Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Tragis

17 Januari 2025   14:25 Diperbarui: 17 Januari 2025   17:31 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : pexels.com 

Sampai di club itu, Vivi bertemu dengan Beny yang sudah lebih dulu ada di sana bersama teman-temannya. Tapi entahlah, kali ini pertemuan Vivi dan Beny benar-benar tak disengaja atau memang sudah direncanakan sebelumnya. Tak ada yang tahu.

Semua tampak normal, Vivi dan Beny kembali ke mejanya masing-masing setelah bercipika-cipiki.

Hanya dalam hitungan menit yang sempit, setelah chat terkirim dari ponsel Vivi, segerombol polisi berpakaian preman menodongkan pistol mereka ke meja Beny.

Barang bukti jelas terpampang di atas meja, Beny tak hanya memakai tapi juga pengedar. Salah satu teman Beny yang duduk di meja itu tiba-tiba menunjuk histeris ke arah Vivi.

"Dia Ben! Dia cepu polisi."

Vivi tak terpengaruh, dia tetap tenang menikmati segelas cocktail-nya, meski hampir semua mata tertuju padanya. Tapi biar bagaimana pun, Vivi tetap gemetar saat para polisi itu menggiring Beny dan teman-temannya keluar dari club. Vivi hanya bisa pasrah, identitasnya sebagai cepu, kini telah terbongkar.

***
Hampir tengah malam ketika Vivi sampai di rumahnya. Berkali-kali dia merogoh ke dalam tasnya, tapi dia tak menemukan kunci rumah. Dia tahu suaminya ada di dalam, dan mungkin sudah tidur sejak tadi.

Vivi berjalan ke arah samping rumah, berharap dapat membangunkan suaminya dengan mengetuk pintu dapur. Namun ternyata, pintu dapur tidak terkunci dengan benar.

Dia lantas memasuki rumahnya dengan penuh rasa heran, hingga akhirnya dia mendapati wanita lain berada di kamarnya, di atas ranjangnya, dalam rangkulan suaminya.

Seketika tawa menggema dari mulut Vivi, tapi tangannya lebih cekatan meraih pistol dari dalam tasnya. Tak ada ampun, malam itu dua nyawa melayang di tangan Vivi.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun