Di perpustakaan sekolah yang sunyi, Ratna selalu menemukan kedamaian. Di antara deretan rak buku yang menjulang tinggi, gadis itu tenggelam dalam dunia khayalan yang diciptakan oleh para penulis favoritnya.
Dan di antara celah rak buku, Ratna menemukan sosok yang membuatnya penasaran. Tampak seorang pemuda yang sering ia lihat sedang membaca buku tebal di pojok ruangan yang sama, dialah Galih, nama pemuda itu.
Galih dengan kacamatanya yang tebal dan rambut agak berantakan, kerap terlihat serius ketika sedang membaca. Ratna hanya berani memperhatikannya dari kejauhan, namun hal itu justru membuat jantungnya berdebar tak karuan.
Suatu ketika saat Ratna sedang mencari sebuah buku novel di rak perpustakaan, tanpa sengaja ia menjatuhkan sebuah buku dari atas meja baca yang tersenggol olehnya. Dan ternyata buku yang cukup tebal itu adalah milik Galih.
Lantas Ratna buru-buru membungkuk untuk mengambilnya. Begitu juga Galih melakukan hal yang sama. Hal itu tentu saja membuat jari-jemari mereka bersentuhan, persis seperti adegan pertemuan pertama antara dua insan dalam sebuah sinetron.
"Maaf ya..." ucap Ratna dengan ekspresi bersalahnya.
"Oh, iya ngga apa-apa." Galih tersenyum, dan membawa buku itu ke dalam pelukannya.
Percakapan singkat itu telah membuat wajah Ratna memerah. Sejak saat itulah keduanya mulai sering bertegur sapa, bertukar pendapat tentang buku-buku yang mereka baca, dan mengerjakan tugas bersama meski mereka tidak sekelas.
Bahkan, kini Galih sudah tiga kali bertamu ke rumah Ratna. Meski malu-malu, namun Galih senang bisa berbincang dengan Ibu Ratna serta berkenalan dengan Renata, adik Ratna yang hanya berbeda satu tahun dengan mereka.
Perlahan, benih cinta mulai tumbuh di hati Ratna sebab Galih adalah pemuda yang cerdas dan selalu dapat membuatnya merasa senang. Namun, Ratna tetap memilih memendam perasaannya sendiri. Prinsipnya kuat, sampai matipun ia tak akan mengutarakan perasaannya lebih dulu. Ia berharap Galih yang menembaknya suatu hari.Â
Hingga di suatu sore ketika senja mulai menampakkan warnanya, Galih mengajak Ratna berjalan-jalan di sebuah taman kota. Mereka pun duduk di bawah pohon yang teduh, menikmati senja yang tenang.
"Ratna, aku.. mau ngomong sesuatu."
Ratna menatap Galih dengan penuh harap, jantungnya kembali berdebar tak karuan.
"Aku.. aku suka Renata! Nitip ini ya, mudah-mudahan dia suka." ucap Galih sambil menyerahkan kotak berisi satu paket cokelat Toblerone.
Sekejap air mata membasahi pipi Ratna. Tak ada pilihan lain selain menerima kotak itu. "Makasih ya Gal, aku.. aku terharu kamu suka sama adik aku. Nanti aku sampaikan cokelatnya!" Ratna beranjak dari tempatnya dan berlari setelah menyelesaikan kalimatnya, ia membuat Galih termangu keheranan.
Gadis itu bersembunyi di balik pohon yang lebih besar untuk meluapkan seluruh air matanya. Ia menangis sesenggukan, namun ia pun segera menyadari bahwa hatinya harus kembali ia selipkan di halaman sebuah buku, dan menutup buku itu selamanya.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H