Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tersiksa Beda

28 Juni 2024   20:55 Diperbarui: 28 Juni 2024   21:12 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Erika telah berhasil merebut hati lelaki itu. Lelaki yang begitu dikaguminya sejak sepuluh tahun yang lalu. Setelah sekian lama berharap, akhirnya semesta menjawab segala pinta Erika.

Bisikan alam membawa langkah lelaki itu kembali padanya. Dan untuk kali ini, Erika tak akan melepasnya lagi. Wanita itu pun sukses meluluhkan hati Ronald dan membuat lelaki itu selalu merasa membutuhkan dirinya.

Sampai akhirnya Ronald memutuskan untuk menikahi Erika. Mereka mulai membangun keluarga kecilnya di sebuah rumah yang sudah cukup lama dibeli Ronald dengan uang hasil kerja kerasnya sendiri.

Erika sama sekali bukan wanita yang materialistis, sejak dulu ia memang tulus mencintai Ronald tanpa pernah memandang latar belakangnya. Apa pekerjaannya dan siapa keluarganya, semua itu tak begitu penting bagi Erika. Yang ia inginkan hanyalah satu, semoga Ronald dapat membalas cintanya.

Dan karena Erika sangat mencintai Ronald, maka ia selalu membayangkan banyak hal indah bersama lelaki itu. Erika yakin dirinya akan bahagia jika ia dapat memiliki Ronald.

Tapi nyatanya, meski sudah menikah dengan lelaki yang sangat diinginkannya, Erika tetap tidak bahagia. Hari-hari yang awalnya terasa manis, perlahan mulai terasa menyiksa bagi Erika.

"Ini terakhir kalinya ya, aku ikut kamu ke pertemuan kayak tadi."

"Terakhir gimana maksudnya?"

"Aku tuh risih, Mas! Aku ngga biasa. Tiap kali kamu ajak aku ke pertemuan kayak gitu, aku ngga nyaman. Aku ngga ngerti obrolan kalian, makanya aku milih banyak diem daripada aku salah ngomong dan malah kelihatan bodoh di mata teman-teman kamu."

"Kenapa kamu baru ngomong sekarang kalau kamu ngga nyaman, Er?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun