Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Gadis Manis di Depan Gereja

18 Mei 2024   13:24 Diperbarui: 18 Mei 2024   14:07 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pniel.radio12345.com

Aku tak tahu bagaimana cara menggambarkan perasaanku padanya. Untuk ke sekian kalinya adikku Tiara pulang membawa titipan salam dari gadis itu.

Gadis manis berkerudung yang tinggal di depan gereja. Satu-satunya gereja Advent yang lokasinya paling strategis di kota ini. Jika harus berkata jujur, aku sangat senang tiap kali mendapat sebuah salam darinya. Mungkin, aku memendam perasaan yang sama sekian lama.

Pertemuan pertamaku dengannya, tak akan pernah ku lupakan seumur hidup. Kala itu usiaku masih 10 tahun, sementara ia.. gadis itu tampak lebih muda dariku. Sarah namanya, senyumnya selalu terpatri dalam ingatanku.

Saat ada waktu luang, Sarah selalu membantu ibunya menjaga warung kecil-kecilan yang berdiri di atas lahan bekas garasi rumahnya. Sementara, aku dan adikku selalu membeli jajanan dari warung mereka tiap kali kami pergi ke gereja.

Suatu waktu aku seorang diri membeli sesuatu di warungnya. Ku lihat ia malu-malu menatapku, maka aku mengajaknya berkenalan. Perkenalan kedua anak kecil tentu tak seperti orang dewasa. Dalam sekejap suasana mencair, ku lihat Sarah tersenyum lepas saat ku tanyakan siapa namanya. Ia tampak antusias menyambut teman baru.

Sejak hari itu, aku mengajak adikku dan beberapa teman gerejaku untuk berkenalan juga dengannya. Tapi, hati ini dapat merasakan sorot kedua mata Sarah yang berbeda. Caranya menatapku sungguh berbeda dengan caranya menatap kepada yang lain.

Namaku Handi, tahun ini usiaku genap 28 tahun. Diam-diam aku merindukannya. Belakangan ini aku cukup sulit menemukan keberadaan Sarah. Mungkin ia menghindariku. Tapi, untuk apa ia masih menitipkan salamnya lewat Tiara.

Aku merasa bersalah karena hari itu telah memaksanya untuk jujur mengakui perasaannya padaku. Aku tahu, aku begitu egois. Aku tidak punya nyali untuk mengatakan aku juga menyukainya. Bahkan sangat menyukainya.

Aku takut pada Tuhanku, jika jatuh cinta pada dirinya yang bukan umat Tuhanku. Tapi, bukankah cinta itu sebuah rasa yang suci dan datang dari Tuhan? Kali ini aku harus berhasil menemui dirinya.

"Sarah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun