Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoroti Keberadaan Panti Jompo dan Perasaan Para Lansia

1 Juni 2024   08:46 Diperbarui: 1 Juni 2024   08:47 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menilik ucapan Menteri Sosial Tri Rismaharini pada Rabu (29/5) lalu, yang mengatakan bahwa panti jompo tidak sesuai dengan budaya kita, tampaknya cukup menimbulkan opini yang beragam di kalangan masyarakat.

Menitipkan orang tua yang sudah masuk masa lansia kepada panti jompo, tentu didasari oleh beragam alasan dari pihak anak-anak dan keluarganya. Namun bagi kita yang peduli terhadap perasaan para lansia, perilaku tersebut memang terkesan menelantarkan, dan seribu satu alasan tersebut terdengar sebagai alasan yang seolah dikarang-karang saja.

Sesibuk apapun, dalam sebuah keluarga -- apalagi keluarga besar, pasti ada salah satu di antaranya yang mempunyai waktu luang untuk mengurus orang tuanya.

Kecuali lansia ini memang sebatang kara, tidak punya keluarga atau saudara yang dapat merawatnya. Maka wajar jika daripada terlantar di mana-mana, dinas sosial harus berperan cepat untuk menangani lansia tersebut. Bekerjasama dengan panti jompo untuk menampung dan merawat, memberi penghidupan yang layak bagi lansia yang tidak punya keluarga lagi.

Lain halnya jika lansia ini masih memiliki anak-anak dan keluarga, seperti cucu dan lain sebagainya. Saya rasa segala kesibukan apapun itu, masih dapat diatur waktunya selama kita memiliki niat yang tulus untuk menjaga dan merawat orang tua kita di masa tuanya.

Jika niat sudah tertanam di hati, maka segala daya upaya akan dilakukan oleh si anak. Bagaimana caranya ia dapat membagi waktu antara mencari nafkah dan mengurus orang tua. Atau jika ia memiliki anak yang masih kecil, ia akan berpikir bagaimana caranya membagi waktu agar dapat mengurus orang tuanya juga.

Memang terdengar repot dan sulit ketika seorang wanita harus merawat anaknya yang masih kecil, mengurus suaminya, serta orang tuanya yang sudah lansia. Namun saya yakin pada praktiknya tidak akan sesulit yang dibayangkan, asalkan setiap anggota keluarga dapat diajak bekerjasama dan saling pengertian.

Bahkan pada beberapa orang, mereka rela mengundurkan diri dari pekerjaannya demi bisa menjaga dan merawat orang tuanya. Mereka akan beralih ke pekerjaan yang dapat dikerjakan secara online atau membuka usaha yang bisa dikerjakan di rumah sambil merawat orang tuanya.

Sebab semestinya kita bersyukur ketika Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk dapat berbakti kepada orang tua di masa tua mereka. Dengan menjaga dan merawatnya sepenuh hati, maka saat itulah kita sedang membalas segala pengorbanan yang telah dilakukannya sebagai orang tua untuk kita anak-anaknya.

Lagi pula menitipkan orang tua di panti jompo, artinya kita perlu mengeluarkan iuran bulanan pada pihak panti jompo. Bukankah akan lebih indah jika iuran tersebut kita gunakan untuk menyenangkan hati orang tua kita? Dengan selalu memberinya asupan makanan dan gizi yang baik, serta rutin mengajaknya berjalan-jalan atau rekreasi agar pikiran dan tubuhnya selalu sehat.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun