"Kamu kalau di dekat aku, pasti bawaannya pingin ketawa terus. Haha, iya dong! Selain punya aura mistis, aku juga diselimuti aura kebahagiaan yang kuat."
Hal itulah yang akhirnya membuatku memiliki banyak teman sekaligus musuh, karena aku kerap dianggap ngeselin, sok imut, dan mungkin.. lebay.
Nah, pasti teman-teman di sini pernah mengalami kejadian di mana kamu ingin menceritakan suatu hal kepada orang lain, tapi justru tertawa lebih dulu. Yang akhirnya semakin memancing penasaran lawan bicara untuk secepatnya mendengar cerita kamu.
Aku sendiri sering banget mengalami kejadian ini. Dan parahnya, saking ngga kuat menahan tawa, akhirnya aku ngga jadi cerita dan malah ketawa-tawa sendiri. Sedang si lawan bicara, yang sejak awal sudah siap memasang telinga untuk mendengar ceritaku, cuma bisa kesel dan ngatain aku gila.
Aku bukan gila, tapi cuma butuh jeda beberapa saat untuk berusaha meredakan tawaku. Menarik nafas dalam-dalam, coba pasang tampang serius, dan mulai bercerita. Tapi, kalau ceritanya memang lucu ya pastinya bakalan ketawa lagi.
Ternyata, tertawa lebih dulu sebelum bercerita, merupakan sebuah fenomena psikologis atau sosial yang disebut dengan Anticipatory Mirth, dimana seseorang dapat tertawa lebih dulu karena sudah merasa lucu dengan apa yang sedang tersimpan di benaknya, dan ia juga mengantisipasi reaksi positif dari cerita yang akan disampaikannya.
Perilaku ini merupakan bentuk ekspresi spontan dari rasa gembira yang dialami, serta ingin membagikannya kepada orang lain. Kondisi ini jelas berkaitan dengan pelepasan hormon dopamin, yang tak lepas dari motivasi dan penghargaan.
Namun, di lain sisi Anticipatory Mirth dapat diartikan juga sebagai gambaran perasaan senang yang muncul karena mengantisipasi sesuatu yang dianggap menyenangkan ataupun lucu.
Anticipatory Mirth di sini, berkaitan dengan harapan terhadap pengalaman positif, seperti mendengar cerita yang lucu, dan menantikan momen membahagiakan bersama orang lain.
Kondisi ini mengacu pada respons emosional dan kognitif, dimana seseorang sudah dapat tertawa hanya dengan "membayangkan" kesenangan yang baru akan datang beberapa waktu ke depan.
Jadi, Anticipatory Mirth ini tidak hanya dialami oleh si pembawa cerita, melainkan juga dialami oleh si pendengar yang biasanya sudah ikut tertawa sebelum pembawa cerita menyelesaikan ceritanya.