Arfan tampak ragu menjawab, tapi Dela justru memutuskan untuk menghadapinya. Gadis itu memaksakan senyumnya dan mengangguk, membuat Arfan cukup terkejut. Dela beranjak meninggalkan kursinya dan diikuti oleh Arfan.
Mereka pun mulai berbincang tentang banyak hal. Tapi di balik semua itu, hati Dela semakin hancur oleh setiap kata yang keluar dari mulut Rangga. Dela berusaha tersenyum meski hatinya terasa seperti diperas. Lelaki itu membicarakan rencana pernikahan mereka dengan penuh semangat, sementara Dela hanya mendengarkannya diiringi senyuman palsu.
"Gue duluan ya!" ucap Dela tiba-tiba. "Sorry, lain kali kita kumpul lagi."
Membuat Rangga terkejut, "Kenapa buru-buru, Del? Kita jarang lho bisa kumpul bareng."
Tapi Dela sudah tak sanggup menahan air matanya lebih lama lagi. "Maaf Ga, gue harus jalan sekarang."
Arfan pun mengikuti Dela yang tampak terburu-buru meninggalkan kedai. Di luar sana hujan masih deras, seolah menggambarkan perasaan Dela yang porak-poranda.
"Del, tunggu!" Arfan memanggil, mencoba mengejar sahabatnya. "Jangan gini Del.."
Dela menghentikan langkah di depan sebuah toko yang sudah tutup, air matanya bercampur dengan tetesan hujan di wajahnya. Sekejap Arfan menariknya mundur agar mereka dapat bicara di bawah kanopi toko.
"Gue ngga bisa, Fan.. Gue ngga bisa pura-pura terus."
"Gue tau, Dela. Gue tau ini sulit. Tapi lo harus kuat untuk ngelepas dia.."
Gadis itu terdiam sesaat, "Gue akan coba, Fan." seraya mengusap air matanya dan menghela nafas.