Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lonceng Natal di Rumahku

5 Desember 2024   10:24 Diperbarui: 5 Desember 2024   10:48 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lonceng Natal (sumber : babelinsight.id)

Sudah tujuh belas tahun terakhir, setiap kali momen ini tiba, aku ikut disibukkan untuk menyambut datangnya hari yang penuh sukacita itu. Sepuluh hari lagi, suami dan anakku akan merayakan hari Natal.

Meskipun aku tak sepenuhnya ikut merayakan, namun aku tetaplah nyonya di rumah ini. Sehingga untuk urusan memasak dan menyiapkan keperluan lainnya, tetap saja aku yang paling bisa diandalkan. Dan yang pasti, aku bahagia melakukan semuanya.

Aku begitu bersyukur karena Eva telah tumbuh menjadi gadis yang pandai, ceria, dan punya rasa peduli yang tinggi. Saat senggang, Eva kerap membantuku, meringankan pekerjaan rumah tangga.

Tak terkecuali Rey, di sela kesibukannya ia pun selalu berusaha meluangkan waktu untuk peduli terhadap kondisi rumah. Rey memang sudah seperti itu sejak dulu, sejak sebelum aku melahirkan Eva. Perhatiannya yang tulus dan lembut selalu tercurah tanpa pamrih.

Memiliki Rey dan Eva adalah karunia terbesar yang ku punya sepanjang nafasku. Namun sayang, di atas segala kenikmatan ini, masih ada saja orang-orang yang kerap memandang sebelah mata pada kehidupan rumah tangga kami.

Mereka bilang aku berzina seumur hidup, tak ada gunanya aku menikah, bahkan aku sudah diperdaya oleh cinta yang haram. Tapi apa benar mereka semua adalah orang-orang yang suci? Yang selalu menganggap diri mereka paling layak di hadapan Tuhan.

Bukankah cinta itu sebuah anugerah dari-Nya? Sebuah rasa yang suci, yang Dia ciptakan dan titipkan di dalam hati setiap insan di muka bumi ini. Dan siapapun patut bersyukur atas adanya rasa itu. Jadi, mengapa harus ku abaikan kehadiran cinta yang nyata, hanya karena cara ibadah kami berbeda?!

Rey adalah takdirku, dan semua itu tak berarti bahwa aku telah mengkhianati Tuhanku. Hanya saja, rasanya tak pantas jika aku harus mendeklarasikan seberapa kuat imanku di hadapan setiap orang yang ku jumpai di luar sana. Aku hanya ingin agar mereka tak perlu repot-repot mencampuri urusanku dengan Tuhanku.

Aku juga tak butuh mereka tahu, bahwa cintaku pada-Nya tak pernah berubah sedikit pun. Aku masih selalu percaya, bahwa berkat campur tangan-Nya, aku dan Rey mampu bertahan hingga sejauh ini.

Sekejap denting lonceng yang menggantung di pintu rumah kami, menyadarkanku dari lamunan. Eva baru saja memasuki rumah, dan dengan nada cerianya ia berseru mencariku.

Eva selalu saja begitu, aku menjadi orang pertama yang dicarinya setiap kali ia tiba di rumah. Setiap kali pulang sekolah, dan setiap kali ia bepergian tanpa diriku. Malaikat kecilku kini telah menjelma menjadi gadis berusia dua belas tahun.

Hari ini aku dan Eva akan mulai menghias pohon Natal. Katanya, setiap ornamen yang tersemat di pohon itu mempunyai arti masing-masing. Tapi bagiku, hidup ini akan selalu berarti selama aku memiliki Rey dan Eva di sampingku.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun