Tersebutlah negeri antah berantah di mana para rakyatnya hidup dalam damai sejahtera. Seorang lelaki di akhir usia dua puluhan yang dikenal sebagai sosok dermawan, dialah tuan Balgot, pemilik perkebunan anggur yang termasyhur di negerinya.
Wajar jika setiap wanita mendambakan tuan Balgot menjadi pasangan bagi anak-anak gadis mereka. Bahkan tak segan para wanita itu bersaing dengan cara-cara licik demi merebut hati tuan Balgot.
Sementara tuan Balgot tak pernah peduli terhadap semua itu. Lelaki yang kerap berpenampilan layaknya koboi itu, telah lama menaruh hati pada seorang gadis.
Gadis berambut pirang itu memiliki sorot mata yang tajam. Rachel namanya, penduduk asli yang tinggal di sekitar area perkebunan anggur. Dia tak pernah menyadari bahwa sang tuan tengah jatuh hati padanya satu tahun terakhir ini.
Mana mungkin Rachel merasa dirinya pantas dikagumi oleh para lelaki, sebab parasnya sama sekali tidak cantik jika dibandingkan dengan paras seluruh gadis di negerinya.
"Rachel, naiklah! Letakkan dulu pekerjaanmu!" seru tuan Balgot yang datang dari arah langit. Dengan gagah lelaki itu berdiri di atas permadani ajaibnya yang melayang kian mendekat kepada Rachel.
"Apa, Tuan Balgot? Apa yang Anda lakukan?"
"Kemarilah! Aku ingin berbincang denganmu." tuan Balgot mengulurkan tangannya seiring dengan permadaninya yang melayang rendah.
Rachel terpesona memandang keelokan permadani milik tuan Balgot. Tanpa dia sadari, dia telah menerima tangan itu dan melangkah naik ke atas permadani.
Betapa terkejutnya tuan Balgot, dalam sekejap wajah Rachel berubah menjadi sangat cantik. Gadis itu sangat menawan dengan karismanya yang anggun.
"Rachel, wajahmu?"