Mohon tunggu...
Siti Nofiati
Siti Nofiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru biasa yang senang menulis hal hal yang luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Tak Berdaya: Antara Kewajiban dan Ancaman Hukuman

30 Oktober 2024   14:17 Diperbarui: 30 Oktober 2024   14:29 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Guru memiliki kewajiban untuk mendidik, menjaga, dan membimbing siswa, bukan hanya pada aspek akademik tetapi juga kedisiplinan. Namun, belakangan ini muncul fenomena yang membuat para guru khawatir dalam menjalankan perannya. Di berbagai wilayah, marak sekali kasus guru dilaporkan ke pihak berwajib karena menegur murid, atau dalam beberapa kasus dianggap berlebihan dalam menegakkan disiplin, menciptakan ketakutan dan kebimbangan dalam dunia pendidikan. Fenomena ini memunculkan berbagai permasalahan dan dampak negatif, baik bagi guru maupun bagi pendidikan itu sendiri.

Guru yang sebelumnya dianggap sebagai tokoh otoritatif di kelas kini menghadapi situasi yang kompleks. Banyak dari mereka merasa waswas bahwa teguran atau tindakan disiplin yang dimaksudkan untuk membimbing murid dapat disalahartikan atau bahkan dilaporkan sebagai pelanggaran hukum.  Kasus guru yang berujung pada tuntutan hukum akibat menegur murid menimbulkan dilema yang meresahkan. Di satu sisi, setiap anak memang memiliki hak untuk dihormati dan tidak menerima perlakuan kasar. Namun di sisi lain, guru juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan anak didiknya mengikuti norma dan aturan yang ada di sekolah. Ketidakseimbangan antara hak dan tanggung jawab ini justru memperlebar celah yang memicu konflik. Beberapa contoh kasus menunjukkan bahwa teguran yang dianggap "terlalu keras" oleh sebagian orang tua dan siswa kini dianggap cukup untuk memicu tuntutan hukum. Hal ini tentu menjadi masalah besar bagi guru yang hanya berniat menegakkan kedisiplinan namun justru menghadapi risiko kehilangan pekerjaan atau bahkan berurusan dengan pihak berwajib.

Kasus hukum yang menyeret guru karena teguran kepada murid memiliki dampak psikologis yang besar. Banyak guru mengakui bahwa mereka merasa waswas setiap kali harus menegur murid. Rasa takut ini menyebabkan guru menjadi lebih pasif, menghindari konflik, atau bahkan enggan memberi teguran yang sebenarnya diperlukan untuk menjaga suasana belajar. Ketakutan ini berdampak pada kualitas pendidikan, di mana guru menjadi enggan untuk menegur atau menindak murid yang melanggar peraturan. Dengan demikian, murid bisa saja menganggap remeh aturan atau bahkan merasa tidak ada konsekuensi dari tindakan mereka. Dalam jangka panjang, hal ini berpotensi melemahkan disiplin dan tata tertib sekolah, yang seharusnya menjadi fondasi penting bagi pendidikan.

Permasalahan lain yang timbul dari fenomena ini adalah semakin renggangnya hubungan antara guru dan orang tua. Guru yang merasa rentan akan menghindari komunikasi langsung dengan orang tua, terutama ketika menyangkut masalah perilaku atau disiplin murid. Orang tua, di sisi lain, sering kali merasa bahwa guru tidak cukup terbuka atau terlalu keras pada anak mereka. Padahal, kolaborasi antara guru dan orang tua sangat diperlukan untuk membentuk karakter anak. Dengan meningkatnya ketegangan akibat ancaman laporan, hubungan ini malah berpotensi semakin memburuk. Orang tua yang tidak terlibat langsung di sekolah bisa jadi salah paham dengan situasi sebenarnya, terutama ketika anak pulang dengan cerita yang tidak lengkap. Penting bagi semua pihak untuk menyadari bahwa ada batasan dan regulasi yang perlu ditegakkan, baik untuk melindungi anak maupun guru. Regulasi seperti perlindungan anak sangat penting, tetapi perlu diiringi dengan pedoman yang jelas tentang bagaimana guru dapat menegakkan disiplin tanpa melanggar hak anak. Kebijakan-kebijakan yang mendorong pembelajaran berbasis empati dan disiplin positif dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah ini. Program pelatihan mengenai pendekatan disiplin yang efektif dan komunikasi yang baik antara guru dan orang tua dapat membantu menekan kemungkinan konflik. 

Dalam mengatasi fenomena guru yang takut menegur murid karena ancaman laporan, kolaborasi antara sekolah, guru, orang tua, dan murid sangat diperlukan. Meningkatkan kesadaran murid akan tanggung jawab dan konsekuensi dari tindakan mereka merupakan hal yang penting untuk dilakukan . Pendidikan mengenai disiplin, etika, dan saling menghargai perlu diajarkan sejak dini agar mereka memahami peran guru sebagai pembimbing dan bukan sebagai ancaman. Murid yang memahami konsep ini akan lebih mampu menghargai setiap teguran yang mereka terima dan melihatnya sebagai bagian dari proses belajar. 

Kasus-kasus guru yang dilaporkan karena menegur murid menunjukkan adanya ketidakseimbangan yang perlu segera diatasi dalam dunia pendidikan. Tantangan bagi guru untuk menegakkan disiplin tanpa merasa terancam secara hukum menjadi sebuah permasalahan yang mempengaruhi kualitas pendidikan secara keseluruhan. Kolaborasi yang kuat antara orang tua, sekolah, dan murid menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, dan kondusif bagi perkembangan anak. Dalam menghadapi masa depan pendidikan yang semakin kompleks, membangun komunikasi yang sehat dan saling memahami di antara semua pihak adalah langkah penting untuk menciptakan sekolah yang mendidik dengan cinta, bukan ketakutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun