Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sesulit Itukah Menerapkan Budaya Membaca Hingga Selesai?

19 April 2024   08:45 Diperbarui: 19 April 2024   08:54 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : kompas.com

Pernahkah teman-teman membaca meme yang berbunyi, "Jodoh di tangan Tuhan. Tapi di atas usia 30 tahun, Tuhan lepas tangan."

Ya, begitulah sekilas gambaran kreatifnya orang Indonesia. Dapat merangkai kalimat yang mungkin tidak sampai terpikirkan oleh orang lain.

Maka jangan heran, di saat negara lain berlomba membuat bom atom, negara kita malah membuat kacang atom. Namun, alangkah lebih baiknya jika para orang kreatif ini selalu diimbangi dengan orang-orang yang memiliki minat baca yang baik.

Sering kita mendengar himbauan "Budayakan membaca hingga selesai". Kalimat ajakan tersebut hanya akan menjadi angin lalu saat kita mudah sekali termakan oleh judul berita yang ternyata melenceng, tidak sesuai dengan isi tulisannya.

Tak dipungkiri, demi meraup banyak pengunjung, kerap kali portal berita online melabeli artikel mereka dengan judul yang sebenarnya tidak sesuai dengan isinya. Persaingan antar media, membuat mereka berlomba-lomba merangkai judul yang terkesan heboh dan mengejutkan pembaca.

Disadari atau tidak, persaingan antar media ini jelas telah membuat pelanggaran pada kaidah jurnalistik. Dimana seharusnya mereka dapat memberi informasi yang jujur kepada masyarakat. Mulai dari judul hingga keseluruhan isi suatu artikel atau berita yang ditayangkan. Sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Karena hal tersebut marak terjadi, maka sudah seharusnya kita membudayakan membaca hingga selesai. Sebab judul belum tentu sesuai dengan isi. Dan ketika kita hanya membaca beberapa paragraf awal, maka belum tentu endingnya tepat dengan dugaan kita. Membaca hingga selesai tentu akan menghindari kita dari kesalahpahaman informasi.

Jika kembali membahas tentang rendahnya indeks membaca orang Indonesia di antara negara lain, sebenarnya cukup aneh dan sangat disayangkan. Mengingat negara kita telah banyak memfasilitasi masyarakatnya untuk mendapatkan bahan bacaan dengan sangat mudah.

Dihimpun dari halaman perpusnas.go.id, data terakhir pada tahun 2022 menunjukkan bahwa jumlah perpustakaan yang telah terhimpun yaitu sebanyak 158.364 perpustakaan.

Di Perpustakaan Nasional sendiri telah menyediakan sebanyak 7juta eksemplar bahan bacaan hingga akhir tahun 2022.

Dengan banyaknya perpustakaan umum dan kemudahan akses untuk mendapatkan bahan bacaan online, maka seharusnya kita dapat melatih diri sendiri untuk tidak malas membaca. Sehingga tidak ada lagi generasi yang mengatakan bahwa Indonesia miskin kosa kata. Sebab sebenarnya, masing-masing dari kita dapat ikut andil dalam memperkaya dan memperluas kosa kata yang ada.

Menghadirkan semangat literasi kepada anak-anak, agar kelak membaca dan menulis menjadi suatu budaya yang berkelanjutan. Dengan menghidupkan kembali semboyan Buku adalah Jendela Dunia, maka indeks minat baca orang Indonesia diyakini dapat meningkat.

Buku yang dimaksud tidak harus selalu dalam bentuk fisik buku cetak, tapi berbagai buku elektronik kini dapat dijumpai dengan mudah. Jika keinginan membaca telah tumbuh, maka tidak akan sulit untuk membaca sesuatu hingga selesai. Ingin mendapatkan hasil seperti apa setelah membaca, apakah ingin menerima informasi yang akurat atau hanya setengah-setengah.

Lalu kira-kira, hal apa yang dapat kita lakukan untuk berpartisipasi dalam Hari Buku Sedunia yang jatuh pada tanggal 23 April mendatang? (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun