Mohon tunggu...
novia triastuti
novia triastuti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Novia

Nikmati proses, tanpa protes!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sukses Hilangkan Budaya Patriarki, Pesan Moral yang Dibawa Nyi Roro Kidul dalam Cerita Rakyat Wajib Jadi Panutan

10 Januari 2021   09:04 Diperbarui: 10 Januari 2021   09:11 4727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik terciptanya daerah di Nusantara, cerita rakyat tak lepas menjadi bagian di dalamnya. Diwariskan secara lisan, Folklore atau cerita rakyat telah melegenda turun temurun di masyarakat. Biasanya cerita rakyat dari berbagai Nusantara ini, selalu mengandung pesan moral yang bisa dipetik.

Berbeda dengan dongeng atau cerita fiksi lainnya, cerita rakyat dipercaya menjadi sejarah asal usul atau awal mula sebuah tempat tercipta. Selain itu cerita rakyat juga meninggalkan bukti atas kisah yang yang terbangun di suatu daerah, seperti Tangkuban Prahu, Rawa Pening, Danau Toba dan lain sebagainya.

Meskipun demikian, toh nyatanya ada cerita rakyat yang juga dibentuk dari kepercayaan mistis dan ghaib yang acap kali disebut sebagai mitos.  Seperti kisah Ratu Pantai Selatan ini misalnya. Ya, sosok legendaris penghuni Laut Selatan, Nyi Roro Kidul.

Menjadi legenda, sampai sekarang keberadaan Nyi Roro Kidul ini masih terus mengundang tanda tanya. Benarkah atau hanya sekedar mitos belaka? 

Yuk, awali tahun 2021 mu dengan cerita rakyat yang berasal dari Pulau Jawa ini!

Digambarkan sebagai sosok cantik yang hidup di zaman Kerajaan Pakuan Pajajaran. Konon katanya, Nyi Roro Kidul disebut-sebut sebagai sosok jilmaan dari Ratu Putri Kandita. 

Jadi siapa sih Putri Kandita yang sebenarnya, yuk simak!

Hidup di bawah kepemimpinan Prabu Siliwangi, kerajaan Pakuan Pajajaran disebutkan memiliki rakyat yang damai dan sejahtera. Akibatnya para rakyat yang hidup di bawah kepemimpinan Prabu Siliwangi pun hidup bahagia dan sangat menghormati rakyatnya.

Konon katanya, sang Raja Prabu Siliwangi ini, memiliki banyak anak dari beberapa selirnya. Namun, Prabu Siliwangi juga diketahui memiliki putri semata wayang dari istrinya yang sah, yakni Putri Kandita.

Alhasil, ia pun telah mempersiapkan sang putri untuk menjadi pewaris tahta. 

Namun sayang, rencana tersebut rupanya mengundang rasa iri dan dengki dari selir dan anak-anaknya. Terlebih Putri Kandita ini memiliki pesona dan paras yang menawan.

Tak terima Putri Kandita hendak dijadikan ratu, mereka pun mendatangi penyihir jahat untuk membuat hidup Putri Kandita dan ibunya nelangsa. 

Tanpa ba bi bu, sontak saja Putri Kandita dan ibunya dibuat menderita penyakit kulit yang membuat paras cantik serta kulit bersih sang putri dihinggapi borok.

Sayang seribu sayang, sang ibu yang sudah berusia senja tak bisa bertahan hidup lama akibat penyakit tersebut. Sementara Putri Kandita masih terus menjalani pengobatan tabib namun tak kunjung sembuh.

Ya, tak jua sembuh dari penyakit kulit yang di derita, Putri Kandita justru diusir dari kerajaan.

Hal itu dikarenakan, Prabu Siliwangi terhasut oleh anak-anak dan para selirnya, mereka mengatakan penyakit Putri Kandita akan memberi dampak buruk serta menularkan penyakit pada rakyat di kerajaan. Lantas dengan berat hati, Prabu Siliwangi akhirnya benar-benar mengusir putri kesayangannya itu.

Singkat cerita, Putri Kandita yang pergi ke hutan tanpa arah dan tujuan akhirnya tersesat. Terus berjalan hingga kelelahan, Putri Kandita akhirnya menemui Laut Selatan. Akibat kelelahan, Putri pun beristirahat di atas batu karang.

Lantas, di sela tidurnya yang kelelahan itu, Putri Kandita justru dibangunkan dengan suara yang memerintahkan dirinya untuk menceburkan diri ke Laut Selatan. Hal itu di sebutkan agar penyakit kulit sang Putri segera sembuh.

Sejauh mata memandang, Putri Kandita terbangun dengan hamparan pasir dan ombak di lautan lepas. Ya, tak ada siapapun. Lantas dari mana suara tersebut berasal.

Masih bertanya-tanya, Putri Kandita masih tak menemukan siapa dan darimana suara yang berhasil membangunkannya itu.

Meyakininya suara tersebut sebagai wangsit, Putri Kandita akhirnya benar-benar menceburkan diri ke lautan.

Ajaib! Putri Kandita benar-benar sembuh dari penyakit borok disekujur tubuhnya itu.

Tak kembali ke kerajaan, Putri Kandita justru memilih hidup di Laut Selatan bersama para nelayan di sana. Hidup sederhana bersama rakyat, Putri Kandita akhirnya dikenal seluruh penjuru negeri dengan kecantikan dan keangunan parasanya.

Ya, Putri Kandita yang memiliki paras cantik jelita, lantas membuat para raja dari berbagai kerajaan datang untuk melamarnya.

Namun sayang, dari sekian banyak yang melamar, Putri Kandita sama sekali tidak tertarik dengqn para raja yang mendatanginya.

Sebagian dari mereka justru mundur karena Putri Kandita mengajukan syarat yang sangat sulit. Sebab salah satu syarat untuk mendapatkan cinta Putri Kandita adalah mengadu kesaktianya di atas gelombang Laut Selatan.

Tak ada yang bisa mengalahkan Putri Kandita, sebagian para raja justru bersedia menjadi prajurit sang Ratu Laut Selatan itu.

Nah, jadi apa yang bisa di petik dari legenda atau mitos asal Pulau Jawa ini.

1. Nilai Moral
Jika dilihat dari segi moral, tentu kita tidak boleh menanamkan sifat iri dengki seperti para selir dan anak-anaknya. Sebab mereka telah menghalalkan segala cara untuk merebut dan mencapai sebuah kedudukan.

Sementara itu kita harus lebih banyak mencontoh sikap Putri Kandita yang tabah dan tak banyak menuntut. Selalu menerima apa yang dimiliki dan bersyukur dengan keadaan. 

Toh, jika sejatinya sudah di takdirkan menjadi ratu atau pemimpin, dimanapun dan kamanpun takdir tersebut akan menemuimu, seperti yang di dapatkan Putri Kandita. 

Ya, tak jadi ratu di kerajaan ayahnya, ia justru menjadi ratu pengusaha Laut Selatan, lebik keren dan fantastis bukan, ketika berjalan sesuai titah-Nya.

2. Nilai Budaya
Nah, jika dilihat dari segi budaya nih. Putri Kandita atau Nyi Roro Kidul ini harusnya jadi aktivis Gender saja ya, hehe.

Sebab, kedudukan Putri Kandita sangat mencerminkan kebudayaan tanpa msnganut patriarki di dalamnya.

Ya, kesetaraan gender yang diperankan Nyi Roro Kidul di zaman tersebut sangat patut diacungi jempol. Tak melulu laki-laki yang harus menjadi pemimpin. Nyatanya Putri Kandita juga berhasil membuktikan kewibawaan menjadi khalifah.

(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun