Untuk ke sekian kalinya Mona hadir dalam resepsi pernikahan temannya. Pada usianya yang ke 24 tahun ini, ia mulai kesepian karena satu persatu temannya telah berlabuh di pelaminan.
Sementara Mona, tentu masih jomblo. Gadis itu tak memiliki hasrat kepada lawan jenis. Mona penyuka sesama jenis? Bukan! Kelihatannya saja jomblo, padahal ia merasa dan mengaku bahwa dirinya memiliki kekasih.
Genzo Wakabayashi, kiper handal dari tim Nankatsu itu, telah membuatnya tergila-gila sekian lama. Tak disangka pertemuan pertamanya dengan Wakabayashi dalam serial Captain Tsubasa, telah menyisakan kekaguman yang begitu mendalam terhadap sosok kiper dua dimensi itu.
"Oh Wakabayashi, kalau bukan karena cidera, pasti kamu tetap jadi kapten Nankatsu. Tapi tenang, kamu akan selalu jadi kapten di hatiku!" gumam Mona memandangi poster besar pujaan hatinya di dalam kamar.
"Mon, kenapa? Pulang kondangan galau gitu?" sergah sang kakak yang tetiba muncul di sampingnya.
Mona menghela nafas, "Coba Wakabayashi ada di samping gue sekarang, pasti senang rasanya bisa jalan bareng dia."
"Ngga bisa terus kayak gini, Mon! Berkali-kali gue ajak lo ke psikolog, tapi lo ngga pernah mau. Lo itu sakit! Ada yang ngga beres sama lo. Ayolah! Hidup lo itu di dunia nyata, lo harus punya pacar yang nyata juga. Bukan dia!" sambil menunjuk poster di hadapan mereka.
Malam ini kedua mata Mona begitu sulit dipejamkan. Gadis itu gelisah, ia terus memikirkan ucapan kakaknya tadi sore. Apa benar dirinya sakit? Mona sangat sedih karena dianggap sakit oleh kakaknya, atau bahkan oleh semua orang yang mengetahui bahwa dirinya tergila-gila pada kiper itu.
Sedihnya bukan hanya karena itu, tapi Mona juga merasa bahwa semua orang kompak menentang cintanya pada Wakabayashi. Dengan menitihkan air mata, ia pandangi posternya kembali.
Satu minggu berselang, akhirnya Mona telah memutuskan untuk menerima ajakan sang kakak menemui psikolog. Tentu keputusannya ini mengejutkan dan sekaligus membuat papa mamanya turut senang.