 10 tahun), pada fase ini anak mulai fokus bersosialisasi dan banyak menghabiskan waktu untuk belajar. 5) Fase Genital (10 tahun -- remaja), anak sudah mulai beranjak remaja dan mengalami pubertas yang ditandai dengan adanya ketertarikan dengan lawan jenis.

Pendidikan seksual untuk anak sebaiknya diberikan sedini mungkin, bertahap dan terus-menerus.  Orang tua sangat berperan penting dalam hal ini. Beberapa hal yang bisa diajarkan kepada anak, pertama dengan mempelajari nama-nama organ dan bagian tubuh. Kedua, beritahu anak bagian tubuh mana yang boleh disentuh dan dilihat serta bagian tubuh mana yang tidak boleh dilihat dan disentuh oleh orang lain. Selanjutnya, beri tahu si anak bahwa fisik laki-laki dengan perempuan berbeda. Pembelajaran yang diberikan pada anak disesuaikan juga dengan umur, kematangan psikologis dan juga intelektualnya.

Perkembangan seks yang keliru pada anak dapat menimbulkan persepsi yang salah terkait alat kelamin, seksitas maupun proses reproduksi. Hal ini dapat membuat anak mengalami penyimpanan seks dikemudian hari. Penyimpanan seks dapat berupa memeluk, mencium, memegang payudara atau alat kelamin, serta memperkosa atau menyodomi dapat dikatakan sebagai kekerasan seks.

Edukasi mengenai pentingnya pendidikan seksual pada anak bisa menjadi salah satu program yang bisa disosialisasikan kepada masyarakat terutama kepada kaum ibu-ibu. Informasi terkait edukasi seksual  sangat berguna nantinya dalam parenting pada anak. Di sekolah pun, pendidikan seks seharusnya juga menjadi program agar anak-anak bisa mengetahui informasi tersebut.

Teknologi yang terus maju dan berkembang, tidak menutup kemungkinan si anak dapat mengakses secara bebas dan cepat hal-hal yang tidak seharusnya ditonton. Banyak aplikasi maupun iklan yang dapat diakses secara bebas oleh siapa pun, yang tanpa kita sadari hal ini akan merusak pola pikir anak. Oleh karena itu, perlunya pendidikan seks diberikan kepada anak sedini mungkin.

Terkadang banyak dari anak-anak yang mengalami pelecehan seksual menutup mulut karena diancam dan mendapat tekanan dari pelaku. Akibatnya, banyak kasus pelecehan di sekitar kita yang tidak terungkap bahkan tidak berani lapor ke polisi. Selain itu, si anak tidak mau memberi tahu orang tuanya karena takut dijauhi atau dibuli oleh lingkungan sekitar. Oleh karena itu, perlunya pengawasan yang baik terhadap anak yang mengalami pelecehan agar kondisi mentalnya tetap stabil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun