Tahun baru, resolusi baru. Tapi tunggu, apakah kita benar-benar perlu resolusi baru? Atau justru kita perlu sedikit merenung tentang apa yang sebenarnya salah dalam profesi mulia ini? Bukan bermaksud skeptis, tapi mari kita berbicara jujur: menjadi guru di era yang penuh ekspektasi ini adalah tantangan yang kadang lebih mirip dengan misi superhero.
Mari mulai dengan yang paling klise: "Lebih sabar menghadapi siswa." Terdengar mulia, kan? Tapi di balik itu, ada ironi kecil yang lucu. Kita diminta untuk sabar menghadapi siswa yang lebih sibuk dengan gadget ketimbang buku, sementara kita sendiri diminta memahami teknologi terbaru hanya karena "kita guru, harus bisa segalanya." Sabar? Tentu, tapi izinkan kami juga punya sedikit ruang untuk mengeluh, ya.
Kemudian ada resolusi klasik lainnya: "Lebih kreatif dalam mengajar." Oh, tentu saja! Karena tampaknya kurikulum yang berubah-ubah saja belum cukup untuk mengasah kreativitas kita. Mungkin, di 2025, kita perlu workshop baru: "Kreativitas Instan: Mengajar dengan Daya Magic yang Tidak Pernah Habis." Tapi sungguh, kreativitas itu butuh ruang, waktu, dan yang penting "apresiasi".
Berbicara soal apresiasi, resolusi tahun ini juga mungkin harus mencakup: "Berani meminta dihargai." Sebagai guru, kita sering diajarkan bahwa tugas kita adalah mengabdi, tapi mengabdi tidak berarti menjadi martir. Resolusi ini bukan tentang materi semata, melainkan pengakuan terhadap dedikasi. Kalau kita tidak menghargai diri sendiri, bagaimana siswa kita bisa belajar untuk menghargai guru?
Oh, dan jangan lupa, "Lebih melek teknologi." Ini adalah resolusi yang wajib setiap tahun, karena setiap tahun teknologi yang kita kejar selalu lebih cepat larinya daripada kita. Namun, mari realistis. Di 2025, resolusi ini bukan lagi tentang mempelajari setiap aplikasi pendidikan terbaru. Kita harus lebih cerdas memilah mana yang benar-benar membantu, dan mana yang hanya membuat kita merasa seperti admin IT gratis.
Terakhir, resolusi paling penting: "Berhenti jadi superhero." Guru adalah manusia biasa. Kita boleh lelah, kecewa, bahkan membuat kesalahan. Tidak ada salahnya mengatakan "tidak" ketika beban kerja mulai tidak masuk akal. Ingat, superhero pun butuh istirahat. Resolusi ini adalah pengingat bahwa menjaga diri sendiri bukanlah egois, melainkan bagian dari menjaga profesionalisme.
Jadi, di 2025, mari berhenti mencoba menjadi segalanya untuk semua orang. Jadilah manusia yang menginspirasi, tanpa melupakan batas kemampuan sendiri. Dan jika ada yang bertanya, "Apa resolusimu tahun ini?" Jawab saja dengan santai: "Menjadi guru yang bahagia." Karena guru yang bahagia akan menciptakan siswa yang bahagia pula.
Selamat menyambut tahun baru, wahai para pendidik! Semoga 2025 membawa kita lebih banyak tawa, pelajaran, dan tentu saja, apresiasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H