"Aku selalu coba bertahan untuk menghargai kamu. Bukan cuma soal ini aja, tapi untuk banyak hal. Aku coba ikutin gaya hidup kamu, pergaulan kamu. Aku coba untuk bisa seimbang sama kamu. Tapi ternyata sulit ya. Aku ngga berpendidikan tinggi kayak kamu dan teman-teman kamu. Kayak saudara-saudara kamu. Aku cuma ....."
"Stop Er! Cukup! Udah cukup, aku ngerti. Aku ngerti perasaan kamu." Ronald menarik tubuh Erika ke dalam pelukannya. "Maafin aku, maafin aku yang mungkin ngga peka sama perasaan kamu."
"Aku sayang kamu, Mas. Cuma kayaknya aku memang ngga pantas untuk dampingi kamu, berdiri di samping kamu. Terlalu banyak perbedaan dalam cara kita ngejalanin hidup. Harusnya dari awal aku tau diri."
"Kamu ngomong apa sih, Er? Kenapa omongan kamu jadi kemana-mana gini?"
Wanita itu tak menjawab pertanyaan suaminya, ia justru melangkah mundur dan memilih untuk beristirahat di ranjangnya. Menenangkan sejenak hati dan pikirannya.
Ternyata tidak mudah untuk menyatukan dua kepala dengan dua latar belakang kehidupan yang cukup jauh berbeda. Erika yang datang dari keluarga sederhana merasa syok menjadi istri seorang Ronald, yang lulusan luar negeri dan datang dari kalangan atas.
Mulai dari aturan hidup, pendidikan hingga pergaulan, semuanya jelas berbeda. Dan Erika tersiksa jika ia harus menjalani hidup yang tak seperti biasanya. Hidup yang tak wajar lagi baginya. Hatinya merasa sangat tidak nyaman. Dan entah sejauh mana, Erika akan mampu bertahan di dalam pernikahannya.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H