Di tengah kompetisi internasional yang menampilkan berbagai inovasi dari seluruh dunia, tim siswa dari SMP IT LHI yang terdiri dari Maysan Zuhra, Fathina Nabila, Muh Nadhif Atha dan Audi Salsabilla berhasil menarik perhatian dunia dengan ide brilian mereka. Mereka berhasil meraih medali emas dengan inovasi bernama "Miegumi Kale".Â
Mie berbahan sorgum dan ikan lele yang dirancang untuk membantu mencegah stunting, terutama di daerah-daerah yang rentan kekurangan gizi. Keberhasilan ini lahir dari kepedulian mereka terhadap isu stunting yang masih menjadi masalah besar di beberapa wilayah Indonesia, terutama Nusa Tenggara Timur (NTT), yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di Indonesia.
Miegumi Kale tidak hanya sekadar inovasi makanan; mie ini mencerminkan kepedulian para siswa SMP IT LHI terhadap kondisi gizi anak-anak Indonesia, khususnya di NTT. Data dari Pantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 menunjukkan bahwa NTT memiliki tingkat stunting tertinggi, dengan prevalensi mencapai 40,3 persen. Angka ini bahkan meningkat menjadi 42,6 persen pada Riskesdas 2018.
 Dari jumlah tersebut, 18 persen masuk dalam kategori sangat pendek, sementara 22,3 persen masuk kategori pendek. Kondisi ini mencerminkan betapa besar tantangan yang dihadapi oleh anak-anak di NTT untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Stunting tidak hanya berdampak pada fisik anak, tetapi juga pada perkembangan kognitif dan emosional mereka. Anak-anak yang mengalami stunting lebih rentan terhadap masalah kesehatan dan memiliki peluang lebih kecil untuk mencapai potensi penuh dalam pendidikan dan kehidupan.Â
Kepedulian inilah yang mendorong tim SMP IT LHI untuk menciptakan Miegumi Kale, sebuah produk inovatif berbahan sorgum dan ikan lele yang kaya nutrisi, mudah diserap tubuh, dan dapat disesuaikan dengan cita rasa anak-anak.
 Pemilihan sorgum sebagai bahan dasar Miegumi Kale bukanlah tanpa alasan. Sorgum adalah salah satu bahan pangan lokal yang sangat adaptif dengan kondisi iklim kering dan memiliki akar budaya yang kuat di NTT.Â
Iklim NTT didominasi oleh 4 bulan basah, dari Desember hingga Maret, dan 8 bulan kering yang panjang. Dalam kondisi lingkungan yang kurang ideal untuk bertani ini, sorgum tumbuh dengan baik dan mampu bertahan, bahkan saat tanaman lain tidak dapat tumbuh dengan optimal. Selain adaptif, sorgum juga memiliki kandungan gizi tinggi, seperti serat, protein, vitamin, dan mineral yang penting untuk tumbuh kembang anak.
Di NTT, sorgum dikenal dengan berbagai nama lokal seperti Pena Mina, Jagung Solor, Mesak, Watablolo, Jagung Rote, Terae, Penbuka, dan Wataru Hamu. Keberadaannya telah lama mewarnai kehidupan masyarakat lokal, bukan hanya sebagai bahan makanan tetapi juga sebagai bagian dari tradisi dan budaya.Â
Dalam masyarakat suku Lio di Nggela, Ende, misalnya, sorgum sering digunakan dalam upacara adat "lolo," yang menandakan kedekatan masyarakat dengan sumber daya alam di sekitar mereka. Folklor dan kearifan lokal ini menjadi inspirasi tersendiri bagi tim SMP IT LHI untuk mengangkat sorgum sebagai bahan utama Miegumi Kale. Selain sorgum, Miegumi Kale juga menggunakan ikan lele sebagai bahan utamanya.
 Ikan lele dipilih karena kandungan protein dan omega-3 yang tinggi, yang sangat penting untuk pertumbuhan anak, terutama dalam hal perkembangan otak dan otot. Lele juga mudah dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di lingkungan yang tidak memiliki akses ke laut atau ikan segar. Kandungan nutrisi yang tinggi pada lele menjadikannya pilihan yang tepat sebagai sumber protein murah dan sehat dalam upaya mengatasi masalah stunting.