"Wajah? Ada apa dengan wajah saya, Tuan Balgot?"
"Kau sangat berbeda. Tunggu! Apa.. apa kau punya cermin?"
Rachel menggeleng, "Tidak Tuan. Saya tidak seperti gadis lain yang selalu menyimpan cermin di balik lipatan gaun mereka."
Permadani itu terus melayang kian meninggi, perlahan menjauh dari pandangan siapapun. Di atas sana, tuan Balgot dengan segala kerendahan hatinya mengutarakan isi hatinya kepada Rachel.
Tentu saja Rachel tak percaya dan menganggap semua itu hanya lelucon. Gadis itu tak mau terburu-buru menerima hati tuan Balgot.
Hari demi hari berlalu, tuan Balgot terus berusaha merebut hati Rachel. Setiap kali Rachel naik ke atas permadani itu, wajahnya tampak sangat cantik, meski ketika turun wajahnya kembali seperti semula. Rachel sangat terhibur setiap kali bercermin dengan kaca kecilnya di atas permadani.
"Tuan Balgot, saya percaya Anda mencintai saya sepenuh hati. Tapi, ini bukan wajah saya yang sebenarnya."
"Aku mengerti, Rachel. Bukankah sudah ku katakan bahwa aku jatuh cinta padamu sejak dulu? Jadi, aku tidak peduli dengan wajahmu. Yang ini atau yang lain, aku jatuh cinta pada kebaikan dan ketulusan hatimu."
"Baiklah, Tuan Balgot. Saya akan terus berada di atas permadani ini agar Anda dapat terus memandang wajah saya yang rupawan."
Menjelang bulan purnama tiba, tuan Balgot dan Rachel mengakhiri masa lajang. Kelak di masa datang, keturunan para penyihir akan terlahir dari rahim wanita penyihir jahat itu.
Dan entah sampai kapan tuan Balgot akan tertipu. Rachel yang sudah mengaturnya sejak awal, dialah pemilik sebenarnya permadani ajaib yang ditemukan tuan Balgot di loteng rumahnya empat tahun yang lalu.(*)