Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kereta Termanis (2)

21 Desember 2024   12:28 Diperbarui: 21 Desember 2024   12:28 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku melihat air mata di sepanjang perjalanannya. Tapi, aku tak dapat melakukan apapun untuk menghentikannya. Dia menangis, dia benar-benar menangis seorang diri di atas kereta termanis yang dulu selalu kunikmati bersamanya.

Seandainya saja dia tahu, bahwa saat ini aku masih duduk di sampingnya. Aku tak pernah mengingkari janjiku untuk mencintainya lebih dari selamanya.

"Aku di sini, Angga. Aku masih Maya yang dulu, yang selalu ingin jadi orang yang paling memahami kamu."

Semua yang ku ucapkan sekarang sudah tak ada gunanya lagi, semuanya percuma. Karena suamiku tak dapat mendengar suaraku lagi. Begitupun aku, aku punya batas waktu. Aku tak mungkin mengawasi dia seterusnya di dunia.

Aku benar-benar ingin tahu, apa yang saat ini dipikirkannya. Mengapa dia menangis, apa kepergianku telah membuat hatinya begitu terluka? Oh Tuhan, mengapa harus Kau berikan luka yang dalam di hatinya?

Suamiku sama sekali tak pantas menerima luka itu. Jika dulu dia pernah menyakiti hatiku, aku yakin semua itu tanpa sengaja dilakukannya. Aku percaya dia lelaki yang baik. Aku masih percaya itu, sampai kapanpun.

Selama hidup bersamanya, dia telah berhasil meyakinkanku bahwa tak ada satupun hal yang disembunyikannya dariku. Ada saatnya dia juga selalu bermanja-manja padaku.

"Aku kangen kamu, Angga. Aku ingin memeluk kamu lagi."

Aku masih duduk di sampingnya, bersama air mata ini, air mata kami berdua. Masih terus ku pandangi dirinya, aku dapat merasakan kekacauan di benaknya. Sungguh aku ingin mengecup pipinya, tapi aku tidak bisa.

Perlahan dia melepas kaca matanya, dan mengusap air mata itu dengan kasar. "Kenapa kamu tinggalin aku, May? Kamu tega banget sama aku. Aku ngga bisa May, aku ngga sanggup kalau ngga ada kamu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun