Mohon tunggu...
Noviar Ananta
Noviar Ananta Mohon Tunggu... -

TraveLLer, Blogger, Movieholic, Juventini, Agatha Christie Big Fan.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kaledo Itu Kaki Lembu Donggala

18 April 2014   02:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:32 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1397737676675402783

Selintas kuliner ini mirip Sup Konro di Makassar. Bedanya Sop Konro, seperti kebanyakan makanan khas di Sulawesi Selatan, kuahnya lebih kental dan lebih gurih. Namanya Kaledo, masakan khas Sulawesi Tengah yang diolah dari Tulang Kaki atau Tulang Iga Lembu. Dimasak dan disajikan dengan kuah panas dengan rasa yang khas.

Ada cerita lucu ketika pertama kali melihat tulisan “Kaledo” di sebuah rumah makan di Kota Palu. Saya yang selalu penasaran dengan kuliner khas suatu daerah yang belum pernah saya cicipi bertanya pada Pak Akil (bos saya di LSM.Wasiat). “Pak, Kaledo itu apa?”. Pak Akil yang juga tak punya gambaran tentang Kaledo, menjawab sekenanya, “Kurang tau juga, mungkin sama seperti Kapurung di Palopo”.

Bisa jadi karena sama2 dimulai dengan “Ka”, Kaledo dengan segera terasosiasikan dengan Kapurung. Makanan khas dari Kota Palopo, yang berbahan dasar Sagu yang diolah dan disajikan dengan Sop berisi sayuran dan terkadang dengan potongan tulang dan daging ayam.

Dapat informasi seperti itu, saya percaya saja. Karena malam itu, kami berencana menginap di Hotel di Kota Palu, saya pun menyarankan untuk memilih Kaledo sebagai menu makan malam. Dan akhirnya sore itu berlalu dengan rasa penasaran tentang Kaledo. Tentu saja dengan pertanyaan2 seperti “Enak mana Kaledo sama Kapurung?”, “Kira2 Kaledo potongan sagunya lebih tipis atau lebih tebal?”, atau “Kaledo pakai ayam juga gak ya?”.

Malam tiba, kami pun keluar untuk mencari rumah makan yang menyediakan Kaledo, dan akhirnya menemukan Rumah Makan Kaledo Stereo di Jl. Diponegoro di Kota Palu. Letaknya tak jauh dari Hotel Palu City tempat kami menginap.

Kami pun masuk, dan dengan segera bau masakan seperti Sop Sapi menggelitik hidung. Beberapa pengunjung disana, sudah terlihat lahap menggigiti daging yang menempel di potongan tulang Lembu (yang awalnya saya pikir tulang sapi), di dalam sebuah mangkuk berisi sop yang kuahnya terlihat masih mengepul. “Tidak, ini bukan Kapurung. Tak ada aroma Sagu di sini.”.

Setelah bertanya pada pelayan untuk meyakinkan diri, bayangan tentang Kapurung pun segera hilang. Menguap menyisakan senyum keluguan kami.  :-)

Aroma Kaledo segera memancing air liur mengucur membasahi rongga mulut, menetes lewat sela bibir, menetes ke baju, terus ke lantai, lupa di lap. Kecuali Pak Akil, yang terlihat shock gara2 ingat  pesan dokter kalau hipertensidan kolesterol-nya tak bisa bersinergi dengan makanan2 berlemak seperti itu. Namun setelah digoda, sedikit dipaksa, dikuatkan imannya, dipanggilkan ustadz, akhirnya beliau memilih jalan yang benar untuk ikut mencicipi Kaledo malam itu. :-)

“Mas, Kaledo Empat!”, seruku kepada pelayan yang sudah siap mencatat pesanan. Untuk saya, Akil,Peni, dan Lewardi, rekan seperjalanan.

Empat mangkuk besar berisi potongan tulang kaki Lembu, dengan daging yang menempel pun segera tersaji. Baunya yang khas dari uap sup yang masih mengepul segera membangkitkan selera makan. Disajikan dengan taburan bawang goreng di atasnya, makin menambah gairah ingin mencicipi. Semakin pas dengan sepiring nasi nasi putih hangat yang juga masih mengepul.

Barangkali, untuk penilaian “Tujuh Makanan yang Paling Membangkitkan Selera Ketika Melihatnya Pertama Kali Versi Onde Sprot”, saya setuju Kaledo patut diperhitungkan.

Saya yang memang sudah lapar, segera mencicipi daging di tulang kaki lembu itu. rasanya enak, bumbunya merasap ke daging. Daging nya pun empuk, tak terlalu perlu menggunakan otot2 rahang dan kekuatan gigi untuk memisahkannya dari tulang dan mengunyahnya. Rasa supnya gurih, sedikit asam dengan aroma khas daging lembu. Betul2 nikmat dan terasa di lidah. Apalagi bagi penikmat makanan pedas, sambal yang disediakan untuk kaledo juga betul2 bikin keringatan. Ssshhhh…Pak Nyus.

Acara makan malam pun selesai, setelah membersihkan gigi, dan melakukan rutinitas para Ahlul Hisap, saya yang memang bertugas sebagai juru bayar segera ke kasir. Harga Rp 40.000,- untuk setiap porsinya memang pantas untuk menikmati kuliner ini. Walaupun, harganya memang relatif sedikit mahal bila dibandingkan dengan makanan2 sejenis di Makassar atau di Sulawesi Barat.

Tapi, setelah tau bahwa rombongan pengunjung yang duduk di sebelah meja kami adalah Gubernur Sulawesi Tengah dan jajarannya, saya mengambil kesimpulan bisa jadi rumah makan yang kami pilih termasuk dalam rumah makan elite di Kota Palu. So, bisa jadi, ada rumah makan yang juga menyediakan Kaledo dengan harga yang lebih murah dari tempat ini.

Setelah kembali ke hotel, sebelum tidur malam itu, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi mbah google. Sekadar mencari tau tentang maskan khas Sulawesi Tengah ini. Setelah googling, akhirnya dapat link yang memberikan jawabannya bahwa Kaledo itu Kaki Lembu Donggala.

Ps : Donggala adalah sebuah Kota kecil ibu Kota Kabupaten Donggala,
di Sulawesi Tengah, yang berbatasan langsung dengan Kota Palu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun